Siapa sih yang ga suka kalo ngeliat tanggal merah di kalender?

Anak-anak sekolah ga perlu bangun pagi untuk pergi ke sekolah.
Orang dewasa pun ga perlu bangun pagi untuk pergi ke kantor.

Yap! Tanggal merah merupakan salah satu hal yang dinantikan loh. Karena di tanggal merah kita ga perlu musingin sekolah dan kerjaan, ehehehe.

Eitss, tapi ternyata ga di semua tanggal merah kita bisa santai santai loh. Karena ada satu tanggal merah yang tetap mengharuskan kita untuk pergi ke sekolah atau ke kantor. Kalian ada yang tau kapan?

17 AGUSTUS



Yap!
Hari Kemerdekaan Republik Indonesia!



Meskipun tanggal 17 Agustus merupakan tanggal merah di kalender, tapi sebagian besar orang tetap diwajibkan datang ke sekolah atau ke kantor untuk melaksanakan upacara bendera dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia.

Nah, kalau kalian denger Hari Kemerdekaan, hal apa sih yang ada di pikiran kalian?



Hal pertama yang ada di pikiran kalian pasti tentang bagaimana caranya agar tetap bangun pagi untuk mengikuti upacara bendera, kan? Tapi selain upacara bendera, pasti banyak di antara kalian yang udah ga sabar untuk mengikuti berbagai macam perlombaan yang akan diadakan. Mulai dari lomba balap karung, makan kerupuk, paku botol, bakiak, egrang, ambil koin, hingga lomba panjat pinang, pasti sudah membuat kalian ga sabar untuk mengikutinya kan?

Berkumpul bersama teman untuk mengikuti berbagai macam perlombaan, pastinya akan sangat menyenangkan. Terlebih jika perlombaan tersebut menyediakan berbagai macam hadiah yang menarik, pasti bikin jadi makin semangat lagi deh ikutan lombanya.

Selain mengadakan perlombaan, ada satu hal rutin lainnya yang pasti diadakan di komplek rumah ku dalam rangka memeriahkan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia.



MALAM APRESIASI

Satu malam dimana para warga menampilkan berbagai macam kreatifitasnya di atas panggung yang akan ditonton oleh warga yang lainnya. Meskipun tak ada batasan usia untuk para warga tampil di panggung malam apresiasi, tapi sebagian besar yang tampil adalah anak-anak dan akan ditonton oleh orangtua dan keluarga mereka. Biasanya sih ada yang menari, fashion show, bernyanyi, bermain musik, dan juga memainkan sebuah drama.



Nah, ketika aku masih kecil dulu, ibuku merupakan orang yang dipilih untuk melatih anak-anak dari RT ku untuk tampil di acara malam apresiasi. Biasanya aku dan ibuku akan berdiskusi untuk menampilkan sebuah drama musikal. Jadi tak hanya menampilkan drama biasa, karena akan ada tarian, nyanyian, dan hiburan-hiburan lainnya yang ada di dalam drama tersebut. Karena yang memainkan perannya adalah aku dan teman-teman sepantaran yang masih duduk di bangku sekolah dasar dan sekolah menengah pertama, maka drama yang dibuat adalah drama anak-anak menyesuaikan dengan para pemainnya. Sudah lumayan banyak drama yang pernah aku dan ibuku buat, seingatku sih ada drama Malin Kondang (plesetan malin kundang), Cinderella, Parodi Sitkom Office Boy, Kisah Kemerdekaan, Drama Anak Pedesaan, dan sepertinya masih ada beberapa drama lagi yang aku lupa.



Meskipun aku membantu ibuku dalam pembuatan naskah drama, tapi aku ga selalu ikut bermain peran dalam drama tersebut, biasanya sih aku lebih sering menampilkan tarian modern yang diselipkan dalam cerita drama tersebut. Tapi meskipun begitu aku juga pernah kok ikut memainkan peran dalam drama, mulai dari menjadi tikus-tikus dalam drama Cinderella yang membuat gaun untuk Cinderella, hingga menjadi Sascha si perempuan centil yang agak lemot dalam drama Parodi Sitkom Office Boy.

Acara 17an di komplek rumahku sempat terhenti beberapa tahun karena berbarengan dengan puasa ramadhan, sehingga berbagai macam perlombaan dan acara malam apresiasi pun tidak diselenggarakan. Setelah beberapa tahun 17an tanpa adanya acara, akhirnya acara 17an pun kembali digelar pada tahun 2015. Berbeda dari acara-acara sebelumnya yang dipegang oleh bapak-bapak dan ibu-ibu komplek, kali ini acara 17an dipegang olehku dan teman-teman di komplek. Ga berbeda jauh dari sebelumnya, aku pun ditunjuk sebagai penanggung jawab Malam Apresiasi. Kalau sebelumnya aku hanya bantu-bantu ibuku sedikit untuk Malam Apresiasi, kali ini aku harus mengurus semuanya sendiri. Mulai dari membuat naskah, melatih anak-anak, membuat dubbingan dan mengeditnya, membuat tarian, membuat properti, hingga menentukan kostum yang akan digunakan. Karena anak-anak yang bermain drama adalah anak-anak yang sudah mulai remaja, maka aku mengangkat cerita mengenai seorang remaja perempuan yang dihukum untuk tinggal di desa karena nilai sekolahnya yang turun akibat ketergantungan dengan gadget. Tentunya tetap diselingi dengan tarian modern, tarian daerah, dan juga parodi-parodi iklan di dalamnya. Drama ini pun cukup berhasil menghibur para penontonnya.



Sempat kembali tidak mengadakan Malam Apresiasi pada tahun 2016 & 2017 karena aku dan teman-teman lainnya mulai sibuk di dunianya masing-masing, tapi kami kembali mengadakannya pada tahun 2018. Menceritakan tentang nostalgia kisah kemerdekaan, malam apresiasi 2018 tak se-sukses tahun 2015. Menurutku pribadi, hal ini dikarenakan para pemainnya yang masih berusia sangat kecil (TK – SD). Ternyata ngelatih anak-anak kecil itu susah banget, kadang mau - kadang enggak, kadang serius – kadang bercanda, terlebih aku hanya bisa melatihnya di waktu malam karena kesibukan di kampus dan ga semua anak-anak boleh keluar malam untuk latihan. Alhasil, dramanya pun kurang memuaskan.



Nah, itu dia sedikit ceritaku tentang Malam Apresiasi, sebuah momen yang dinanti-nantikan setiap memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia di komplek rumahku.

Kalau kalian paling menantikan hal apa sih saat 17an?