djrahayuAvatar border
TS
djrahayu
[SFTH] From The Heart
 

"Di dunia ini, setiap orang adalah tokoh utama dalam kehidupan masing-masing. Namun, terkadang. Kamu juga berharap menjadi tokoh utama dalam kisah kehidupan orang yang kamu cintai. Namun, nyatanya, hanya sebatas orang yang lewat dan tak dipedulikan." ZEIN.

000

Seorang perempuan dengan jilbab lebar dan gamis bermotif bunga itu mencium buku yang amat di sukainya. Tulisan seorang ZEIN sangat menyentuh hatinya. Dan, mampu memaminkan emosinya.

"Nisa!" Seseorang bergegas masuk ke kamar perempuan yang sibuk menghirup aroma buku itu.

"ZEIN! Aku dengar ZEIN sudah meninggal!"

"Apa?!" Buku di tangannya pun jatuh.

"Sesuai permintaanmu. Aku mencari tahu, kenapa selama setahun ini, ZEIN tidak menerbitkan cerita lagi. Ternyata, dia sudah meninggal."

Nisa menitikkan air mata. Kali ini, tidak ada yang bisa membuatnya terhibur dalam sangkar emas ini. 

"Selama ini, aku bisa merasakan kehidupan dunia luar dan kisah romansa nan manis, karena kisah yang ditulisnya. Aku benar-benar berharap bisa bertemu dengannya."

"Ehm ... aku sendiri tak menyangka. Dia yang berjanji akan mengadakan acara jumpa penggemar tahun ini, terpaksa harus batal dan tak akan mungkin untuk bisa terjadi."

"Ini." Perempuan itu menyerahkan surat pada Nisa. 

"Apa ini?"

"Surat untuk penggemar nomor satunya." 

"Nomor satu?"

"Bukankah sudah jelas? Kamu juara satu dalam challenge ZEIN Mania."

"Benar. Aku lupa."

"Terima kasih kuucapkan pada penggemar no satu ku. Aku harap kamu sehat selalu dan hidup dengan aman dan tentram. Terima kasih sudah menjadi penggemar setai. Terima kasih sudah mengumpulkan cerita-ceritaku. Bahkan, kamu memiliki segala cetakan dalam setiap judul. Aku benar-benar berharap, kita bisa bertemu. Namun, sepertinya itu tidak mungkin." Nisa membacanya sambil menangis.

"Ketika kamu membaca surat ini. Berarti aku sudah benar-benar pergi dan berpisah dengan dunia ini dan dengannya juga. Sebagai penggemar no satuku. Maukah kamu berdoa untukku? Doakan agar dia juga menangis, karena kehilangan diriku. Doakan agar dia mengingatku. Aku selalu berharap, agar aku tidak menjadi orang yang hanya sekedar lewat dalam hidupnya. Meski, itu tidak mungkin. Tapi, setidakknya ia bisa mengingatku. Bisa mengingat namaku." Nisa terduduk, "Aku pasti akan mendoakanmu."

"Nisa, mobil sudah siap." Perempuan yang tadi ikut menangis segera mendekati Nisa. Setelah melihat seorang pria memasuki kamar.

"Aku tahu." Nisa segera berdiri dan hendak mencari sapu tissue untuk menghapus air mata dan membuang ingusnya. Namun, pria itu mendekat dan memberikan tissue secara cuma-cuma.

"Terima kasih." Nisa berucap terima kasih.

"Sama-sama."

Nisa berjalan dan dibantu oleh temannya. Namun, tubuhnya terlalu dan terhuyung ke depan. Segera pria itu membantu Nisa untuk berdiri.

"Tidak apa. Aku bisa sen ...."

"Dokter sudah menunggu, Non. Dokter yang bapak panggil ini dari Amerika dan jadwalnya sangat padat. Kalau telat, tidak akan ada kesempatan lainnya." Pria itu berjongkok membelakangi Nisa.

 

Awalnya Nisa agak ragu. Akhirnya ia naik ke punggung pria itu. Mereka pun lekas menuju parkiran. Sampai di sana, ada kabar kalau jalanan sangat macet.

"Apa tidak ada jalan lain?" Ola, teman Nisa itu bertanya pada supir.

"Ada." Pria yang menggendong Nisa berpindah haluan ke parkiran motor. Semua orang di sana mengikutinya.

"Motor?" Nisa kaget dengan motor ninja yang ada di hadapan mereka.

"Iya. Tak ada cara lain."

"Tapi, cuaca hujan dan suhu sedang rendah." Ola tampak tak suka dengan ide itu.

"Cara ini lebih baik. Kalau tidak dengan begini. Gimana caranya Nona bisa sampai tepat waktu?"

"Benar juga!" Ola melepaskan sweeternya, "Lepas jas kalian!" 

Pria itu menurunkan Nisa. Kemudian digendongnya untuk naik ke atas motor. Di pasangkannya sweeter dan jas dua orang pengawal. Barulah ia naik. Kemudian, dengan bantuan Ola, mengikat gadis itu dengan tubuhnya dengan jas pak sopir. 

"Masih kurang kuat."

"Di mobil ada kain panjang!" Seru pak sopir, tapi kakinya sudah berlari duluan ke mobil.

Setelah pak sopir kembali. Barulah ia mengikat Nisa dengan kuat. Kemudian, memasangkan mantel dan helm pada mereka berdua.

"Hati-hati."

"Ehm." Pria itu segera memacu motor dengan kecepatan tinggi. Meninggalkan gedung apartemen di bilangan Jakarta yang tinggi.

Di simpang jalan, lampu bewarna merah. Mereka berhenti.

"Non?!" Tak ada suara. Tapi, tangan nonanya yang terikat bergerak di perutnya.

"Kalau Nona kedinginan jawab dengan ketukan jari sekali." Nisa mengetuk jarinya sekali di perut pria itu.. "Kita sebentar lagi sampai. Satu kali lampu merah ini saja lagi, setelah itu, kita sampai." Nisa kembali mengetuk sekali.

Sebenarnya, suhu di Jakarta tak terlalu dingin. Namun, karena kondisi kesehatan Nisa lahyang membuatnya tidak tahan dengan perubahan suhu. 

Diubah oleh djrahayu 07-12-2020 15:06
TaraAnggaraAvatar border
wanitatangguh93Avatar border
namakuveAvatar border
namakuve dan 6 lainnya memberi reputasi
7
2.5K
10
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread41.7KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.