Hmmm baru tahu guys ternyata Fahri Hamzah berteman dengan Jokowi. Sebab yang selama ini TS tahu Fahri Hamzah itu cukup gencar melayangkan kritik pedas pada Jokowi. Ada apa ya? Tapi kok seperti mendadak berubah perhatian gitu ya, sampai-sampai perhatian dengan kondisi fisik Jokowi. Katanya harus ada yang memberikan ketenangan.

Apakah mungkin perubahan sikap Fahri Hamzah ini karena bakal mendapat penghragaan Bintang Mahaputera Nararya dari Jokowi? Menurut TS ya mungkin saja guys. Aneh juga sih kenapa Jokowi memberikan penghargaan seperti itu kepada orang yang gencar sekali mengkritik pemerintah di era kepemimpinannya. Ya semoga aja niatnya emang ingin memberikan apresiasi karena menilai apa yang dilakukan Fahri Hamzah sangat berjasa pada negara ini, bukan untuk membungkam mulut.

Terlepas dari prihal Fahri Hamzah yang mendadak perhatian ini. TS mau menyatakan pendapat bahwa politik emang sulit ditebak ya. Sikap dan pandangan seseorang bisa cepat sekali berubah. Hari ini lawan, besok bisa jadi kawan, dan berlaku sebaliknya. Hari ini mendukung, besok-besok bisa jadi turut menjatuhkan. 

Di lingkungan kecil perusahaan TS dulu punya manajer yang lihai berkata-kata, bisa dibilang lincah. Hebat sekali ngomongnya, bisa meyakinkan orang. Persis kayak para pemain politik yang kerap nongol di layar kaca dan baliho. 

Orangnya pintar, perawakan tinggi tegap, pokoknya mendukung banget untuk jadi pemimpin. Tapi ya ampun permainan karirnya itu loh yang bikin TS geram. 

-Dia gampang sekali mengucap janji-janji atau bumbu kepada client, tanpa memikirkan bisa gak mememuni janji tersebut. Setelah deal, dia tidak bisa menepati janji. Parahnya kami staff yang disuruh maju jadi bamper untuk meminta maaf dan disuruh berkata-kata ngeles sedemikian rupa.

-Suka menjelek-jelekan orang. Suka memuji-muji berlebihan. Yang semuanya itu pasti ada mau beradasarkan kepentingan pribadinya. Tak jarang dia pun tak segan mengadu domba orang lain lagi-lagi demi kepentingan dirinya sendiri. Duh pokoknya tu orang bermuka dua banget.

-Suka halu parah. Saat kami bertemu (sekitar bulan lalu) dia ngaku sudah jadi direktur di perusahaan TV lokal. TS awalnya percaya-percaya saja, tetapi kemudian TS iseng check ke teman yang kerja di sana. Eh ternyata cuma jadi tim marketing. Mau nyombong tapi yang disombongkan itu gak ada. Halunya parah pake banget kan? Bersyukur TS gak termakan bujuk rayu untuk ikut lagi bersama timnya. Bisa-bisa dimanfaatkan lagi untuk mendapatkan kepentingan pribadinya.

Btw kenapa TS jadi cerita tentang kelakuan mantan manajerku ya? Karena TS lihat ada kemiripan dengan para oknum pemain politik yang ngakunya kerja demi kepentingan rakyat tetapi nyatanya demi kepentingan pribadi dan golongan.

Au ah gelap ngomongi politik...

Salam waras dari rakyat biasa Matur suwun