PROLOG

Perempuan yang masih mengenakan jilbab di malam hari itu adalah Sarah. Ia tengah menemani seorang Dirga yang asyik bermain di taman belakang.

"Kau tahu?! Kau tahu?! Aku senang!" Dirga berloncat-loncat penuh gembira. Layaknya orang idiot biasanya.

"Mas, ini sudah malam. Aku lelah dan mau istirahat."

"Kata mama ...."

"Kata mama, kata mama. Kapan ada katamu sendiri, sih?!" Sarah melepaskan jaket yang dipasang oleh Dirga, sebelum ia bermain.

"Aku titip, nanti kalau dipakai sambil main bisa kotor! Kalau kotor, mama bisa marah!" Serunya sambil berlari tadi.

Sarah melangkah masuk dan meninggalkan Dirga sendiri di sana. Sedangkan, pria yang menjadi suaminya duduk termenung di pinggir kolam. Ia menatap pantulan dirinya di sana.

"Maaf. Aku sudah menipumu." 

Sebuah telepon genggam pun berbunyi. Membuat Dirga tergerak untuk mendekati meja dan kursi di taman belakang.

"Tuan, kenyataan tentang anda yang gila, tidak merubah mereka. Satu lagi, apa tuan yakin dengan Sarah? Karena, dia adalah orang terdekat Hesti dan Marlin."

"Aku yakin. Sarah tidak seperti itu. Dan, memang bila itu yang terjadi. Aku harap kalian jangan membencinya dan jaga dia untukku." Dirga mematikan telepon sepihak. Ia segera berjalan masuk ke rumah. Tak lupa, diambilnya jaket yang dijatuhkan ke tanah.

Dirga berjalan memasuki kamar. Di sana, Sarah masih tertidur dengan pakaian lengkap. Bahkan, dengan jilbab yang masih terpakai rapi.

Dirga mendekat ia memerhatikan wajah Sarah yang tertidur. Dan, tiba-tiba mata itu terbuka. Senyum mengembang di wajah perempuan itu.

"Akhirnya, masuk juga." Sarah mengambil posisi duduk. Ia segera mengambil segelas susu yang dihangatkan dalam oven tadi.

"Minumlah dulu. Setelah itu, tidur." Sarah berdiri dan pergi memasuki kamar mandi. Senyum merekah di bibir Dirga.

Sarah keluar dari kamar mandi dengan jilbab yang sudah dilepas. Selama meninggalkan Dirga tadi, ia menyadari apa yang telah dilakukannya adalah salah. Dirinya sudah banyak dosa dan tak ingin menambah banyak dosa, karena lalai dan durhaka pada suami.

"Sarah cantik!" Dirga kembali menjadi idiot. Ia tertawa dan memainkan rambut Sarah.

cumi demikian, Sarah tak marah. Ia perlahan menuntun pria itu ke kasur dan memaksanya untuk tidur. 

"Sarah cantik!" Dirga kembali memainkan rambut Sarah yang tengah merebahkan diri dan tak lama, akhirnya istrinya pun tertidur. Sebelum ikut tidur, ia perbaiki selimut yang terpasang dan posisi bantal perempuan yang dicintainya itu.