Dahulu bagi sebagian kalangan menggunakan slogan hidup "makan ga makan yang penting kumpul". Mungkin saat ini pun masih ada beberapa yang masih menerapkannya dalam kehidupan yang terbilang di bawah garis kata mampu.

Bagi yang hidup sederhana, menerima dan mensyukuri nikmat yang didapatkan terutama dalam urusan perut, bisa jadi menggunakan slogan hidup "makan seadanya yang penting kumpul". Istilahnya mengedepankan kerapatan ikatan bathin hati dalam sebuah keluarga. susah senang dirasakan bersama-sama.

Makan menggunakan satu tangan kanan, mengesensikan bahwa apa-apa yang masuk dalam perut adalah segalanya kebaikan bagi hati untuk menjalin sebuah ikatan keluarga yang lebih harmonis. Meskipun hanya makan alakadarnya, yang dimisalkan seorang suami sebagai kepala keluarga hanya bisa memberikan sesuap nasi dicampur garam, kepada anak-anak dan istrinya.

Ketika keberkahan yang dicari, memang harus fokus pada hati. Dalam hati (rasa) banyak sekali kekeliruan ketika ego masing-masing dikedepankan. Kuncinya ada pada pembersihan hati yang terproses dari makanan yang dimakan. Ada penyebab yang mendominasi kenapa mencuri itu dilarang bahkan disemua agama? Sebab yang mencakup didalam harta curian tersebut ada sisi keegoisan bagi si pemiliknya.

Baik si pencuri dan pemilik harta sama-sama memiliki sisi kadar ego, si pencuri berhasrat memiliki, si pemilik harta berhasrat menguasai. Letakan kedua jenis ego tersebut keluar dari ruang lingkup hati yang dipenuhi dengan rasa syukur.

Si pencuri tidak bersyukur dengan apa yang sudah dimiliki. Dalam agama Islam hukum bagi si pencuri sudah jelas potong tangan. Masihkah tidak bersyukur dengan tangan yang masih di miliki.

Si pemilik harta (yang kikir) juga tidak bersyukur dengan apa yang sudah dikuasai. Dalam agama Islam kita bisa belajar dari kisah Qorun yang hidup pada zaman nabi Musa as.

Qorun adalah orang yang paling kaya pada zamannya. Pintu gudang hartanya saja di gembok dengan emas. Saking besar dan berat gemboknyapun harus dipanggul oleh beberapa penjaga gudang. Hingga nabi Musa as mendoakan azab bagi kekikiran Qorun. Qorun pun ditenggelamkan ke bumi bersama hartanya. Walhasil nama Qorun tersebut menjadi cikal bakal nama harta Karun, yang mana merujuk pada istilah penemuan harta dari bawah bumi (terkubur).

Kembali ke topik awal, bahwa dinyatakan kekiniannya slogan hidup "kumpul ga kumpul yang penting bisa makan". Mengingat wabah yang masih melanda dibeberapa daerah yaitu Covid-19. Maka dari kejadian tersebut bisa memetik satu pelajaran, bahwa apa pun kondisinya, manusia diharuskan bertahan hidup dan semampunya menjaga ikatan kekeluargaan.

Bahkan hubungan yang jarak jauhpun bisa ditunjang dengan media dan teknologi informasi yang kini sudah mutakhir / maju /terdepan. Seorang suami yang berpisah dengan anak-anak dan istrinya, dimaksud untuk mencari nafkah untuk menghidupi keluarganya. Bahkan ditengah wabah Covid-19 harus lebih berjuang demi bertahan hidup bagi diri dan keluarganya (hanya untuk bisa makan). Suatu keterpaksaan memang karena keadaan.

"Tidak ada yang tau apa yang akan terjadi menimpa diri dimasa yang akan datang, kecuali hanya Tuhan Yang Maha Tau".

Sekian threadh dari ane. Mohon maaf bila ada kekeliruan dalam paham dan tulisan ane.

Wasaalam
🙏🙏🙏

Sumber :
Opini pribadi @putrateratai.7
Pic. google
Inspiration of God