Selamat sore, Gansist ...




Tak terasa sudah akhir tahun saja, dan sebentar lagi kita akan memperingati hari ibu yang biasa dirayakan pada tanggal 22 Desember. Pada kesempatan ini, pertama-tama ane akan sedikit bercerita tentang kenangan ane bersama ibu.



Pada usia masih 11 tahun, ane dan ibu pergi melaut. Kebetulan rumah kami ada di desa. Jadi, lokasinya berada dekat dengan laut dan juga gunung-gunung. Sekitar pukul 15 sekian, kami berjalan kaki melewati pesawahan, kemudian deretan tambak udang yang cukup luas.



Sekitar 20 menit, akhirnya sampai juga di tepi pantai yang saat itu sebelah kanan dan kirinya masih dipenuhi oleh pohon mangrove. Di bawah akar-akar pohon itulah ane dan ibu mencari kerang.

Tak sampai di situ, kami keluar dari bawah rimbunnya pohon mangrove dan berburu cumi-cumi yang biasa berenang di sekitar lokasi. Hanya saja sedikit lebih jauh dari tepi pantai atau pohon mangrove. Perburuan cumi-cumi kami lakukan dengan menggunakan alat seadanya, yaitu sabit yang biasa dipakai untuk memanen padi.

"Bu, di sini! Lihat! Ada dua cumi-cumi!" seru ane.

"Tangkap, toh! Jangan cuma teriak," sahut ibu sambil tertawa kecil dan terus mengorek-korek pasir pakai sabitnya

"Aku nggak bisa lihat, airnya jadi hitam!" teriak ane sambil mengejar si cumi-cumi yang entah kabur ke mana.

"Jangan jauh-jauh! Biarkan saja cuminya kalau sudah kabur," seru ibu lagi.

Karena keasikan mengejar cumi-cumi, bertemu kepiting, dan juga kerang, ane ternyata berada jauh ke dalam laut. Airnya setinggi betis. Akan tetapi, semakin lama semakin tinggi. Rupanya air laut mulai pasang kembali. Sementara ibu masih terbilang di pinggiran. Ia serius mengorek-korek pasir untuk menemukan kerang.

Melihat air laut yang semakin tinggi, ane pun panik. Namun, tidak tahu harus berbuat apa. Lari ke arah ibu? Entah kenapa hal itu tidak terpikirkan, sampai akhirnya ibu mendengar tangisan ane. Wajah ibu tampak panik, ia berlari ke arah ane dan berteriak agar ane bergerak keluar dari sana. Namun, ane tetap berdiri sambil menangis.

Hingga akhirnya ibu pun berhasil meraih tangan ane dengan napas terengah-engah karena berlari di tengah air dan pasir yang sedikit bercampur tanah lembek alias lumpur.

"Sudah ibu bilang jangan jauh-jauh! Kenapa tidak dengar!" teriak ibu kemudian mengelus dadanya ketika kami sampai ke tepi.

Saat itu ane hanya diam. Tidak berani menjawab. Kami pun pulang, ibu menggenggam jemari ane hingga sampai ke rumah. Saat di rumah, ane dan ibu memasak kerang bersama. Rasanya nikmat sekali.

Meski hampir tenggelam saat melaut bersama ibu. Kenangan tersebut tetaplah yang terindah. Karena, insiden itu membuat ane tahu, bahwa ibu sangat mencintaiku.

Itu dia kenangan singkat ane bersama ibu.

Sekarang, hal kedua yang ingin ane lakukan bersama ibu.

Saat ini, ane tinggal jauh darinya. Ane hidup sendiri di kota untuk bekerja. Jika ane diberi waktu satu hari penuh untuk bersama ibu. Hal yang paling ingin ane lakukan adalah, berkebun. Ane ingin menanam sayur-sayuran bersama ibu. Karena, beliau suka sekali menaman sayur. Ane juga ingin menanam bunga bersama ibu. Karena, beliau sangat cinta keindahan. Ane ingin memasak bersama ibu. Karena, masakan beliau selalu mengunggah selera.

Itu saja harapan ane jika diberi waktu sehari penuh bersama ibu.

Selama ini, ane hampir tidak pernah mengungkapkan perasaan cinta ane pada ibu secara langsung. Hanya sesekali mencium pipinya, tangannya, dan tidur bersamnya di saat pulang kampung. Jadi, pada kesempatan ini, ane akan menulis surat cinta untuk ibu ane tersayang.








Penulis: @darmawati040
Sumber Tulisan: Narasi Pribadi