Banyak berita berita beredar tentang orang tua yang sudah jompo ditelantarkan anaknya. Ada yang sudah tidak berdaya, tinggal di gubuk seorang diri. Untuk makan sehari-hari hanya berharap belas kasian dari tetangganya. Sementara anaknya entah di mana.

Ada juga berita orang tua yang sudah tidak berdaya, duduk di kursi roda, kemudian ditinggal di depan supermarket oleh sang anak. Ketika ditemukan anak tersebut mengatakan kalau dia sudah tidak mau lagi merawat orang tuanya.

Ini hanya dua contoh. Kenyataan di lapangan tentu masih banyak lagi. Banyak orang tua yang sudah tidak berdaya, sakit-sakitan yang dibiarkan terlantar oleh anaknya.

Sekilas, orang-orang yang melihat pasti akan mengutuk sang anak, menganggap anaknya durhaka. Tapi jika ditelusuri jauh ke belakang, kesalahan sesungguhnya terletak pada orang tua itu sendiri.

Merekalah yang menjadikan anaknya tumbuh menjadi anak yang tidak tau balas budi, lebih tepatnya anak yang durhaka. Dan jika ditelusuri lebih dalam lagi, hal ini merupakan balasan dari Tuhan terhadap dirinya.


Untuk menjadikan anak tau balas budi, mau merawat dengan ikhlas seperti yang pernah kita lakukan, rasanya tidak cukup hanya memberikan pendidikan formal saja.

Banyak anak yang sekolah tinggi, sukses dengan harta berlimpah, namun orang tuanya yang sudah lanjut usia ditaroh di panti jompo. Dengan uang dia suruh orang lain untuk merawat orang tuannya.

Pendidikan tinggi tidak menjadi jaminan anak tumbuh menjadi anak yang berbakti. Sebab tidak sedikit anak yang sekolahnya hanya lulusan SD, penghasilan pas-pasan tapi ketika orang tuanya sudah tidak berdaya, sakit-sakitan, dia mau merawat dengan ikhlas.


Gw jadi teringat dengan apa yang dikatakan abah angkat gw. Intinya adalah, "apa yang kamu lakukan pada orang tuamu hari ini, maka itulah yang akan dilakukan anakmu terhadap dirimu kelak. Jika kamu ingin anakmu berbakti padamu, maka mulailah dari dirimu, berbaktilah pada orang tuamu."

Apa yang dikatakan abah angkat gw tersebut bisa jadi bahan renungan. Ini lebih pada hukum karma. Percaya atau tidak silakan buktikan.




Sumber: pengamatan dan opini pribadi.