Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

MnsukraAvatar border
TS
Mnsukra
Embun Malam

Sumber Gambar : pikist.com

"Take my hand, take my whole life too...." Nyanyian penyambung sepi ditengah himpitan yang kerap menjadi saksi tidurku. Lagu Elvis Persley sungguh pandai menggambarkan situasi saat ini. Pas untuk nada suaraku yang melow dan kasmaran. Ketika perlahan lirik kunyanyikan hingga tanpa sadar hening terbengkalai lalu pita suaraku meronta-meronta seperti sahabat karib yang berbacot setia. Senantiasa menghiburku lepas dari duka lara hingga tawa kecil mengudara.

Kadang, hal semacam itu membawa sukmaku pada seseorang. Seseorang yang menemani jalan-jalan mengitari indah pemandangan Jogja. Membentang penampakan ikon-ikon unik khas kota, pesona kuliner yang siaga dan hiburan romantis anak kuliahan dalam sebuah FTV percintaan. Kejadian yang baru saja terjadi dalam bayang. Halu kurasa.

Lirik-lirik lagu memang pandai membuat ilusi. Ketika dilantunkan bersamaan sebuah ukulele tercipta simponi cinta. Hanyut, menangis, tersedu-sedu, dan beragam emosi rusuh pada hatiku. Padahal, dinding kamar melihat diri dengan warna cerah kekuningan berkode bahagia. Tampak seperti sebuah senyuman hangat keramah tamahan. Mengharap ku balas senyuman itu, aku pun senyum.

"But, I can't help falling in love with you...," berlanjut ke lirik berikutnya. Dengan perasaan mendalam aku ingin pergi bersamanya. Aku mencintainya dengan sangat. Merindunya dari timur ke barat. Menantinya dalam diam seperti besi yang menunggu karatan. Yang dimana ketika Ia datang besi itu bersih dengan pelukan zat anti korosi. Mengkilap seperti baru menemukan cinta, berlanjut dengan sebuah PDKT yang menguatkan. Bercerita tentang perjalanan. Dia bertanya padaku dengan basa-basi yang canggung. Memulai kalimat dengan pandanan kata yang tersendat-sendat. Napasnya terengah-engah seolah Ia memang berlari dalam menjemputku pada penantian. Kuharap lelah yang ia raih terbayarkan dengan senyum manisku padanya. Disaat itu yang terpikirkan hanyalah hidup bahagia bersama, terlepas dari berbagai tekanan laporan-laporan praktek yang tak berkesudahan. Tugas yang membelah diri. Makin banyak saja, membuatku benar-benar tak nyaman.

Di saat malam yang semakin gelap, di saat hening yang semakin pekat dan di saat imajinasi masih menjadi hiburan bahagia. Ada banyak semut yang datang bergerombolan mencari makanan manis. Pesan whatsapp pun berdering puluhan ribu, tapi belum sempat kubaca. Baru beberapa semut saja yang berhasil ku balas dengan macam-macam tingkah. Ada yang kuberi sebuah roti, mie instan, ayam geprek, gula, dan lain-lain. Makanan itu semua pasti enak untuk dimakan oleh para semut. Namun, mereka yang datang seperti lembaran-lembaran diary yang tak bisa ditulis ulang, beberapa waktu tersimpan, kemudian terbuang. Berada di kotak sampah hingga menghilang.

Kehilangan keramaian yang menyenangkan. Diganggu banyak laki-laki pecitra melodi ceria, senang dan bahagia. Mendengar cerita mereka yang berlagak seperti teman kemudian berlanjut seperti rasa yang tertanam. Tumbuh subur di beri pupuk cerita yang membuat sepiku menghilang hingga air mata pun lupa untuk mengalir ke arah mana. Biang emosi berubah-berubah layaknya hujan badai. Berkali-kali rintik menembus dan meresap ketanaman cinta, tapi mengapa justru hama semakin liar melahapnya. Hujan tak memberi pengaruh apa-apa, kecuali daun-daun berguguran yang ada. Ya, mereka pergi satu persatu, menjauh dan ditelan bumi yang kering. Tiada lagi hujan yang bisa menggenang desa tempatku bernaung kala sepi yang menyesatkan hati. Gundah gulana pada ilusi harap yang tak menentu.

Semakin lama aku telah tenggelam dalam lubang kenangan pahit yang penuh harap. Berada lama di dalamnya sehingga kupikir rasa ini sudah nyaman dan menetap. Puncak yang tak kalah menariknya adalah ketika seorang laki-laki yang mengaku-ngaku teman lama. Berusaha agar aku mengingatnya dengan petunjuk awal sebuah balasan status instagram yang Ia kirimkan. Dia mengomentari cerita lama tersematkan di linimasa instagramku. Beberapa kali ia terus membalas dan beberapa kali juga ia menunggu jawaban. Berhubung ketika itu suasana lagi sepi seperti malam pada umumnya aku membalasnya juga. Anehnya, aku terlena juga dengannya. Pesan yang masuk membuat otakku berhenti menatap layar masa lalu. Laki-laki rambut keriting yang pada momen lain aku tertawa memandangnya bersama adikku. Wajahnya memancarkan komedi rupa, ekspresinya tak terduga dan kami mengerjainya layaknya canda obrolan berdua. "Ternyata dia! Ohhhmmm..." lucu juga.

Setelah itu, waktu membuatku nyaman dan tebiasa dengan suguhan teh hangat pada rasa penasaran yang dia timbulkan. Aromanya kali ini berbeda lain dari laki-laki pada umumnya. "Di umur kesekian masih belum punya pacar atau seseorang penting dalam hidup." Pengakuan ceritanya yang buatku berfikir apalah daya diri ini yang seperti rumah di India yang tak ada pintunya, semua orang masuk tanpa khawatir ada pencuri datang dan mengambil barang berharga. Dan kondisiku sekarang sudah seperti rumah kosong yang terbengkalai dihantam tiupan angin, sarang laba-laba, koloni debu dan lain sebagainya. Untuk menyediakan tempat cocok huni bagi dirinya kurasa "Never." Maksudku rumah hati kawan-kawan.

Bagaimana bisa wanita seperti diriku menyediakan kenyamanan bagi hatinya, sementara hatiku dipenuhi laba-laba, debu, dan macam-macam. Apa iya, dia mau menempatinya. Jelas, aku tidak yakin, bahkan mungkin, tidak mungkin.

"Jujur sudah sejak lama aku memendam rasa padamu. Kamu adalah wanita yang dulu aku simpan dalam hati. Belum pernah aku ungkapan ke siapa-siapa. Cukup aku yang tau. Kau tau? aku tak pernah mecinta dan menamba siapapun, kecuali dirimu yang telah hilang. Sulit untuk kutemukan. Pasrah atas segala hadirmu yang tak akan pernah mungkin kutemukan. Lalu keajaiban datang dengan cinta damba yang terkubur dalam-dalam. Kupikir saat itu kau telah membuatku menggalinya lagi. Sebuah rasa cita-cita yang dulu menginginkan kamu. Menjadikanmu pasanganku. Saat kau hadir tanpa ada teori-teori pembuat konspirasi harap yang tak ku ketahui, saat itulah aku baru sadar bahwa getaran itu masih ada. Lalu...," kurang lebih seperti itu yang dia ungkapkan melalui pesan.

Dengan khidmat aku baca hingga aku lupa mengartikan kalimatnya. Hanya tawa kecil sambil menangis seperti langit mendung meneteskan kecil-kecil rintiknya. Terdiam sesaat seolah pesan ini membawaku kembali ke dunia di mana pertama kali aku mulai mengenalnya. Aku ajak dia berkenalan dengan bertanya sedikit tentangnya, mengenalnya, dan menjadi teman di sebuah kompetisi olahraga antar daerah. Dulu aku sakit hati ketika beberapa kali kuajak bicara, dia menghindar dan diam, tak ada jawaban yang keluar dari bibirnya, hanya ada tolehan mata yang menyilang arah diikuti oleh kepalanya. Asli, aku sakit hati padanya. Sejak itulah aku tak bicara lagi padanya. Mungkin hanya itu yang kuingat.

Hubungan pun berlanjut lebih intens dan sensitif. Bertukar tanya dan jawaban. Mencari tahu kecocokan makanan, kebiasaan, film dan rutinitas serta harapan dalam bias kata-kata. Setiap kali aku dengar kata-katanya ada suhu bahagia terbawa kabut kesepian. Malam hari dilewati hening penuh bisik riuh. Kamar sempit terasa luas ramai dengan imajinasi. Tak ada krik-krik suara jangkrik yang bicara dengan cicak di dinding. Sesak sesekali bukan karena panasnya ruang melainkan hati yang terlambat mecintainya buatku berkata "Kok ada ya orang seperti dia?" Keheranan ini terjadi di awal obrolan ngalor ngidul yang berisi pujian menyejukkan. Memerah pipiku di buatnya. Kali ini, aku jatuh cinta lagi.

Lama menikmati kerinduan yang mengalun mengudara dalam iringan lagu rendah volume.
Aku terbawa juga ke dunia mimpi yang indah penuh pesona alam panorama layaknya surga. Mengalir sungai-sungai jernih bak kaca satu arah. Pertama kali aku menemukan diriku yang menyesal telah mencintai banyak pria. Sementara dia berjuang sendirian tanpa perlu diketahui siapa-siapa. Ketegarannya membuatku yakin ia layak untuk kuperjuangkan. Meski hati dan jiwa sudah retak atas patah hati yang tak diketahui jumlahnya. Memang, kecurigaan tak dapat dihindarkan. Pun ketakutan akan kehilangan bahkan sulit sekali bagiku untuk percaya. Kali ini aku hanya bergerak layaknya air mengembun diudara bersembunyi dibalik awan, bersiap sedia jatuh ke bumi dan kembali kecewa.

Salam hangat para kaskuser yang setia menikmati tulisan kegalauan ini. Dibuat dengan sudut pandang wanita yang membuatku berfikir dari cara dia.

See You emoticon-Smilie

a9r7aAvatar border
indrag057Avatar border
delia.adelAvatar border
delia.adel dan 7 lainnya memberi reputasi
8
1.4K
22
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.3KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.