Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

MnsukraAvatar border
TS
Mnsukra
Penyiraman Amarah


Ilustrasi Gambar : okkisutanto.com

Rumah kosong disebelah rumahku baru saja ditempati oleh tetangga baru. Datang dari jauh dari timur Indonesia, bukan Papua, melainkan Sulawesi Tenggara. Masih akrab dengan suku Bugis yang suka menjelajah lautan hingga tersebar di hampir seluruh wilayah Indonesia. Itulah suku Buton.

Buton adalah nama pulau tempat tinggalnya Fildan DAcademy yang sempat terkenal dengan nyanyian India. Namun, sering kali terdengar lagu ‘Tanah Woliyo,’ oleh para penggemarnya. Entah aku tak tau apa artinya. Jelas sangat asing bagiku untuk menerjemahkan bahasa tetangga baru itu.

Rumah itu telah lama kosong dan hampir tidak terawat. Sudah banyak orang yang menempati rumah itu, seingatku mereka yang baru saja menikah nyaman tinggal disitu. Kebetulan keluarga baru ini menempati rumah itu. Keluarga kecil yang berisikan dua orang anak laki-laki dengan kedua orang tua mereka. Anak laki-laki yang pertama bernama Dafa sedangkan Adiknya bernama Nadal.

Kedua bocah cilik itu terpaut tiga tahun. Dafa kelas 6 SD dan Nadal kelas 3 SD. Mereka berdua adalah seperti bocil pada umumnya. Kenakalan dan perkelahian yang kudengar dari rumah yang mereka tempati itu sering terjadi. Kekonyolan mereka membuatku tertawa juga heran. Apalagi terjadi adu argumen menang sendiri, wah itu sangat seru sekali.

Dafa dan Nadal juga menjadi teman dari Adikku yang  bernama Dian. Mereka sangat akrab, juga sering berkelahi. Hingga disuatu hari Dian pulang dengan tangisan yang pecah, merengek-rengek dan berucap tak karuan yang isinya tuduhan kepada Dafa dan Nadal.

“Hiks...Hiks...Hiks...,” suara Dian terdengar dari palang pintu belakang rumahku. Disiang hari ia menangis merdu yang merusak kenyamanan telinga yang mendengar. Kami semua bingung dengan tingkahnya.

“Hikss...Hiks...Hiks... basah bajuku...nakal benarlah...orang nggak ganggu ku kena siram... hikss..., ” kata-kata Dian menjelaskan dengan nada-nada kesedihan, seolah ia sedang tidak mengganggu Dafa dan Nadal beserta teman-teman mereka.

“Diamlah...Dian, datang kerumah nangis-nangis. Main dari pagi sampe kesiang hari baru pulang. Sekali pulang malah nangis,” oceh Ibuku yang gusar melihat dan mendengar tingkah Adikku Dian.

“Entah, lain kali lawan kalo orang ganggu, jangan tau nangis,” sela diriku yang tiba-tiba merasa tidak nyaman.

“Hiks...Hiks...Hiks....”

Dian tak berhenti mengeluarkan air mata dan suaranya. Ibupun merasa kesal dibuatnya, hingga ibu menampar pipinya dan menyeretnya keluar. Akan tetapi, Dian kembali masuk kerumah dan menangis sejadi-jadinya. Lalu seperti layaknya seoarang ibu dengan ocehan khasnya.

“Lain kali, kalo pergi main makan dulu. Ini pulang-pulang nangis. Pergi main dari pagi sampe kesiang bolong gini baru pulang. Kalo mereka ganggu bilang sama Ibu atau bapaknya. Mak Dafa-mak dafa mereka ganggu ku tadi, disiramnya bajuku. Basah jadinya.”

“Hiks...Hiks...Hiks...,” semakin memudar dan pelan semenjak Ibu menasehatinya.

Tak lama suasana sudah hening. Tangis Dian telah menjadi napas lelap keletihan hingga membuatnya tertidur pulas. Ibu pun masih  heran dengan Dian dan terus mengomel yang tidak jelas, padahal orang yang buat kegaduhan sudah pergi ke alam mimpi.

Mungkin dipikiran Dian adalah balas dendam. Membalaskan segala perbuatan yang dia alami tadi siang. Jadi masalahnya itu, Dian itu lagi main diluar. Disebuah lapangan yang bertanah putih dekat dengan laut, bisa dibilang lapangan bola. Dafa dan Nadal lagi asyik bermain dilapangan itu, mungkin menggunakan air sebagai alat kegembiraan mereka dengan teman-temannya. Berlari-lari mengejar teman-teman mereka untuk disirami air. Namun, Dafa tidak sengaja menyiram air ke Dian dan Nadal yang memang tidak ingin bermain seperti itu.

Matahari sudah menyingsing ke arah barat untuk segera tenggelam. Kira-kira jam 4 sore Dian sudah terbangun. Sesaat melihatnya ia berusaha sadar dari kantuknya. Duduk diam sambil menonton televisi, kemudian Ibu Dafa sudah datang kerumah kontrakannya. Ia datang dengan membawa peralatan-peralatan nelayan suaminya. Disusul juga Bapak Dafa dibelakang Ibu Dafa.

Saat itulah Dian mengadu kepada orang tua Dafa dan Nadal perihal tadi siang. Dian pun tak terlihat lagi batang hidungnya, sepertinya ia belum puas untuk bermain. Ibuku juga bercerita dengan Ibu Dafa perihal masalah itu. Mereka berdua asyik membahasnya. Ya, begitulah kalau sudah jadi ibu-ibu cerita tentang anak pasti tidak ada habisnya.

Malam pun datang dengan suasana rumah sedikit berisik rebutan soal makanan.  Produk protein itu pasti enak kalau dimasak seperti; telur, ikan, dan daging. Menikmati makanan sehabis waktu magrib memang mengesankan. Makanan yang kami makan sekeluarga jadi lebih nikmat saat itu. Namun, perihal Dian tadi siang masih berlanjut.

“Paaaar-tuur” suara gebukan terdengar dari rumah sebelah.

“Aaaa, bukan ku pak yang ganggu Dian,” suara teriak Dafa bergemuruh malam itu.

“Dak usah Dafa ganggu Dian, Dian itu...,” suara bapak Dafa yang menasehati anaknya.

“Adaah, lah-lah pak. Hikss-hikss, Nadal tu pak bukanku,” Dafa menangis.

“Dafa tu pak... Auuuh, Hiks...Hiks,” Nadal juga melakukan pembelaan.

Akhirnya mereka berdua di malam itu menangis karena kesakitan. Seringkali terdengar suara sedih mereka yang menganggu makan malam kami. Juga alasan-alasan yang tidak terima digebuk oleh bapaknya mengenai penyiraman air kepada Dian. Begitulah lika-liku masa kecil anak laki-laki. Yang lemah justru mengadu, yang kuat justru sewenang-wenangnya dan mereka semua masing-masing sakit juga.


Bagaimana cerita kali ini?  

komen+rate+cendol 


komen+rate+cendol  

komen+rate+cendol  

bukhoriganAvatar border
bukhorigan memberi reputasi
1
381
3
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.6KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.