kabutpekatAvatar border
TS
kabutpekat
Najwa Shihab Srikandi Jurnalis Sejati


Siapa yang gak kenal Najwa Shihab, salah satu presenter TV yang mungkin paling terkenal saat ini. Namanya pun dipakai untuk acara talkshow yang dia sendiri host-nya yakni Mata Najwa. Lama menjadi acara di MetroTV, Mata Najwa sekarang masih tayang seminggu sekali di Trans7 setiap hari Rabu pukul 20.00-21.00 WIB.

Mata Najwa sudah mewarnai layar televisi kita selama lebih dari 11 tahun. Tampil perdana di MetroTV sejak 25 November 2009, Mata Najwa konsisten mengangkat topik-topik yang hangat dengan tajam dan narasumber-narasumber tier-1 alis kelas kakap.

Hampir semua tokoh politik nasional sudah merasakan tajamnya pertanyaan mbak Nana, panggilan akrab Najwa, dan kursi panas Mata Najwa. Dari Presiden Joko Widodo, Basuki T Purnama, Anies Baswedan, Megawati Soekarnoputri, Jusuf Kalla, Dahlan Iskan, bahkan almarhum BJ Habibie.

Sebagai jurnalis dan presenter, kapasitas Najwa Shihab sudah tidak perlu diragukan lagi. Dia sudah banyak makan asam garam jurnalistik di Indonesia.

Kemampuan Najwa Shihab yang mungkin tak banyak dimiliki presenter lainnya adalah kemampuannya menguras emosi narasumber. Tak sedikit yang sampai menitikkan air mata di panggung Mata Najwa seperti mantan presiden Megawati Soekarnoputri atau wali kota Surabaya Tri Rismaharini.

Salah satu tayangan yang penuh emosi mungkin episode Mata Najwa berjudul "Apa Kata Mega?" yang mengudara 22 Januari 2014. Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnputri menjadi narasumber tunggal episode tersebut.

Seperti biasa Najwa memulai acaranya dengan membacakan bait-bait yang berima dan dengan pilihan diksi yang menyentil. Ini adalah ciri khas Najwa Shihab yang membuatnya berbeda. Puitis.



SELAMAT MALAM/ SELAMAT DATANG DI MATA NAJWA/ SAYA NAJWA SHIHAB/ TUAN RUMAH MATA NAJWA//

PEREMPUAN BERDIRI DI PANGGUNG POLITIK/ DILATIH WAKTU DAN KUASA PENUH INTRIK/ ANAK PROKLAMATOR UTAMA/ DAN SEORANG IBU YANG BELUM LAMA MENJANDA/ MEMASUKI POLITIK PENUH SENGAJA/ PERNAH DIHUJANI PENGUASA BAHAYA DAN CELAKA/ PRIBADI YANG BIASA MENAHAN RASA/ KELAM SEJARAH YANG KALAH DAN AMARAH/ DALAM DIAM DIA MEMAGARI PARTAINYA/ BERSABAR MENENTANG PARTAI PENGUASA/ DI PENGHUJUNG SUKSESI KEPEMIMPINAN/ KPEUTUSANNYA SANGAT MENENTUKAN/ INILAH MATA NAJWA/ APA KATA MEGA//

PEMIRSA.../ DI AWAL TAHUN POLIYIK INI/ SEMUA MENANTI KEPUTUSAN DAN INSTRUKSI/ DARI SEORANG MEGAWATI/ PUTRI SANG PROKLAMATOR/ YANG BERHAI TEGUH/ DAN TIDAK MUDAH TERPENGARUH/ KITA SAMBUT... / MEGAWATI SOEKARNOPUTRI//

Sumber: https://youtu.be/H_wOXWNMifU

Najwa kemudian menyambut kedatangan Megawati ke atas panggung diiringi gemuruh tepuk tangan penonton di studio dan iringan lagu. Di sinilah kepiawaian Najwa dan tim pendukung tentunya untuk bisa menggali Megawati di atas panggung.

Megawati dikenal sebagai salah satu tokoh politik yang cukup sulit untuk diwawancarai karena banyak diam dan intonasi lambat. Namun, Najwa tahu cara mengambil hati ketua umum PDI-P tersebut tidak hanya untuk bersedia datang, juga nyaman di panggung.

Bagaimana caranya? Dengan memutar lagu Frank Sinatra di awal acara dan membuka percakapan mengenai lagu My Way kegemaran Megawati tersebut. Tentu saja keduanya menjadi langsung akrab di panggung sebelum pertanyaan-pertanyaan serius diluncurkan. 

Meski jawaban Megawati disampaikan dengan pelan-pelan, acara ini tak membosankan. Najwa sukses menggali Megawati agar bercerita hal-hal yang belum banyak orang tahu dari soal masa muda Megawati sebagai ketua tim volley sekolah atau mengolok-olok Jokowi sebagai gubernur kurus. Saat itu Jokowi masih Gubernur DKI Jakarta dan belum dipastikan maju sebagai calon presiden dari PDI-P.

Bisa dibilang episode ini sukses membuat Megawati tersipu, tertawa, sedih, dan menangis. Hanya gara-gara Megawati menyinggung kenapa nama acaranya "Mata Najwa" bukan "Mata Hati". Najwa secara spontan balik bertanya bagaimana dengan mata hati Ibu Megawati?

Pertanyaan balik tersebut ternyata sangat mengena dan Megawati menjawab dengan isak tangis, "Inginnya saya Indonesia Raya."

Jurnalis Lapangan

Salah satu yang membuat Mata Najwa populer di mata penonton televisi tentu saja sosok Najwa Shihab yang sangat menguasai isu nasional. Ini tidak lepas dari perjalanan karir dan pengalaman Najwa di dunia jurnalistik.

Putri kedua Quraish Shihab kelahiran 16 September 1977 itu semasa SMA mengikuti program pertukaran pelajar American Field Services (AFS) yang diselenggarakan oleh Yayasan Bina Antarbudaya. Satu tahun ia tinggal di Amerika Serikat.

Lulus dari Fakultas Hukum UI tahun 1996, Najwa memulai karir di RCTI dan baru bergabung ke MetroTV pada 2001 karena saat itu satu-satunya stasiun televisi yang fokus ke news atau jurnalistik.   

Sebagai jurnalis televisi, Najwa Shihab juga dituntut turun ke lapangan langsung. Bahkan pada 2005, ia mendapat penghargaan dari Persatuan wartawan Indonesia (PWI) untuk laporan-laporan bencana tsunami dari Aceh. (Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Najwa_Shihab)

Najwa menjadi salah satu jurnalis televisi yang tiba di Aceh saat hari-hari pertama sejak tsunami melanda. Dia menjadi saksi mata dahsyatnya kerusakan dan korban yang ditimbulkan. Makanya, laporan Najwa dari lapangan sangat objektif, komprehensif, bahkan menyentuh emosi. Dalam beberapa kesempatan, Najwa tidak bisa menahan air mata saat melaporkan dari lapangan.

Liputan langsung ke daerah bencana apalagi sebesar tsunami Aceh menjadi tempaan yang sangat berharga untuk perjalanan jurnalistik Najwa Shihab. Bahkan mungkin pengalaman sekali seumur hidup mengabarkan informasi yang komprehensif di tengah situasi yang sulit, logistik terbatas, komunikasi terhambat, tidur/istirahat juga susah karena hampir seluruh kota rusak.

Buat Najwa, liputan bencana tsunami di Aceh adalah momentum yang tidak pernah terlupakan dalam hidupnya. Bayangkan, bagaimana rasanya meliput di antara jenazah korban tasunami yang bergelimpangan di mana-mana. Bau anyir mayat yang sudah membusuk berhari-hari dan belum sempat terangkut sudah menjadi menu sehari-hari saat itu.

Dalam salah satu petikan wawancara, Najwa sambil menahan isak tangis melaporkan langsung kejadian mengharukan yang dialaminya selama di Aceh. Dia bilang ada seorang ibu yang datang kepada dia karena melihat Najwa menggunakan seragam MetroTV. Ibu tersebut memohon kepada Najwa untuk dicarikan anaknya yang disebut-sebut ada dalam rekaman MetroTV yang tayang pada pagi harinya.

Kru MetroTV tidak bisa menolak permintaan ibu tersebut dan sebagai jurnalis Najwa juga benar-benar diuji empatinya. Meski dengan keterbatasan alat, akhirnya satu-persatu rekaman video diputar untuk melacak jejak anak tersebut sebelum dilanjutkan ke posko-posko pengungsian.

Quote:


Apresiasi sangat tinggi pun diberikan kepada Najwa karena selama meliput bencana Aceh tidak kehilangan daya kritis. Najwa meraih penghargaan PWI Pusat dan PWI Jaya pada tahun 2005 untuk laporan bencana tsunami. Perlu diketahui Menko Kesra saat itu yang bertanggung jawab untuk penanganan bencana adalah pamannya sendiri, Alwi Shihab.



Penghargaan kepada Najwa di dunia jurnalistik terus diperoleh dari tahun ke tahun. Pada 2006 ia terpilih sebagai jurnalis MetroTV terbaik dan masuk nominasi Panasonic Awards sebagai Pembaca Berita Terbaik. Pada tahun yang sama, ia juga menjadi peserta Senior Journalist Seminar dan menjadi pembicara di Konvensi Asian American Journalist Association.

Pada 2007, Najwa masuk nominasi 5 besar sebagai Best Current Affair/Presenter TV di Asian Television Awards.

Najwa lalu memperkuat ilmu jurnalistiknya dengan mendalami hukum media ke Australia setelah mendapatkan full scholarship dari Australian Leadership Awards tahun 2008.

Hampir setiap tahun Najwa selalu masuk dalam nominasi Panasonic Gobel Awards sejak 2010-2018. Dua kali ia menjadi pemenang yakni pada 2015 dan 2017. Bahkan pada 2015 juga meraih penghargaan Insan Pertelevisian Terbaik dalam Panasonic Gobel Awards.

Perjalanan karir jurnalistiknya tidak berhenti di MetroTV. Najwa Shihab mengundurkan diri dari stasiun televisi milik Surya Paloh itu pada Agustus 2017. Mata Najwa Catatan Tanpa Titik menjadi episode terakhir dan berhenti selama hampir setahun.

Namun, kecintaan Najwa kepada dunia jurnalistik tidak berhenti. Pada 2018, ia mendirikan startup Narasi TV. Lewat Narasi TV, Mata Najwa dihidupkan kembali dan tayang di Trans7 dengan jadwal yang sama sebelumnya.

Makin Tajam dengan Investigasi

Mata Najwa tidak hanya tetap menghadirkan narasumber utama di panggung, melainkan juga tayangan investigasi eksklusif. Salah satu tayangan investigasi yang mengejutkan antara lain inspeksi mendadak ke penjara mewah di Lapas Sukamiskin.

Berawal dari operasi tangkap tangan KPK kepada Wahid Husein, Kepala Lapas Sukamiskin, Bandung, yang kepergok menerima suap agar fasilitas tahanan untuk para terpidana koruptor dilengkapi fasilitas mewah. Najwa berhasil mengikuti sidak Dirjen Lapas ke ruangan-ruangan tahanan koruptor.

Dan benarlah ketika masuk ke kamar tahanan mantan Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq, Najwa menemukan toilet duduk, sepeda statis, microwave, dispenser, dan ruang kerja beserta peralatan kantor lengkap. Fasilitas mewah serupa juga ditemukan di kamar tahanan Tubagus Chaeri Wardana dan mantan Ketua MK Akil Mokhtar.

Uniknya, ketika mengecek kamar tahanan mantan Ketua Partai Golkar Setya Novanto, Najwa tak menemukan fasilitas mewah yang sama. Namun, informasi dari orang dalam Lapas Sukamiskin menyebut kamar yang disidak ternyata bukan kamar tahanan yang digunakan sehari-sehari oleh Setya Novanto. Najwa pun menyebutnya "Pura-pura Kamar" di Mata Najwa.



Namun, investigasi yang tak kalah heboh dilakukan Najwa Shihab dan tim Mata Najwa adalah membongkar mafia sepakbola. Tidak main-main dan mencoba untuk mengungkap tuntas praktik kotor permainan skor, Mata Najwa sampai mengangkat topik yang sedang hangat saat itu menjadi 3 seri.

Di seri pertama mengangkat judul "PSSI Bisa Apa?", Najwa mengorek praktik curang oleh oknum di persepakbolaan nasional. Talkshow ini menghadirkan narasumber Bambang Suryo, mantan pelaku pengaturan skor pertandingan. Ia dengan gamblang menyebut nama-nama orang yang selama ini terlibat dalam permainan skor antara lain Vigit Waluyo yang belakangan kemudian menjadi tersangka pengaturan skor.

Narasumber lainnya, Manajer Madura FC Januar Herwanto secara terbuka juga menuding salah satu executive committee (Exco) PSSI M Hidayat ikut terlibat dalam pengaturan skor. M Hidayat tak lama kemudian mendapat hukuman dari Komisi Disiplin PSSI dan dilarang beraktivitas di dunia sepak bola selama 3 tahun.

Tak berhenti di episode pertama, Mata Najwa kembali mengengkat topik dugaan pengaturan skor pertandingan sepakbola dalam tayangan Mata Najwa berjudul "PSSI Bisa Apa? Jilid II". Dalam diskusi ini diundang beberapa narasumber yang tahu betul pengaturan skor yakni perwakilan klub Liga 2 Persibara Banjarnegara. Nama-nama oknum yang diduga terlibat pengaturan skor secara sistematis pun terbongkar seperti Djohar Lin Eng, Ketua Asprov Jawa Tengah/Exco PSSI dan Dwi Irianto, anggota Komisi Disiplin PSSI yang sering dipanggil Mbah Putih.

Dalam talkshow kedua ini, Najwa mengundang Kapolri Jenderal Tito Karnavian dan Menpora saat itu Imam Nahrawi. Dengan eskalasi kasus yang semakin terkuak, bahkan acara ini menjadi momentum Kapolri untuk membentuk Satgas Anti Mafia Sepak Bola yang kemudian menangkap sejumlah oknum pelaku praktik pengaturan skor.

Mungkin ada alasan kenapa Najwa sampai mengangkat kasus curang di dunia sepak bola Tanah Air hingga lebih dari satu tayangan. Kita tahu sepak bola adalah olahraga paling populer di Indonesia dan digandrungi banyak orang. Namun, pengelolaan PSSI sepertinya tidak pernah beres. Bahkan dalam dua kali talkshow, Ketua Umum PSSI Edy Rahmayadi tidak pernah hadir. Hanya Gusti Randa, salah satu anggota Exco yang hadir di episode pertama. Kalau menurut pengamat sepak bola Eko Maung, ini membuktikan bahwa selama ini PSSI tidak menganggap pengaturan skor sebagai sesuatu yang penting.

Pengaturan skor pertandingan seperti kentut yang berbau tapi tidak nampak. Namun, Najwa berhasil membuat semua orang menyoroti. Bahkan sampai ditambah episode ketiga "PSSI Bisa Apa? Jilid III" yang mengupas polemik mundurnya Ketua Umum PSSi dan konflik internal di dalam PSSI.

Link Mata Najwa: PSSI Bisa Apa?
Link Mata Najwa: PSSI Bisa Apa? Jilid II
Link Mata Najwa: PSSI Bisa Apa? Jilid III

Sejak mendirikan Narasi TV, Najwa tidak hanya identik dengan Mata Najwa, tapi juga mendorong produksi acara-acara yang dekat dengan anak muda dan tayang di banyak channel digital. Semangat jurnalisme Najwa tidak hanya dipertahankan, namun juga digerakkan agar dekat dengan generasi muda milenial. Narasi Newsroom salah satu bagian Narasi TV yang rutin melakukan investigasi berbasis data digital.

Kegiatannya pun tidak berhenti di layar televisi. Kegiatan event offline Mata Najwa diselenggarakan dari kampus ke kampus. Narasi TV juga memiliki event tahunan Playfest yang menghadirkan narasumber dan acara untuk anak muda.

Najwa tidak hanya tetap menggenggam jurnalisme tapi juga mendekatkan jurnalistik ke anak-anak muda. Tidak ada alasan rasanya meragukan kapasitas jurnalistik Najwa seperti disampaikan beberapa gelintir orang saat menanggapi tayangan Mata Najwa yang menayangkan wawancara dengan kursi kosong untuk mengkritik Menteri Kesehatan Terawan.



Dalam episode "Menanti Terawan" pada 28 September 2020, Najwa mengajukan daftar pertanyaan terkait peran Menteri Kesehatan dalam penanganan Covid-19. Berikut 10 pertanyaan Najwa kepada Menteri Kesehatan Terawan:

1. Mengapa Menkes Terawan menghilang, Anda minim sekali muncul di depan publik memberi penjelasan selama pandemi?

2. Rasanya Menteri Kesehatan yang paling low profile di seluruh dunia hanya meteri kesehatan Republik Indonesia. Atau kehadiran Menteri Kesehatan di muka publik dianggap tidak terlalu penting bagi Menkes Terawan?

3. Sejak awal pandemi Anda terkesan menganggap virus ini bukan ancaman besar, apakah kini Anda mengakui bahwa kita kecolongan dalam melakukan penanganan di awal yang seharusnya bisa lebih tanggap?

4. Apakah betul pada awal pandemi dulu Menkes Terawan yang mengusulkan bahwa kita tidak perlu melakukan karantina wilayah?

5. Kondisi pandemi saat ini belum juga terkendali, padahal negara-negara lain sudah berangsur-angsur bisa memperlonggar situasi. Kenapa bisa tertinggal seperti ini?

6. Presiden Jokowi secara terbuka berulangkali menegur kinerja Menkes Terawan di depan publik. berangkat dari penilaian atasan anda itu, apa penjelasan Anda mengenai teguran tersebut satu per satu?

(a) Kenapa tes kita belum juga mencapai target?
(b) Kenapa resapan anggaran kementerian masih rendah?
(c) Kenapa berbagai peraturan dan birokrasi masih berbelit di Kementerian Kesehatan?
(d) Kenapa perlindungan tenaga kesehatan kita belum maksimal
(e) Spesifik tentang tenaga kesehatan, angka kematian nakes di Indonesia sangat tinggi dan terus naik, bukankah Menkes seharusnya menjadi pelindung dan pembela utama nakes?

7. Masih ada disparitas antara data pusat dan data daerah, padahal hal tersebut saat pandemi masih sangat krusial untuk menentukan kebijakan, mengapa tidak juga beres?

8. Bagaimana dengan data bahwa gedung Kemenkes menjadi klaster perkantoran terbesar di Jakarta? Kenapa tidak terbuka dan transparan lalu menutup kantor?

9. Banyak Menteri Kesehatan yang mundur karena penanganan Covid-19, misalnya menteri kesehatan New Zealand, Ceko, Polandia, Brazil, Cile, Pakistan, Public Health Director Israel, Public Health Agensi Canada. apakah penanganan kita lebih baik daripada negara-negara yang menkes-nya mundur tersebut?

10. Selain desakan presiden, publik juga meminta kebesaran hati Menkes Terawan untuk mundur melalui petisi. Apakah Menteri Terawan sudah siap untuk mundur?

Sumber: https://youtu.be/QQ9oYqowqO4

Di show tersebut, Najwa seolah-olah bertanya langsung ke Menteri Terawan yang digantikan oleh kursi kosong. Alasannya, Terawan tidak pernah bersedia diundang ke Mata Najwa.

Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan Najwa adalah pertanyaan yang bisa dijawab oleh Menteri Kesehatan. Berbeda jika hal itu adalah penyataan atau tuduhan yang mendiskreditkan Menkes. Anggota Dewan Pers Ahmad Jauhar pun beranggapan tidak ada pelanggaran kode etik jurnalistik dalam tayangan tersebut.

Apa yang dilakukan Najwa adalah bagian dari show di televisi. Menteri Kesehatan hadir atau tidak, pertanyaan yang diajukan Najwa adalah representasi pertanyaan publik yang bergulir dan seharusnya bisa dijawab pemerintah.

Terakhir, monolog seperti yang dilakukan Najwa ternyata bukan hal baru. Presenter TV di luar negeri sudah biasa melakukannya sebagai bagian dari show menarik perhatian penonton. Selama tidak ada fitnah/tuduhan kenapa harus takut?

#pikir

Sumber foto: www.instagram.com/najwashihab

Diubah oleh kabutpekat 04-01-2021 10:56
akunkubaikAvatar border
tien212700Avatar border
azhuramasdaAvatar border
azhuramasda dan 2 lainnya memberi reputasi
3
538
2
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
922.7KThread82.1KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.