Sumber:gambar

Rotan merupakan tumbuhan yang jumlahnya lumayan melimpah di Indonesia. Para kaskuser tentulah tidak asing dengan tumbuhan rotan ini.


Dahulu saat TS masih kecil, rotan adalah benda yang paling menakutkan, karena jika benda itu dikeluarkan, berarti ada yang berbuat salah. dipecut pakai rotan itu rasanya ehem banget dan gak bakalan ada yang ketagihan. Hehehehe


Oke, terlepas dari cerita TS, rotan merupakan salah satu bahan utama dari berbagai macam kerajinan tangan. Dari waktu ke waktu kerajinan anyaman rotan semakin berkembang dan semakin banyak variasinya. Tidak hanya kursi saja, tapi berbagai macam tas fashion pun sudah banyak yang terbuat dari rotan.


Produk-produk yang terbuat dari anyaman rotan ini tidak hanya cantik, tapi juga memberikan nilai estetik.


Salah satu kampung yang ada di Kalimantan barat merupakan tempat para pengrajin anyaman rotan yang diberi nama Anyaman Lampit.  Kampung itu ada Kampung Taji atau yang lebih dikenal  dengan sebutan Dusun Sempadian, Desa Terusan, Kecamatan Manis Mata, Ketapang, Kalimantan Barat.


Anyaman lampit adalah anyaman tikar yang terbuat dari rotan. Anyaman cantik ini menjadi salah satu nafas masyarakat, menjadi salah satu masukan ekonomi bagi mereka.


Kelebihan dari anyaman lampit khas daerah tersebut adalah anyamannya sangat rapi dan tahan lama. Jadi, nyaman untuk tempat baring santai atau buat ngumpul bareng di depan televisi.


Sumber: gambar

Proses menganyam lampit cukup rumit dan memerlukan keahlian khusus. Bilah-bilah rotan yang dianyam haruslah sama besar ukurannya kira-kira bilah rotan yang dibelah dari anyam ukurannya 2 cm. Kerapian dari rautan melalui jangat sangat diperlukan. Rotan harus ada yang dibuat halus sebagai pengikat (perajut) setiap sisi kanan dan kiri anyaman sebagai pengokoh (penguat) anyaman.

Waktu yang dibutuhkan untuk satu anyaman lampit diperlukan hingga sepekan lamanya. Jika cepat, tiga hari lampit dapat selesai proses penganyamannya

Selain lampit, anyaman lainnya seperti topi, keranjang, sendal, tajau,ringkak, pempinangan, tas rotan, kindai/penangkin, tempat nasi, slipang dan tudung saji merupakan kreasi anyaman lokal yang bisa dikreasikan dari bahan rotan. Tak hanya itu, ada juga intaran (ayakan/pengayak tepung).

Namun, sangat disayangkan, kini seiring berjalannya waktu, zaman semakin modern dan semakin banyak juga produk-produk baru yang keluar di pasaran. Kerajinan anyaman lampit ini sedikit demi sedikit mulai ditinggalkan.

Akan tetapi yang lebih mengkhawatirkan adalah para pewaris dari warisan leluhur anyaman lampit ini sudah semakin sedikit. Karena, para muda-mudinya sudah jarang bahkan banyak yang enggan belajar menganyam dan mau meneruskan budaya ini.

Dari sekian hal yang mengkhawatirkan adalah ketersediaan bahan baku dari anyaman ini, yakni rotan. Semakin ke sini tanah Kalimantan semakin banyak di kelilingi perkebunan sawit. Bukan tidak mungkin jika suatu saat tumbuhan seperti pohon rotan ini keberadaannya semakin berkurang bahkan bisa saja tidak ditemukan lagi.

Jadi, harapanku mungkin juga menjadi harapan para pengrajin ya, semoga segera ada tindakan untuk hal ini dari semua pihak terkait.

Kegiatan kerajinan tangan seperti menganyam anyaman lampit ini bisa juga diajarkan di sekolah-sekolah atau di tempat-tempat les ya. Jadi, tidak perlu khawatir akan kerajinan anyaman lampit hanya akan tinggal cerita saja. Karena, tidak mungkin juga dari beberapa orang atau murid yang belajar tidak akan mempraktekkan, bukan.

Oke, semoga kerajinan tangan seperti ini akan tetap bisa dinikmati oleh kita dan anak-anak kita nantinya.

Sampai di sini dulu, semoga bermanfaat dan sampai ketemu lagi di thread selanjutnya. Insya Allah.


Istijabah
Referensi: di sini, di sinidan di sini