MnsukraAvatar border
TS
Mnsukra
Kamu! Hujan Yang Kunantikan 2




Sumber Gambar : miro.medium.com

Sebuah petir menyambar dari angkara murka langit malam minggu ini. Tiada daya ungkapan  selamat tahun baru minggu lalu, kecuali kini menemukan sesosok lelaki yang tak bertanggung jawab meninggalkan sepucuk bunga matahari. Indah memang ketika mentari masih menyinari kulitnya dan melebarkan lesung pipitnya. Akan tetapi, ditengadah hujan malu-malu ini membasahi segalanya. Hati, rasa, dan pikiran yang mungkin hampir tiada sinyalnya lagi mengingat-ingat namanya beberapa tahun lalu memang lah indah.

Mungkin ini adalah jawaban dari pintu langit malam yang ku ketuk hingga bintang itu datang padaku. Ialah Andre Dwi Putra. Perawakan yang tiada asing bagiku, sedikit berubah dan kurasa mungkin sama seperti yang dulu. “Tidak-tidak ... apa dia mengingatnya?”. Seraya batinku terus mengadu domba diriku.

“Andre”. Pelan bunyinya.
“Ratih”.

Kami berdua saling memanggil hingga membuat Meta teman yang baru saja ku tepuk pundaknya heran. Ia terkejut pada sikap kami yang saling kenal. Aku duduk dan tidak memesan apapun, karena aku pikir perutku masih menyimpan energi banyak di rintik hujan malam ini. Andre juga melihatku dengan semangkok mie ayam dan es buahnya. Aku malu untuk memulai pembicaraan.

“Ratih kan...?”. Andre melempar pertanyaan bersamaan muka merah padam yang matanya sendiri seperti orang kebingungan. Aku hanya tersenyum tipis dan mengangguk sambil menoleh ke arah lain. Seolah sedang tak ingin menghangatkan suasana.

“Kalian saling kenal? ...”. Toleh Meta ke arahku lalu ke Andre sedangkan ia sambil menyedot kuah mie ayamnya.
“Sih? teman lo apa mantan lo?”. Sembari menanyai aku yang tak sanggup untuk menahan rasa malu ku. Lalu sedikit menggeraikan hijabku.
“ Oh, iya kenalin gue Meta temannya Ningsih”. Ia melempar pertanyaan ke Andre.
“Andre”. Kata Andre membalas pertanyaan Meta.

“Hayolaaah, orangnya ada didepan nih, santai-santai. Nggak-nggak. Lo mesti tetep dingin dan seperlu aja ngomong. Kalo menarik lo tanggepin, kalo nggak ya sudah. Tapi kann...”. Gejolak hati Ratih selalu menitik seperti jarum pentul jahitan. Ia tenang, tapi hatinya menentang.

Andre yang sedari tadi kurang menikmati lezatnya mie dan es buahnya akhirnya menemukan ritme kenyamanan pada obrolan nga-ngenin ini. Apalagi musik alun-alun kota mulai melow dan santai. Ia melihat Ratih dan Meta. Berlagak tenang dan seolah angin sejuk baru saja merasuki tubuhnya.

“Kok bisa pas gitu ya, tadi kalian. Sudah lama ya kenal sama Ningsih”. Ucap Meta.
Menghela napas “ Oh, I-ya kami s-udah kenal sejak SMA, ya kira-kira udah hampir 10 tahunan lah.”
“Kamu kok ada disini?”. Tanya Meta lalu di sela oleh Ratih.
“Iya sendirian lagi”.
“Kebetulan aku itu sebenernya pulang kesini mau nge-hadirin acara pernikahan kakak perempuan aku. Oh, iya kalian berdua dateng ya. Ratih tau kok rumah aku dimana.”
“Hmmm.”.
“Ooooh disitu, okay.” Jawab Ratih yang masih tak keluar dari jeratan malunya. Sekilas wajahnya nampak memerah ketika Andre mengatakan sebuah undangan.
“Kamu nggak makan Ratih?”. Tanya Andre.
“Udah kenyang, lanjut aja makannya”.

Mereka bertiga asyik mengobrol dihangatkan oleh beberapa lagu-lagu. Mie ayam dan es buah pun diatas meja sudah hampir meninggalkan mangkoknya. Andre terus-terusan untuk bercengkrama dengan orang yang ada didalam mimpinya itu akhir-akhir ini. Ia tak malu-malu, masih dengan gelora cinta di masa lalu. Bersama Ratih menikmati detik-detik berlalu dengan sedikit obrolan kecil. Hingga Ratih pun dapat menemukan ritme kenyamanannya.

“Aku tak ingin pergi cepat-cepat. Menikmati perubahan dan perbedaan yang ada pada dirinya semakin membuat rasa penasaranku memercikkan api merah menyala. Gerai rambutnya terurai di pepohanan dingin tak lagi ada. Kini ia memakai hijab hijaunya dengan bola mata sama ketika memandangku. Tepat pertama kali. Sudah lama memang, tapi apakah ia kini sudah ada ... sudahlah”. Batinku berucap melantunkan nada-nada kerinduan tentang Ratih.

“Oh iya, Andre kami duluan ya? Atau kamu mau ikut?”. Tawar Meta kepadaku.
“Gak usah aku mau langsung pulang aja soalnya abis dari Bandara langsung cari makan disini”.
“Hm” Ratih sedikit menyela.
“Oh, iya duluaan ya”.

Mereka berdua melangkah mulai menjauh dari aku yang masih nyaman duduk disini. Kini es buah pun sudah benar-benar hilang menemani meja makan ini. Memandangi Ratih dari dekat lalu menjauh pergi semakin buatku tak bisa menahan diri untuk menggapainya lagi. “Apa ada kesempatan kedua? Kan aku meninggalkannya karena aku tak ingin mengganggunya. Jelas-jelas ia anaknya pintar dan semenjak kenal dengan aku duluuu, sekali. Beberapa dari nilainya agak-agak angin ribut. Tapi ....”. Batinku berucap, lalu teringat, aku lupa menanyakan kontaknya.


Kunjungi : Cerita Episode Sebelumnya : Kamu! Yang Kunantikan 
Lanjutan ada di bawah!
Jangan lupa kasih cendolnya ya, semoga kalian terhibur!
bukhoriganAvatar border
delia.adelAvatar border
iskrimAvatar border
iskrim dan 2 lainnya memberi reputasi
3
1K
8
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread42.2KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.