Lewat surat ini, memori masalalu berputar kembali, menceritakan sepenggal kisah panjang dalam kehidupan yang pernah aku jalani dengan ibu. Ibu, pahlawan bagiku, wanita hebat dan kuat, tak ada kata menyerahkan dalam hidupmu.

Ibu....
Sekarang aku sudah besar....
Mungkin ini surat pertama yang ku tulis untukmu. Lewat secarik surat ini, tertulis pengorbananmu yang tak pernah mengenal kata lelah dalam hidupmu. Kau merawatku, menjagaku, melindungiku, mengajarkan banyak hal yang tak aku ketahui sebelumnya. Dengan telaten, jika aku tak mengerti apa yang kau ucapkan, kau menjelaskan dengan sabar hingga aku mengerti apa maksudnya itu.

Aku ingat saat dulu sering sakit-sakitan, dengan sabar kau selalu merawatku, bahkan sampai berhari-hari menggendongku, lupa dengan dirimu yang belum makan, tanpa rasa lelah yang kau perlihatkan pada wajahmu. Agar tak membeli beras dan lauk, kau selalu mengajakku berjalan keliling sawah mencari tanaman liar yang bisa dimakan, juga mengumpulkan sisa padi yang sudah ditinggalkan pemiliknya.

Sejak kecil aku selalu ikut kemanapun kau pergi, selain menjadi ibu rumahtangga, kau juga bekerja serabutan, aku ingat saat dulu harus berjalan berkilo-kilo untuk bisa bekerja di sebuah rumah milik orang, hanya sebagai pembersih sapu lidi, juga bekerja sebagai pemisah biji jagung (1 kaleng biskuit 500 perak), bahkan dalam sehari bisa bekerja lima kali dalam tempat yang berbeda, aku juga sering ikut bekerja di sawah orang, aku tau seberapa panas matahari mengenai tubuh, melewati selembar baju tipis yang kau gunakan. Tetesan keringat dan nafas lelah, terlihat jelas dibawah teriknya sinar matahari yang sedang silau ini.

Jika aku diberikan kesempatan sehari denganmu, aku akan mengajak jalan-jalan ke tempat wisata yang selama ini ingin kau kunjungi, tempat yang sedang ramai dibicarakan oleh banyak orang.




Gambar : doc pribadi