Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

deandrawiraAvatar border
TS
deandrawira
MAKANAN DI SYURGA
"Mak, hari ini kita tak makan kah?"

"Insya Allah makan, kita tunggu warung nasi itu membuang nasi bekasnya ya"

"Rizwan suka hari Jumat mak, karena cuma hari itu kita bisa makan enak"

"Nanti di syurga kita bisa makan enak, sabar ya"

"Masa sih mak, di Syurga itu kita bisa makan enak ?"

"Iya benar, makanya Rizwan jadi anak yang nurut sama emak ya".

Wajah Rizwan bersinar, bola matanya penuh membayangkan hidangan syurga.

*****
Jakarta memang bukan kota miskin, setidaknya itu pemandangan yang kulihat setiap hari. Gedung bertingkat dan mobil-mobil mewah yang parkir di halamannya, menandakan Jakarta adalah kota yang sangat kaya. Belum lagi, Mall-Mall dan tempat rekreasi yang menawarkan sejuta fantasi bagi kaum berduit, apa pun bisa kita dapatkan disini.

Mungkin kalimat diatas lebih cocok untuk para kaum bergaji, UMR atau tidak itu urusan nanti. Yang pasti Jakarta bisa dinikmati sebagian orang yang mampu membayar.

Tapi tidak untuk Rizwan. Bocah umur enam tahun ini justru seperti serpihan upil yang tak berguna. Di kota besar ini pengemis dan orang miskin hanya menjadi urusan petugas, peraturan yang telah disepakati, sebab kaum papa seperti mereka hanya dianggap pengganggu dan perusak keindahan pandangan di tengah kota besar nan indah.

Rizwan tinggal di bantaran sungai ciliwung, tempat dimana penduduk disini adalah orang-orang yang pertama tersorot kamera saat banjir bandang melanda. Atau jika mereka pun berhasil selamat, mungkin mata-mata mereka sekedar memenuhi layar kaca dengan informasi layanan sosial bagi korban banjir dan sebagainya.

Padahal, sejatinya mereka bukan korban banjir saja, sebab setiap tahun, bahkan saat curah hujan meninggi mereka resmi kehilangan tempat tinggal, barang-barang, dan mungkin nyawa mereka bisa melayang.

Rizwan adalah satu diantara ratusan anak yang lahir di bantaran sungai ciliwung. Di rumah kardus buatan almarhum ayahnya lah dia tinggal bersama ibunya. Setahun yang lalu, Ayah Rizwan meninggal dikeroyok massa, pasalnya dia ketahuan mencopet ibu-ibu yang tengah asyik berbelanja. Ayah Rizwan sebenarnya orang yang baik, tapi saat anak dan istrinya pucat menahan lapar, dia pun nekad melakukan aksi itu. Malang, dia malah menjadi bulan-bulanan massa. Dia pun menutup mata dengan wajah penuh luka dan dua tulang iga yang patah serta tangan yang sudah berubah bentuk karena patah diinjak warga.

Sejak ayahnya meninggal, Rizwan kini melanglang buana bersama ibunya. Menjadi pemulung dan peminta-minta yang berpindah tempat. Tergantung dimana lokasi yang aman, Rizwan dan ibunya duduk menengadahkan tangan di emperan jalan.

Sesekali koin seribu, lima ratus, mampir di tangan mereka. Tak jarang pula ada yang memberi lembar dua ribuan. Progres terbaik yang pernah mereka terima adalah setiap hari jumat.

Entah sejak kapan di mulainya, ibu-ibu berkerudung itu selalu memberi mereka makan, satu kotak nasi lengkap berisi lauk dan sayur plus air mineral. Rizwan dan ibunya sangat bahagia, itu artinya mereka tak harus mengeluarkan uang atau mengais nasi sisa di pembuangan rumah makan tempat dia mulung.

*****
Hari masih sangat gelap, ibu Rizwan biasa berkeliling lebih dulu, meninggalkan anaknya di emperan yang masih asyik terlelap. Seperti biasa, dia berjalan ke sudut-sudut pasar, mencari kardus atau botol yang bisa dijual. Sudah beberapa hari ini mereka tidur di depan toko kelontong entah milik siapa, tak jauh dari pasar. Berselimutkan angin, dan beratapkan langit, mereka tetap menjalani hidup tanpa keluhan. Walau ruam dibadan sebab nyamuk sudah tak bisa di hitung jumlah titiknya.

Rasa lapar yang amat melilit ditahan oleh wanita berusia tiga puluh tujuh tahun ini. Dia harus mengalah, karena semalam mereka hanya berhasil mengumpulkan nasi sisa dari pembuangan sedikit saja. Itupun habis dilahap Rizwan. Sang ibu rela menelan air liur demi mengeyangkan perut anaknya.

Tiba-tiba kepalanya berputar, rasa vertigo melanda dengan kuatnya. Gelap seketika, detik-detik menutup mata sang ibu sempat Cumiik takbir dan menyebut nama Rizwan.

*******

"Mak, sekarang emak sudah bisa makan enak di Syurga. Rizwan pengen ikut emak. Disini Rizwan lapar mak"

Gundukan tanah kuburan itu masih basah.
Diubah oleh deandrawira 22-10-2020 13:36
bukhoriganAvatar border
alamseriesAvatar border
tien212700Avatar border
tien212700 dan 2 lainnya memberi reputasi
3
315
1
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.4KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.