RumiLag1Avatar border
TS
RumiLag1
Camping di Camp David Menantikan Sunrise di Ghober Hoet Papandayan. Seperti janjiku!


Setelah proses perizinan tiket masuk selesai, langsung memutuskan mencari warung untuk mengisi perut. Rencananya akan menghabiskan 2 malam di Gunung Papandayan. Semalam di Camp David dan malam berikutnya di Pos Ghober Hoet.

Camp David camping ground adalah lokasi yang kerap dijadikan sebagai lokasi camping keluarga. Bukan hanya untuk berkemah, disini juga tersedia beragam jenis Villa yang bisa disewakan
Berapa harga Villa per malamnya? Kisaran mulai dari 700 ribu per hari kalau tidak salah tergantung type dan kelas. Sayangnya, letak bangunan Villa berdampingan dengan area camping ground. Kesan private yang didapatkan menjadi berkurang. Seperti yang ku alami, saat itu lokasi dimana ku mendirikan tenda bersebelahan dengan bangunan mewah tersebut.

Camp David Camping Ground lokasinya berada disebelah area parkir pintu masuk Taman Wisata Alam Gunung Papandayan. Diarea ini memiliki tanaman khas gunung atau taman bunga Edelwise yang sengaja dibentuk untuk memanjakan mata pengunjung. Ukurannya tingginya menyerupai The Litle Tegal Alun Gunung Papandayan. Sementara untuk fasilitas yang tersedia sangat lengkap. Toilet, mushola, Gazibu dan kantin atau warung yang buka 24 jam.

Untuk fasilitas sih oke, tapi untuk hal lainnya menurutku camping di Camp David kurang rekomendasi. Jika ingin mencari ketenangan kurang tepat berkemah disini, tapi jika datang membawa anak kecil berkemah di area ini sangat direkomendasikan karena fasilitasnya sudah sangat memadai.

Berikut cerita dan catatan perjalanan. 2 Malam Camping di Camp David dan Menantikan Sunrise di Ghobet Hoet Gunung Papandayan

Camping di Camp David, melewati malam yang sangat dingin


Dokumen Pribadi

Diluar ekspetasi, Aku yang sudah berkali-kali hiking ke Gunung Papandayan baru kali ini melewati malam yang sangat dingin. Bahkan melewati dinginnya malam di Dieng yang pernah kurasakan. Padahal masih dibawah tapi dinginnya terasa seperti di Pos Pondok Salada. Sudah pakai Jaket dan kaos kaki tebal, tetap saja hawa dingin Camp David sangat menusuk. Tak banyak aktivitas yang dilakukan malam itu, hanya melewati malam sambil menahan dingin.

Beruntungnya cuaca sangat cerah dan sedang musim kemarau. Yang ada dipikiran membayangkan jika partner tripku ini terserang gejala Hypotermia. Maklum karena ini baru pertama kali buatnya melewati malam di Gunung, sepenjang malam ku terus menjaganya agar yang dikhawatirkan itu tidak terjadi.

Sempat terpikir jika esok paginya cancel untuk agenda selanjutnya, bermalam di Pos Ghober Hoet dan menantikan moment Sunrise. Tapi takut buatnya kecewa, karena janjiku agenda utama mengajaknya menantikan matahari terbit dari Gunung Papandayan. Jika malam itu aja sangat dingin, bagaimana nanti di Ghober Hoet. Pasti lebih dingin, apa ia kuat?

Menyambut pagi, lokasi Camping Ground Camp David sudah dipenuhi pengunjung


Dokumen Pribadi

Suara riuh para pengunjung yang mulai berdatangan membangunkan pagiku saat itu. Benar-benar tidak nyaman dan privaci kurang terjaga. Mereka yang mulai berdatangan merupakan pengunjung non camping. Seperti yang kubilang, Camp David ini tidak sangat direkomendasikan jika mencari suasana ketenangan. Tapi ya sudahlah! Namanya juga area Taman Wisata Alam yang dikelola investor.

Tak banyak aktivitas pagi yang dilakukan, hal biasa saja seperti memasak sarapan dan beres-beres sembelum perisapan tracking Gunung Papandayan. Terasa sangat berat beban yang dibawa. Banyaknya logistik persiapan dua malam malah membuat kewalahan. Maklum saja, sudah lama tidak bercumbu dengan alam akibat Corona hingga berlebihan dalam manajamen logistik.

Camp David, Kawah Papandayan, Sunrise Camp Ghober Hoet. Perlahan tapi pasti


Dokumen Pribadi

Menjelang siang sudah beranjak dari Camp David menuju Kawah Papandayan. Cuaca saat itu sangat panas menyengat, padahal malamnya sangat dingin dan sekarang kebalikannya. Dalam perjalanan menuju kawah, suasana ramai pengunjung. Banyak pula pengunjung yang tidak menerapkan protokol kesehatan, seperti tidak memakai masker. Sedihnya tidak melihat satupun petugas yang menegur pengunjung yang tidak memakai masker. Padahal fungsi masker bukan hanya untuk kampanye protokol kesehatan, tetapi juga untuk melindungi pernapasan dari bau gas blerang Kawah Papandayan.

Perlahan tapi pasti, langkah demi langkah diringi cuaca panas terik coba dilewati. Sesekali berhenti sejenak untuk ambil nafas sambil menikmati keindahan Kawah Papandayan. Jarak dari Camp David hingga Kawah terlihat dekat, tapi terasa jauh karena banyaknya beban yang dibawa. Terus semangat karena punya rencana indah. Mengajaknya menantikan moment romantis matahari terbit dari Pos Ghober Hoet.

Jalan berbatu kerikil kecil dengan dominasi warna tanah kapur. Jalur terbuka yang diapit oleh tebing yang tinggi di sebelah kanan dan sungai kecil serta punggungan gunung di sebelah kiri membuat berjalan kaki terasa menyenangkan. Namun ada sedikit kekeselan, tak jarang selama di jalur harus mengantri dengan Motor Trail. Pengendara motor gunung ini ialah porter yang biasa mengantarkan wisatawan ataupun membawa barang bawaan sampai pos Pondok Salada.

3 Jam, dari Camp David ke Pos Ghober Hoet
Konten Sensitif

Dokumen Pribadi

Setelah melewati area kawah, kita memasuki vegetasi yang dikelilingi pohon yang rimbun. Sepanjang jalur terdapat banyak bonus, lumayan bisa meringankan lelah yang terasa walau hanya sekejap. Dari sini, suasana hutan mulai terasa karena jalurnya berupa tanah dan akar pohon. Suara kenalpot juga mulai berkurang, karena dijalur ini sudah dibedakan antara jalur untuk pendaki dan jalur untuk motor.

3 jam lamanya waktu yang dihabiskan dari Camp David hingga ke pos Ghober Hoet. Perlahan tapi pasti yang penting sampai. Dari pos langsung melapor izin mendirikan tenda di area ini. Tak lupa untuk menyerahkan surat izin masuk yang sudah di bayar di pos pintu masuk Taman Wisata Alam Gunung Papandayan. Selain menunjukan surat izin, diwajibkan untuk mengisi buku tamu, kota asal dan no telp. Dari pos ini terdapat fasilitas, ada toilet, kantin dan Musholla.

Bergegas mencari spot terbaik mendirikan tenda, sedihnya sudah ramai diisi dan dipenuhi tenda pendaki lain. Berharap dapat spot cantik ketika membuka pintu tenda langsung melihat matahari terbit. Yasudah, mencari spot lain yang lokasinya tidak jauh dari spot melihat matahari terbit Ghober Hoet.

Camping di Ghober Hoet tak sedinging di Camp David

Dokumen Pribadi

Malam tiba, suasana ternyata menjadi lebih ramai. Beberapa tenda berdampingan dengan tendaku. Beberapa lainnya pun sudah membuat api unggun. Sudah lama rasanya moment ini tak kurasakan semenjak wabah corona melanda. Sementara aktivitas yang kita lakukan malam itu hanya masak kecil, rebahan dan rebahan di dalam tenda.

Semakin malam apa yang dipikiran ternyata diluar dugaan. Hawa dingin yang dirasakan tidak seperti sedingin camping di Camp David. Padahal lokasi Ghober Hoet berada jauh diatasnya, kenapa suhu udara yang dirasakan biasa saja. Begitupun dengan apa yang dia rasakan, dingin tetap dingin tapi tak sedingin semalam ungkapnya. Rasa khawatir yang ku takutkan pun sirna. Ku lewati malam dengan penuh keyakinan, tidur dan menantikan alarm berbunyi. Esok pagi, kita akan melihat matahari terbit seperti janjiku.

Camping di Ghober Hoet, bonus Sunrise. Seperti janjiku

Dokumen Pribadi

Alarm berbunyi, sudah ramai suara diluar tenda yang hendak melihat guratan warna oranye dari langit. Tapi sebelum keluar tenda dan bersiap, alangkah baiknya kubuatkan dia sarapan kecil sisa semalam. Roti goreng hangat dan secangkir Energen untuk menghangatkan badan. Tak lama kemudian, ku ajak dia keluar tenda. Menyatu dengan pendaki lain, menyaksikan detik-detik matahari terbit dari Ghober Hoet. Seperti janjiku! Inilah penantianku.

Ketika dia sibuk mengabadikan moment matahari terbit, fokusku hanya satu. Memperhatikan dia, bahagia atau biasa saja.

Membawa kamu ketempat yang tidak pernah kamu duga sebelumnya, semoga suka dengan tempat ini. Tempat yang sudah ku rencanakan jauh sebelum corona melanda. Dan ku menyebutnya, wisata bales dendam dan penantian yang sudah lama tertunda.

Aku, kamu, dan Sunrise Ghober Hoet. Mewujudkan janji sudah selesai, Saatnya kembali dan membawamu pulang dengan selamat.

Camping di Ghober Hoet merupakan alternatif lain selain camping di Pos Pondok Salada. Selain spot terbaik menantikan matahari terbit, dari sini bisa melihat langsung Kawah Gunung Papandayan. Jadi bagaimana? Penasaran dengan keindahan matahari terbit dari sini, ajak pasangan ya! Seperti janjiku.
Diubah oleh RumiLag1 17-08-2020 13:12
falconforceAvatar border
VolkswagenPutihAvatar border
VolkswagenPutih dan falconforce memberi reputasi
2
6.2K
3
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Cerita Pejalan Domestik
Cerita Pejalan Domestik KASKUS Official
2.1KThread2.5KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.