Malam ini perutku terasa lapar, mau beli makanan, di kantong tak ada uang tersisa.

Sudah beberapa hari ini, aku terlantar di kampung yang tidak pernah sama sekali aku datangi. Warga kampung di sini juga sombong-sombong, aku senyum, mereka cuek saja. Mungkin mereka pikir, aku ini gembel yang menjijikkan. Padahal, aku hanya turis yang ketiban sial .

perut ini terasa lapar sekali! Bagaimana caranya aku meminta makan pada warga-warga yang sombong itu?

Aku berdiri di tengah jalan, dan berpikir sangat keras cara mendapatkan makanan, sebelum akhirnya datang beberapa orang pria yang berjalan dengan tergesa gesa.

"Ayo, cepetan. Acaranya sudah mau dimulai," kata salah satu pria dalam rombongan itu.

"Moga-moga, makanannya banyak ya di sana," kata pria lainnya yang mengenakan sarung .

"Ya, mesti banyak, lah. Tahlilan selalu bisa makan enak. Katanya, yang punya hajat ini orang kaya," kata pria lainnya lagi.

Ide cemerlang langsung hinggap di pikiranku, sebaiknya aku ikut mereka saja, ikut Tahlilan pasti bisa makan enak dan bisa bawa pulang nasi berkat.

Segera aku membuntuti dari belakang mereka, hingga tibalah kami ke tempat acara. Mereka mengambil posisi duduk, aku pun juga. Ramai sekali tamu yang hadir...

Tak lama lagi, cacing-cacing di perut ini akan segera bergembira...

Acara pun akan segera dimulai, para tamu mengoper buku yasin satu persatu agar terbagi kepada semua tamu yang hadir. Sebagai tamu tak diundang, aku pun memilih diam dan menunggu....

Tak lama buku yasin itu akhirnya tiba di hadapanku, sebaiknya aku perlu tahu, siapa yang akan ku doakan ini sebelum makan gratis...
Ungkapku dalam hati..

IWAN
Lahir 2 Januari 1982
Wafat 15 Agustus 2020

Aku tercekat dan melongo, itu adalah namaku! Foto yang terpajang, juga fotoku! Ada apa sebenarnya ini?! Kenapa ada abangku, Ardhi, duduk di ujung sana?!
Apa yang sedang tejadi,, dimana aku???
Kaskuser ada yang tau...

—TAMAT—