Hai agan-sista!

Pandemi yang merebak sejak awal tahun 2020 masih menjadi momok yang begitu mengancam di seluruh lini kehidupan hingga saat ini. Seluruh dunia dihantam berbagai macam persoalan di berbagai sektor, mulai dari kesehatan, kemasyarakatan, dan akibat yang paling parah dirasakan adalah pada sektor ekonomi. Bulan Agustus lalu, banyak negara mengumumkan status resesi ekonomi yang disebabkan pandemi COVID-19. Indonesia pun disebut-sebut tinggal sejengkal lagi memasuki masa resesi.

Apa dampaknya bila resesi terjadi?

Resesi biasanya akan berpengaruh pada daya beli masyarakat yang menurun. Salah satu sebabnya karena rantai pasokan tidak akan mencukupi seluruh permintaan pasar. Akibatnya, seperti yang kita semua pahami, ketidaksinambungan antara supply - demandakan membuat harga barang naik dan akhirnya dapat memicu inflasi.

Masyarakat sudah tentu tidak ingin hal ini terjadi. Namun apabila resesi sudah tidak terhindarkan lagi, lantas apa yang mesti kita siapkan untuk menghadapi ancaman resesi di kemudian hari?

Bila agan-sista bertanya kepada ahli perencanaan keuangan, sebagian besar pasti menyarankan untuk mempersiapkan dana darurat. Tapi seberapa banyak sih dana darurat yang dibutuhkan agar kita merasa tenang dalam menghadapi resesi?

Bila dana tersebut dirasa terlalu tinggi, bisa juga diakali dengan alokasi gaji bulanan mulai dari sekarang seperti dikutip dalam artikel CNN

Sudah tentu alokasi dana darurat tersebut sebaiknya dibarengi dengan menekan pengeluaran hingga pada level seperlunya saja. TS rasa cara di atas cukup untuk mengamankan keuangan untuk menghadapi resesi bagi agan-sista berpenghasilan tetap.

Penurunan daya beli ini sebetulnya sudah dirasakan masyarakat bahkan sebelum gonjang-ganjing resesi marak diberitakan. Dari obrolan TS dengan salah satu teman yang mengelola sebuah gerai kafe franchise di salah satu mall Kota Bekasi TS mendapat info bahwa sejak pertama kali mall dibuka kembali, omset yang didapat turun drastis hingga lebih dari 50%. Dalam hati TS terhenyak, memang sebegitu dahsyatnya pandemi ini menghantam sektor ekonomi. Data statistik tidak berbohong.

Masih ada berkah yang bisa diraih dari segala keributan COVID-19. Patut disyukuri bahwa adaptasi budaya konvensional yang perlahan beralih ke digital memberikan dampak positif bagi beberapa kalangan. Seperti penjualan online yang meningkat misalnya. Hal ini dirasakan langsung oleh istri TS yang dua bulan belakangan mengalami peningkatan order masuk walaupun bukan dalam skala besar.

Hal ini juga dirasakan oleh teman-teman TS yang tergabung dalam satu komunitas hobi yaitu tentang diecast. Mereka memberitahu bahwa produktifitas custom diecast meningkat selama pandemi dikarenakan pengalihan rutinitas pekerjaan yang sekarang dilakukan di rumah bisa mereka selingi dengan hobi. Banyak produk custom yang mereka hasilkan sehingga banyak pula peminat dan akhirnya bisa menambah pundi-pundi bulanan. Hasil yang didapat pun berbanding lurus dengan lamanya waktu yang habis terpakai untuk membuat custom dan effort mengerjakan hingga detail yang paling kecil mengingat media yang dipakai adalah skala 1/64 dari ukuran aslinya.

Turunnya kebiasaan masyarakat untuk berekreasi di mall turut pula mempengaruhi penjualan diecast secara lelang. Hal ini merupakan simbiosis mutualisme dari pihak penjual dan pembeli. Pembeli tidak perlu keluar rumah mencari item diecast yang diinginkan sehingga mengurangi resiko penularan virus COVID-19. Dan beberapa orang yang bosan dengan koleksi diecastnya atau dengan alasan butuh uang menitipkan barang koleksinya untuk dilelangkan. Biasanya lewat media sosial Facebook atau Instagram. Contoh dari beberapa teman TS yang membuka jasa titip lelang diecast bercerita kenaikan barang titipan lelang yang biasanya berkisar 100-150 item lelang per minggu kini menjadi 200-250 item lelang per minggu. Ada yang bahkan hingga mencapai 500 item lelang per minggu.

Bayangkan saja bila mereka mematok jasa lelang rata-rata Rp 5.000 per item yang terjual. Berapa Rupiah yang mereka dapat per minggu?

Namun perjuangan untuk bisa mendapat kepercayaan dititipi begitu banyak item diecast tidak bisa didapat secara instan. Reputasi dan nama yang telah mereka bangun secara gigih dan usaha yang dilakukan untuk mengumpulkan followersakhirnya bisa memberikan hasil walaupun di masa susah sekarang ini. TS akan selalu ingat perjuangan teman-teman TS dari mulai sortir item dari pagi sampai malam hari. Memotret satu per satu item yang akan naik lelang lalu mengunggah ratusan item di media sosial. Hingga rekap invoice lalu packing puluhan kardus paket berhari-hari (kadang sampai dini hari) dan mengantarkan ke agen ekspedisi.

Yang pasti, diambang pintu resesi seperti ini kita harus pintar-pintar mencari celah kesempatan. Adaptasi menuju kebiasaan baru bisa berarti membuka peluang usaha yang belum pernah terpikirkan sebelumnya. Banyak orang pernah melewatkan kesempatannya namun kesempatan pasti datang untuk yang kedua kalinya. Manusia berusaha, Tuhan yang akan memberikan jalannya.

Akhir kata, TS undur diri.

Sekian dan terimacendol.

Artikel : Mantapmantapman

Sumber foto : dokumentasi pribadi dan rekan

Referensi artikel : Sumber ; Sumber ; Sumber ; pengalaman pribadi