Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

MnsukraAvatar border
TS
Mnsukra
Kisah Elang

Sumber Gambar : id.pinterest.com

Kemarin, aku masih bebas terbang seperti Elang. Menjelajah daratan dari ketinggian sambil mencari mangsa. Sesekali hinggap di diatas pohon, mengeringkan sayap-sayap yang bulu-bulunya basah diterpa rintik hujan. Hujan yang meragu menimbulkan kilat petir menggetarkan batang-batang. Aku hampir jatuh tergelincir karenanya.

Seketika cahaya mentari kalah silaunya dengan kilatan potret langit. Membuat suasana terang yang singkat menembus awan. Mataku terbelalak sayup-sayup hingga kabur sesaat. Kukatup mataku nampak sinar merah menerpa, saat mataku terbuka kembali kebisingan justru menjadi-jadi. Hujan pun turun lebat, awan tak mampu menahan beban berat hingga air jatuh bergelimpangan di udara.

Sementara aku tak berkutik dihadapan fenomena ini, dan aku bimbang pada pilihan netral antara terbang atau diam. Dalam dekapan air langit mendung yang menggenang di sayap-sayapku hanya satu yang ku ingat, yaitu : tujuan pulang. Dimana ada letak yang menanti. Kampung halaman tempat kelahiran, yang menjadi awal habitat pertama, yang memperkenalkan diri sebagai seekor Elang kecil berjiwa kain putih dan pastinya, belum sebuas seperti sekarang.

Pada akhirnya aku kedinginan, menggigil dan berhalusinasi. Aku lihat ada lubang di pohon seperti goa yang dapat dijadikan tempat berteduh. Ku hampiri dengan sedikit tenaga tersisa, sempoyongan berjalan lalu semakin dekat untuk kuraih hingga benar-benar masuk ke dalam goa itu. Gelap tiada siapa-siapa. Berteduh, tapi terasa berat di kepala, sakit seperti benturan dua benda, berbunyi keras lalu mataku mulai lemas tak mampu lagi mencelak hingga dunia gelap gulita. Hilang kesadaran, melayang-layang di udara dengan hempasan gravitasi bumi. Hanya semilir angin kedamaian bernuansa hujan terang yang kurasa.

Lama ku berbaring beralaskan daun-daun kering. Aku masih tak sadarkan diri. Padahal hujan sudah berhenti. Hari semakin siang dan mentari mulai bersinar kemilau. Terdengar suara gerombolan burung berkicau. Sahut menyahut melempar pesan dua tempat. Semakin bisinglah hutan rimba ini. Aku pun terbangun berkat alarm burung-burung. Dan aku masih selamat dengan rasa sakit yang kian merusak. Syukurlah, diri masih bisa bernapas dan melanjutkan perjalanan. Meski kepakan yang ku hempas tak sekuat sedia kala, aku masih kuasa menerbangkan badan, hingga angin-angin kurasa telah meniup diriku sampai di tujuan.

Senja pun sudah menyambut diriku yang tertatih-tatih menuai perih akibat luka perjuangan. Seolah silauan cahayanya sedang menyapaku dengan sambutan hangat tanda penantian yang diakibatkan rindu berkepanjangan. Sisa-sisa pelajaran pertama untuk terbang masih terngiang di hadapan kampung halaman. Mereka yang menjadi keluarga sedari cinta masih berulat, sedari kasih masih kepompong dan menjadi kupu-kupu telah hadir di depan mata.

"Aku rindu kalian Ayah, Ibu dan saudara sekandung. Aku mencintai kalian semua dengan penuh sukacita. Kalian lah keluargaku yang abadi, senantiasa mengisi jiwa raga dengan ajaran kebuasan. Kalian didik aku bagaimana mengunyah makan dalam sarang. Kalian ajarkan aku bagaimana terbang kemudian memangsa dari ketinggian. Bahkan, kalian juga lah yang membuatku bertahan pada petualanganku hingga kembali. Di ujung gelisah kesunyian aku telah mengarungi berbagai medan getaran. Aku bisik diriku sendiri supaya tetap berjuang pantang menyerah. Walau musim sering berganti lalu menghalangi jalanan udara aku masih tetap pada pendirian. Ular, Tikus, Kelinci, Macan, Singa, dan hewan-hewan pemuas nafsu makan lainnya sudah pernah ku nikmati. Bahkan hampir mati ku dibuat olehnya. Ku pikir tamatlah riwayatku sebagai Elang pemangsa, tapi beruntunglah nafas pengembara masih menggebu-gebu dalam memenuhi hasrat ketahanan hidup."

Hingga kini aku sudah pulang. Ada di hadapan. Apa kalian ingin mendengar tentang ceritaku yang panjang. Menyimaknya, lalu terbuai karenanya. Sebagai seekor Elang sejati aku puas mendapati kalian disini. Apa mungkin kalian sudah duluan pulang ke tempat ini. Pulang dari segala petualangan yang kalian dapati. Apa cuma diriku saja yang kurang sehingga kalian berkumpul di atas pohon Beringin, tempat dimana sarang Elang berada. Apa benar begitu?

Mari kita berkumpu!
Membuat lingkaran
Kemudian berhadapan satu sama lain
Dan ucapkan beberapa kata-kata pembuka lalu silahkan bercerita menuangkan berbagai kisah yang pernah singgah.
Sebagai penutup izinkanlah aku untuk menghayalnya. Agar suara kalian kelak terdengar pada hening diriku dalam petualang.

Salam hangat!
Kisah Elang



mochamad063Avatar border
ekaadhiwibowoAvatar border
indrag057Avatar border
indrag057 dan 12 lainnya memberi reputasi
13
1.6K
15
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.3KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.