HAI AGAN DAN SISTA!



"Tak pernah mengucapkan cinta, bukan berarti tidak cinta."

Mungkin itu kalimat yang cocok untuk mendeskripsikan bagaimana hubungan ane dengan ibu ane. Seumur-umur, ane belum pernah mendengar Ibu ane bilang, "Ibu sayang kamu, Nak" atau "Ibu cinta kamu, Nak." Ya, kayakpara ibu di tivi-tivi.

Ane pun sama. Seumur hidup belum pernah bilang "Aku sayang, Ibu" atau "Aku cinta, Ibu." Gak tahu kenapa, tapi rasanya berat sekali untuk mengucapkan kalimat singkat itu secara langsung kepada ibu.

***

"Cinta ibu tak butuh kata-kata. Cinta ibu berupa pembuktian nyata."

Ada banyak kesempatan--di mana ibu mencurahkan cinta dan kasihnya kepada kita--walaupun sebagai anak kita menganggap hal itu amat sepele. Mencucikan pakaian, menyiapkan makanan, terjaga ketika kita sakit, menangis ketika kita jatuh, marah ketika kita berbuat salah, menjadi guru di rumah, menghapus ingus, dan lain-lain.

Itu semua sangat sepele. Namun, seandainya kita mau memahami lebih jauh, itu semua sangat berarti. Coba saja tidak ada ibu, apa kita mampu melakukannya seorang diri? Bahkan kadang, ketika kita sudah dewasa sekali pun, dan kita sudah bisa melakukan hal-hal tersebut dengan mandiri, tapi ibu tetap saja melakukan hal tersebut untuk kita.

Buktinya, tiap pagi ibu akan tetap masak untuk ane. Kadang pas ane mencuci pakaian, tau-taunya sudah dicuci oleh ibu duluan. Mau berangkat kuliah masih disediain bekal. Ketika sakit ibu masih begadang nemenin ane, padahal ane bukan anak TK lagi.

Kadang diperlakukan seperti itu terasa sangat menjengkelkan bagi anak yang merasa sudah 'dewasa'. Namun, percayalah, ibu berbuat demikian bukan karena menganggap kita tidak mampu, tapi karena beliau teramat sayang kepada kita. Sehingga tak peduli berapa pun usia anaknya. Di mata beliau, kita tetaplah anak-anak yang harus berada dalam perlindungan dan perhatiannya.


My Ibu

***

"Semua kenangan bersama ibu adalah hal yang terindah."

Jika ditanya tentang kenangan terindah bersama ibu, ane akan kesulitan sekali untuk memilihnya. Sebab, seluruh kenangan bersama ibu adalah yang terindah. Bahkan ketika beliau memarahi dan memukul betis ane dengan rotan pun, ane tetap berpikir itu indah.

Fyi aja, dulu ane adalah anak yang badung parah. Pulang sekolah bukannya pulang ke rumah, tapi malah mandi ke sungai. Di suruh belajar, tapi diam-diam ane malah main PS di kamar. Di suruh beli bumbu dapur ke warung, uang sisanya malah ane korupsiin dengan bilang, "Etek kadainya bilang, harga bumbu lagi naik, Bu, jadi gak ada kembalian."

Pokoknya nakal banget! Itulah kenapa, Ibu sering banget ngomel dan marah-marah ke ane. Ya, wong kelakuan anaknya kek Dakjal begini. Heheh.


Si bungsu

Namun, hingga ane kelas enam SD, ibu ane jatuh sakit sehabis melahirkan si bungsu. Bukan sehari atau dua hari, tapi dua tahun lamanya beliau terbaring di tempat tidur. Berat badannya turun, matanya cekung, dan binar matanya meredup. Ibu kerap menangis karena sakitnya, sebab beliau tak bisa mengurus ane dan si bungsu yang harus berada dalam penyapihannya.

Kala itulah ane menyadari-- betapa ibu sayang banget sama ane dan adik-adik ane. Buktinya, di saat kritis seperti itu, tetap saja ia memikirkan anak-anaknya. So, saat itulah ane betul-betul menyesal atas kebadungan ane selama ini. Bahkan, ane rindu akan omelan dan pukulan rotan di betis yang sudah dua tahun tak ane rasakan. Saat itulah perasaan takut betul-betul menyelimuti ane. Takut jantung ibu tak berdenyut lagi karena penyakitnya.

Oleh sebab itu, ane yang badung berubah jadi anak religius dan rajin beribadah kepada Tuhan. Setiap hari berdoa agar ibu ane diberi kesembuhan. Jujur saja, waktu itu ane menyadari bahwa dunia ane tidak akan aman kalau jantung ibu ane tak lagi berdetak. Alhamdulillah-nya, doa ane terkabul. Ibu ane sembuh dari penyakitnya dan itu adalah momen paling indah dalam hidup ane, bahkan sampai saat ini



***

"Jika diberi kesempatan dan rezeki, ane ingin mengajak ibu keliling dunia."

Suatu hari ibu pernah ngomong gini ke ane, "De, rasanya rugi banget, ya, kalau dalam kehidupan yang sekali ini, kita gak bisa melihat sudut dunia yang luas ini."

Saat itu ane tersentak banget. "Jadi ibu pengen keliling dunia?"

Wajar saja jika ibu memiliki keinginan seperti itu. Sebab, dirinya memang gemar membaca, menonton tayangan traveller, dan penikmat drama Korea garis keras. Sehingga, melalui media beliau tahu betapa dunia ini sangat luas, unik, dan menarik sehingga ingin untuk menapaki salah satu keunikan dunia itu pada suatu hari nanti.

So, keinginan itu yang akhirnya memotivasi ane untuk lebih giat lagi dalam belajar dan bekerja. Karena suatu saat nanti, ane ingin mewujudkan keinginan ibu. Mengajaknya berkeliling, melihat maha karya Tuhan Nan Maha Indah.


Dokpri

***

"Ane sayang ibu, walaupun ungkapan itu hanya tertuang dalam kata-kata."

Terakhir, ane hanya ingin mengatakan bahwa ane sangat sayang pada ibu ane. Ya, walaupun ane takkan pernah memiliki keberanian untuk mengucapkannya secara langsung. Bagi ane, selagi ibu masih ada, selagi suara ibu masih terdengar di telinga, selagi aroma masakan ibu masuk dalam indra penciuman, hidup ane akan baik-baik saja. Pasti!

Jujur saja, ane bingung mau menuliskan kalimat cinta yang bagaimana untuk guardian angel yang satu ini. Sebab, terlalu banyak yang ingin dicurahkan tentang dirinya sehingga ane tidak tahu harus menulis dari mana. So, untuk mengakhiri thread ini, hanya satu kalimat berikut yang terlintas di benak ane;

"Thank you Allah for my mother."

***

Nb: ane tak pernah punya foto berdua dengan ibu. Jujur saja, ane pemalu banget kalau sama ibu. Gak tau kenapa bisa begini. Oiya, fotonya kenapa gelap? Sengaja! Hehe.

Xoxo

A thread by: serbaserbi.com
Gambar: dokpri
Narasi: pribadi



Gomawoyo