Penghuni Lantai Atas

Awal awal aku dipindahkan ke Jakarta, oleh atasan ku dipinjamkan rumah ex kantor lama yang sudah tidak dipakai lagi. Sekilas Rukan tersebut terlihat ramai di siang hari karena di areal perkantoran, samping terletak bank M (BUMN) dan kanan ada perusahaan shipping, terletak di pusat kota jakarta, di mana terkenal dengan pusat jual beli jam mewah, aktivitas malam hari berbanding terbalik sekali dengan saat siang, karena saat semua perkantoran tidak beraktivitas lagi, daerah tersebut sangatlah sepi sekali.
Seperti umumnya anak kost, aku cukup sering mencuci baju ku, apalagi kalau tidak ada lemburan malam ataupun kegiatan dinas luar kota.
Sekilas gambaran rukan ini terdiri dari 3.5 lantai, dimana lantai 1,2 itu dulu nya adalah ex kantor dan sudah tidak dipakai lagi, kamar ku di lantai paling atas dimana jika pulang dari kantor dan masuk ke rukan, selain harus membuka rolling door, aku mesti melewati lantai 1 dan 2 yang notabene gelap dan cukup mengerikan.
Saat itu malam Jumat. Karena besok nya aku ada jadwal liputan di luar kota seharian, jadi sepulang dari kantor aku sempatkan untuk mencuci baju dan mandi untuk membersihkan badan.

FYI: Jemuran ada di bagian belakang lantai atas dan sebelah jemuran tidak berlantai hanya dibatasi pagar beratap berbentuk kotak kurang lebih selebar 2,5mx2m. Pada saat itu, karena seminggu aku tidak mencuci, dapat dibayangkan gimana numpuknya cucian karena kalau cewek mah bau keringat dikit ganti.

Dari lantai atas, dia berbentuk beranda dan kita bisa melihat beranda di samping rukan tersebut yang kebetulan pada waktu itu memang kosong, karena info nya kantor tersebut bangkrut dan rukan tersebut memang posisi lagi dijual tetapi belum ada yang beli.

Cuaca di malam itu memang sedikit gerimis dan terdengar guruh serta petir seperti akan turun hujan lebat, aku sedang membilas baju di kamar mandi, tiba tiba mati lampu, sontak aku kelabakan karena belum selesai cucian, akhirnya akupun mengambil lilin di kamar, tetapi tiba tiba pintu kamar mandi terhempas dengan kencang nya "Bruuk" begitu bunyi nya.

Aku pun terkaget mendengarnya, cukup lama aku terdiam dan shock, sebenarnya perasaan ku sudah takut aja dan pengen nya keluar rukan aja daripada ketakutan, tapi hujan sudah turun dan pada saat itu kondisi di Jakarta sedang sering banjir, jadi aku mengurungkan niat ku.




Akhirnya aku tetap memberanikan diri dan menyelesaikan cucian ku, dan aku angkat ke lantai atas, saat menjemur tiba tiba di beranda aku melihat ada penghuni yang duduk selonjor di samping rukan, aku pikir rukan tersebut mungkin sudah ada penghuni, memang lantai atas sering menjadi tempat kumpul atau tempat merokok bagi para penghuni rukan dan aku sering berbincang dan ngobrol dengan tetangga sebelah dilantai atas yang memang hanya dipisahkan oleh pagar besi, sambil aku menyelesaikan proses menjemur yang tinggal sedikit lagi selesai, aku bertanya ke "tetangga sebelah". 
"Penghuni baru ya ?" tanyaku sambil menjepit jemuran baju.
Tidak ada tanggapan, aku pun cuek saja karena sedang sibuk membereskan cucian, tetapi saat aku mengamati, "orang disebelah" semakin menunduk. 
Saat itu ember yang kupakai sudah mulai kosong dan karena ke dorong jadi hanger yang  kutaruh di atasnya pada jatuh. Waktu aku mau mengambil hanger tersebut, tiba tiba aku melihat dari bawah kenapa "orang sebelah" itu udah gak ada. Wah sendirian nih pikirku jadi nya. Kemudian aku kembali melanjutkan jemur baju, tapi yang bikin aku shock, "tetangga" itu sudah berdiri di belakang ku sambil menghadap punggung. Karena takut dan panik salah lihat, aku balik jongkok lagi sambil pura-pura ambil hanger. Dan benar, gak ada kaki selain kaki ku di situ. Waktu aku kembali berdiri, "makhluk" tersebut yang tadi ane kira "penghuni sebelah" itu tiba-tiba mengangkat kepala, wajahnya pucat, mata nya yang "hitam" menatap dengan tajam, sambil menyeringai menatap ku. Saat itu aku baru sadar, itu bukan penghuni di sebelah dan rukan sebelah masih kosong, sekonyong konyong aku melempar semua cucian dan berlari turun.

Journal by Nina