Waktu itu aku sudah kelas 4 SD. Itu pertama kalinya aku ikut dalam pawai baris berbaris yang selalu diadakan di tingkat kecamatan di desaku dalam rangka Hari Ulang Tahun Republik Indonesia. Yang dibolehkan ikut pawai baris berbaris murid kelas 4 SD keatas. Tiga tahun menunggu untuk bisa ikut di barisan itu rasanya luar biasa.

Bayangkan, selama 3 tahun kami hanya bisa melihat kakak kelas kami latihan baris berbaris di lapangan sekolah. Memasuki bulan Agustus berarti memulai latihan baris berbaris dan saatnya diselenggarakan berbagai lomba seni dan olahraga antar sekolah.
Kadang-kadang kami mencuri pandang keluar kelas hanya untuk melihat kakak kelas yang latihan. Teriakan-teriakan "siap grak, hormat grak" mengganggu konsentrasi belajar kami di kelas. Rasanya tidak sabar ingin cepat-cepat naik ke kelas 4 SD.

Entah rasa apa yang ada di dada ketika itu, apakah itu bisa disebut nasionalisme, aku tidak tahu. Tapi yang pasti kami bangga menghormat bendera, rela berlatih di hari yang panas, bangga ketika ikut dalam barisan pawai dan bahagia berjalan sepanjang 1 kilometer bolak balik.

Pertama kali ikut pawai aku berada di barisan depan sebelah kanan. Aku bertugas membawa bendera. Ya ampun senang sekali rasanya. Bangga luar biasa apalagi ketika ayahku menunggu di depan rumah kami yang kebetulan dilintasi peserta pawai. Dari kejauhan aku sudah mencoba mencaritahu apakah ada yang menunggu di depan rumahku? Dari jauh aku sudah melihat ayahku, rasanya waktu itu salah tingkah tapi bangga, senang dan merasa hebat.
Disepanjang jalan yang dilalui peserta pawai sudah menanti para orangtua dan adik-adik kecil untuk menyaksikan kami.




Beberapa orangtua memanggil-manggil nama anak mereka ketika barisan pawai sedang lewat. Masih ingat sekali waktu itu guru kami mengingatkan ketika dalam barisan pawai kami harus tertib, tidak boleh lirik kiri kanan, kalau ada yang memanggil-manggil tidak usah dihiraukan. "Juri ada dimana-mana dan kita tidak tahu jurinya siapa saja", begitu kata Guru mengingatkan kami.

Di titik-titik tertentu sudah ditempatkan para pembesar-pembesar daerah untuk diberi hormat. Ada camat, para kepala desa atau pejabat daerah lainnya, polisi, dan tokoh masyarakat. Melihat mereka secara langsung menjadi kebanggaan tersendiri. Mungkin bisa disamakan kalau kita bisa melihat presiden secara dekat, atau bertemu artis idola.

Siang sekitar jam 14.00 biasanya acara pengumuman pemenang berbagai lomba. Oh iya, dari semua perlombaan se kecamatan yang diadakan dalam rangka HUT RI, baris berbaris adalah perlombaan yang paling bergengsi. Perlombaan olahraga dan seni antar sekolah biasanya dilakukan sebelum tanggal 17. Ibaratnya siapa yang juara dalam perlombaan baris berbaris itulah "top one" nya.

Pengumuman dibedakan atas jenjang pendidikan, SD, SLTP dan SLTA.
Yang paling seru adalah tingkat SD karena pesertanya banyak. Saya lupa berapa banyak tapi yang pasti lebih dari 10 SD dalam satu kecamatan. Sementara SLTP ada 3 dan SLTA ada 4 sekolah.

Aku dan beberapa teman dan juga guru menunggu sampai pengumuman dibacakan. Rasanya degdegan apalagi sesekali terdengar suara riuh rendah sorak sorai orang-orang yang masih setia menunggu di lapangan besar di kecamatan. Dan kali ini kamipun harus puas menjadi juara harapan 1.
Terlepas dari juara atau enggak, ini adalah pengalaman termanis dan pertama bagiku dalam memeriahkan pesta kemerdekaan.

Demikian pengalamanku bagaimana pengalaman agan dan sista? Yang pasti memperingati hari kemerdekaan pasti selalu seru. Jayalah Indonesia.

Terimakasih agan sista sudah mampir.
Jangan lupa tinggalkan jejak berupa, cendol, rate, dan share. Salam Belajar Bersama Bisa.