Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

MnsukraAvatar border
TS
Mnsukra
Sahabat Inspirasi


Ilustrasi Gambar : eramuslim.com 

Dunia ini tak lebih dari sebuah permainan, ada yang menang dan ada yang kalah. Semua saling sikut-menyikut untuk mendapatkan kemenangan, menghalalkan segala cara dan cenderung anarkis. Sewaktu masih menimba ilmu di sekolahan dari SD hingga bangku Kuliah aku melihat banyak hal sisi gelap yang tak bisa ku lawan. Terlahir dari keluarga yang tinggal dilingkungan nelayan tak ayal makanan bergizi protein tinggi hasil laut sering kami konsumsi sekeluarga. Mungkin itu salah satu faktor yang membuatku selalu mendapat rangking dari kelas satu sampe kelas 6 SD.

Meskipun demikian, merasakan sisi gelap di dunia pendidikan itu sudah kurasakan sejak masih kelas 3 SD. Contek-mencotek itu sudah menjadi kebutuhan dan parahnya lagi dilakukan satu kelas. Menipu Ibu guru yang umurnya sudah tua, seolah-olah nilai jelek disulap jadi emas permata. Ketika Ibu guru yang sudah tua itu diganti dengan guru baru, semua berubah secara drastis. Tak ada lagi yang mencoba menyulap salah menjadi benar dan nilai jelek tetap menjadi jelek. Anak manusia tak kehilangan cara, aksi contek-mencontek dilakukan lagi saat ulangan tiba, dilakukan sembunyi-sembunyi.

Aksi semacam itu terus berlanjut hingga semasa kuliah. Demi mendapatkan nilai tinggi mahasiswa pun melakukan aksi curang seperti itu. Bahkan, dia yang mencontek justru dianggap mahasiswa terbaik dikelas berkat nilainya yang tinggi. Sewaktu SMA aku pernah menemukan teman yang sangat anti dalam contek-mencontek, ia mengerjakan setiap ulangan dengan otaknya sendiri tanpa bantuan apapun kecuali, otak dan pengetahuannya. Hingga suatu ketika ia tak menjadi ranking satu dikelasnya karena temannya mendapatkan nilai yang lebih baik daripada dia. Tapi apa yang terjadi? Justru temannya yang ranking satu itu merasa tidak enak kepadanya karena ia sendiri mendapatkan nilai itu dengan cara curang.

Temanku itu mengakui bahwa selama tiga tahun menimba ilmu di SMA ia hanya tiga kali melakukan contekan selebihnya semua nilainya murni. Ku akui ia adalah anak yang pintar, tapi hidup dilingkungan anak-anak yang kurang dalam prestasi akademiknya. Oleh karena itu, orang seperti dia juga akan terpengaruh oleh anak-anak lainnya. Sungguh aku merasa kasihan padanya. Bahkan anak seperti dia masih meluangkan waktunya untuk mengajari kami dalam rangka menghadapi ujian nasional. Ia rela mengajari teman-temannya untuk mendapatkan nilai yang baik saat ujian dengan mengorbankan waktu belajarnya. Dan akhirnya ia tak menjadi yang terbaik, tak ada namanya dalam ruang siswa sepuluh besar nilai terbaik di sekolah.

Kini aku merindukan teman seperti dia. Bagaimana nasibnya? Aku ingin bicara padanya. Kepintaran memang membuat orang menjadi sombong dan angkuh, tapi ia masih merendahkan dirinya untuk menjadi bagian nakal dari kehidupan kami. Ia adalah kekuatan kepercayaan diri kami untuk hal-hal negatif di sekolah misalnya, mengajaknya bolos mata pelajaran, tidak mengerjakan tugas, dan berani untuk melakukan ide-ide gila. Ia orang yang lurus terjebak dalam lingkungan yang salah. Tapi ia adalah cahaya penerang semangat hidupku sampai dititik kesuksesan sekarang.

To My Friends!  


cindylestari123Avatar border
dieeibAvatar border
a9r7aAvatar border
a9r7a dan 4 lainnya memberi reputasi
3
1.1K
11
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.3KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.