Rindu itu bernama Yono, iya rindu dengan hari hari kita yang sudah lama tak jumpa. Lelaki dengan tubuh tak sempurna itu selalu melekat dalam ingatan.

Seringai senyum dengan gigi kuningnya menyambutku setiap jumat pagi. Kegiatan sosial yang baru satu tahun yang kita jalani bersama teman-teman. Dan aku selalu membawa senyumnya pulang. Senyum yang tak kan pernah kutemukan pada siapapun sepertinya.

Yono, lelaki spesial itu adalah anak yatim sejak lahir dari seorang janda tua bernama Sumarni. Orang sering menyebutnya mak Marni. Bapak Yono meninggal tertabrak sebuah truck saat menarik becak di jalan raya dekat alun-alun. Yono terlahir istimewa, orang sering menyebutnya dengan kata idiot. Kepala Yono yang lebih besar dari bentuk bahunya memang sering menjadi olok olokan.
Tapi sedikitpun Yono tak pernah membalas olokan mereka.

Padahal Yono lelaki yang sangat rajin, dia selalu membantu pakde Ngatno membersihkan masjid setiap jumat pagi. Walau semua kebaikannya seringkali tak pernah dihargai, dia tetaplah dianggap lelaki idiot yang tak berguna apa apa.

Di masjid inilah aku bertemu dengan Yono. Dia juga sangat cekatan membantu kami membagikan kotak nasi sedekah yang di dapat dari beberapa komunitas. Walau begitu mungkin hanya aku saja yang selalu merasa terbantu olehnya.

****

Hari itu Yono ulang Tahun, sengaja kubuat kejutan untuknya dengan membawa sebuah kado dan kue tart mungil serta sebatang coklat kesukaannya. Usia Yono duapuluh tiga tahun sekarang. Usia yang seharusnga dianggap dewasa, dihargai, dan didengar pendapatnya.
Namun itu tidak berlaku bagi Yono. Warga kampung tak pernah menghargai keberadaannya.

Tingginya hampir sama denganku jika kami sama-sama berdiri atau bergandengan tangan saat menyebrang di alun alun sore itu. Yono sibuk memayungi tubuhku yang mulai kuyup dan bersin. Katanya, dia tak mau aku demam sebab hujan yang jatuh dengan deras dikepala kami berdua. Buatku dia memang lelaki spesial, yang memperlakukan wanita amat spesial. Aku tak perduli anggapan orang dengan predikat idiotnya. Yang pasti senyum tulusnya membuatku nyaman.

Kami sempat duduk di angkringan wedang jahe sejenak, menghilangkan rasa dingin dengan canda khas Yono yang mungkin hanya aku yang menikmatinya. Orang lain juga tukang wedang jahe itu tetap saja menganggap Yono manusia idiot.
Dan sore itu aku benar benar jatuh hati padanya, mencintai lelaki yang tak sempurna adalah kesempurnaan bagiku.

******
Kejadian malam itu, saat Yono pulang dari masjid, nampak dua orang preman sedang menodong anak gadis yang melintas di ujung gang masjid. Tak berfikir lama, Yono menghadang mereka demi menyelamatkan sang gadis.

Malang, dua tusukan pisau belati menembus dan merobek dinding jantungnya. Yono, menghembuskan nafas terakhir seketika.

Sejak hari itu Yono dianggap keberadaannya, sebab menyelamatkan putri seorang pengusaha tambak yang paling tenar di kampung itu.

Baju koko putih hadiah ulang tahun sore itu, kini robek dan penuh darah.