Dikutip dari CNN, wanita menganggap bergosip memiliki nilai sosial yang lebih besar, dan memungkinkan mereka mengumpulkan lebih banyak informasi tentang kemungkinan pesaing dalam sebuah permainan.

Dengan demikian, saat berkumpul dengan sesamanya, wanita yang memiliki banyak informasi bisa dianggap memiliki nilai sosial yang tinggi.

Dalam jurnal Journal of Experimental Social Psychology, gosip dapat menjadi senjata yang digunakan wanita untuk melawan satu sama lain dalam persaingan strategis, khususnya untuk memperebutkan pria.

Dengan maksud bahwa wanita lebih cenderung bergosip atau membagikan informasi yang merusak reputasi atau menyembunyikan informasi positif tentang wanita yang mereka anggap sebagai ancaman, secara langsung atau tidak langsung.

Alasan wanita bergosip bisa juga dari timbulnya rasa iri, dengki dan benci pada individu atau kelompok yang ia gunjingkan.

Jika seorang wanita merasa iri dengan sesamanya karena hal-hal yang ia tak miliki, maka faktor tersebut bisa mendorong ia untuk menggosipkannya.

Bisa jadi, wanita kerap bergosip karena ingin membangun obrolan sehingga mencari informasi sebagai topik pembicaraan bersama kawan-kawannya. Namun, yang biasa terjadi ialah membicarakan permasalahan hidup orang lain.

Hal tersebut dianggap seru, karena bagi mereka penikmat gosip cara ini bisa membuat suasana obrolan terasa hidup sehingga mereka betah berlama-lama menghabiskan waktu untuk itu.

Saat sedang bergunjing, biasanya si pelaku gosip memang memberi gambaran bahwa orang yang dibicarakannya tak lebih baik dari dirinya. Hal tersebut terlontar dari mulut si pelaku tanpa ia tahu persis bagaimana kondisi sesungguhnya dari orang yang sedang digosipkan.

Dengan demikian, pelaku gosip akan terbawa arus dan secara reflek menunjukkan kualitas dirinya yang lebih baik dari individu yang ia gosipkan.