Kalo ngomongin pahlawann ane rasa ada banyak sosok yang sebut dibilang pahlawan dalam hidup ane. Yang pertama ane anggap pahlawan jelas kedua orang tua ane yang udah besarin ane. Yang kedua ane anggap sebagai pahlawan adalah guru-guru ane yang udah didik ane, rela luangin waktunya buat ngajarin ane yang susah nangkep pelajaran ini, yang mau dengan sabar ngejelasin semua pertanyaan dalam otak ane. Dan yang ketiga adalah saudara dan keluarga besar ane yang udah memberi kasih sayangnya, pengetahuannya, cara pandangnya, kebaikannya hingga ane sebesar ini. 

*yang pake topi

Tapi kali ini ane mau bahas sosok lain diluar 3 pahlawan diatas yang menurut ane cocok disebut pahlawan. Namanya adalah Pak Iswandi, ane biasa panggil beliau Pak Wandi. Beliau adalah orang yang ngebimbing ane saat persiapan tes jasmani menjelang seleksi TNI.  

Ada banyak hal yang membuat ane salut sama beliau. Yang pertama adalah rasa empatinya. Mungkin karena beliau sering ngelihat ane lari sendirian siang atau sore hari di lapangan, sehingga beliau mau meluangkan waktunya buat ane yang awam ini bagaimana cara lari yang benar, latihan apa saja yang perlu dilakukan untuk meningkatkan daya tahan dan kecepatan, serta pemanasan dan pendinginan yang sering dilupakan oleh kebanyakan orang. Ada 2 hal penyebab orang tidak melakukan pemanasan dan pendinginan, pertama males dan kedua tidak tau caranya. Dan ane golongan orang yang kedua. Tapi berkat beliau ane ngerti bagaimana pemanasan dan pendinginan sebelum dan setelah olahraga. Dan ini berimbas pada orang-orang yang ingin ikutan olahraga bareng ane. Semua yang mau olahraga bareng ane pasti selalu ane ajak untuk pemanasan. Entah olahraga lari, renang, bersepeda atau bulutangkis. Karena ane merasakan bedanya antara melakukan pemanasan dan tidak ketika akan berolahraga.

Hal lain yang akhirnya menjadi panutan buat ane adalah segala sesuatu itu tidak tentang duit. Dulu ane ngerasa setelah latihan berbulan-bulan sama beliau, ane ngerasa harus membayar semua pertolongannya. Tapi sambil tersenyum Pak Wandi ini menolak uang itu dan mengatakan bahwa semua ilmu yang diberikannya adalah ibadah. Dengan harapan ane bisa memberikan ilmu-ilmu itu kepada orang lain yang membutuhkannya. Beliau percaya bahwa ilmu itu sifatnya kekal dan mengalirkan pahala. Selama ilmu yang dia berikan tersebar kebanyak orang secara terus-menerus, semakin banyak pula kebaikan dan pahala yang akan ia dapat. Oleh karena itu beliau menolak uang tersebut karena ditakutkan ilmu itu akan berhenti pada ane seorang. Karena ane merasa diajari dan perlu membayar atas ilmu itu dan tidak perlu membagikan ilmu yang didapat pada orang lain.

Hal terakhir yang juga merubah pandangan ane adalah sikap ramah pada semua orang. Akhir-akhir ini ane baru tau bahwa tidak semua orang bisa dengan mudah berbincang dengan orang baru yang baru dikenalnya. Ada yang butuh waktu berbulan-bulan, berminggu-minggu dan ada pula yang cukup sekali ketemu bisa akrab. Dan itu tergantung pada dua hal, dirinya sendiri dan orang yang mengajaknya berbincang. Kalo yang mengajak berbincang tipenya cuek dan dingin tentu akan sulit untuk memulai pembicaraan. Namun kalau yang mengajak berbincang orangnya ramah dan hangat, peluang orang untuk mau melanjutkan perbincangan menjadi lebih besar. Itulah mengapa ane berusaha untuk selalu ramah dan hangat pada orang-orang baru.

Sebenarnya masih ada beberapa hal dari beliau yang akhirnya merubah cara pandang dan pola pikir ane. Namun ane rasa tiga hal tadi sudah cukup untuk mewakili itu semua.