Pagi ini semestinya cerah seperti pada ramalan cuaca, namun rintik-rintik kecil perlahan turun hingga membuat ramalan tak bisa sepenuhnya dipercaya. Bukan lagi karena cuaca pagi yang tidak mendukung, kabar yang bisa dibilang tidak terlalu menyenangkan datang.

Menusuk kalbu, antara bingung ingin berekspresi apa ketika kabar tersebut diucap rahasianya. Tidak ada yang tahu, hanya kami berlima, kabar itu.



Singkat saja, ditarik kembali kata-kata 'cuaca tak mendukung' itu karena Dia seolah mengetahui perasaan seseorang yang tengah kelabu. Tak tentu arah, kehilangan jati dirinya. Merasa terkucili, tanpa teman, dan kesepian.

Tidak lupa dengan beberapa ejekan-ejekan yang pernah seseorang katakan kepadanya, membekas hingga kini yang mampu membuatnya trauma.



Menyendiri mungkin jalan yang sedang ditempuhinya, hingga langit berubah tanpa pelangi setelah menampakkan hujan pagi. Benar-benar tidak tahu harus ke mana, coretan di lembar pertama itu kosong. Belum ada tinta yang sungkan menyentuh sampai menyeluruh. Saat itu, awan berwarna putih bersih dan langit biru nampak bercahaya karena matahari kembali menyinari.



Tidak tepat jika ia mengatakan 'aku menyerah' sekarang. Padahal, masih punya banyak jalan dan lika-liku lainnya yang harus ia hadapi hingga akhir. Keputusasaan harusnya tidak boleh mengendalikan diri, kala dirundung rasa rumit ini. Jadi, bukankah lebih baik berani dan membuang kenangan pahit masa lalu yang sudah terjadi?

Tapi, ada satu yang kadang membuat seseorang itu ragu. Akankah bisa? Penyemangat dan motivasi sangat-sangat dibutuhkan pada fase ini. Akan tetapi, banyak orang tak begitu mengerti hingga beberapa harus tumbang merelakan dirinya tenggelam dalam keputusasaan.

Pada akhirnya, mungkin bisa menciptakan penyesalan jika kita ragu kalau sebenarnya bisa