Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Salam Sejahtera,

Agan and Sista se-alam semesta

Gimana kabarnya hari ini? Semoga senantiasa diberikan kesehatan, Aamiin Allahumma Aamiin.

Gak kerasa yaa, tahun 2020 sudah memasuki bulan Agustus lagi saja. Merdeka!:merdeka

Kira-kira Agustus kali ini bakalan ada Upacara Kemerdekaan gak yaa? Melihat kondisi saat pandemi seperti ini, rasanya tidak memungkinkan. :ayoindonesia

Meski begitu, kita masih bisa menyambut HUT RI Ke-75 tahun ini dengan mengenang kembali euforia kemerdekaan tahun-tahun sebelumnya.

Aku pribadi pernah punya pengalaman yang tak terlupakan, yaitu saat 2 kali berkesempatan menjadi Pasukan Pengibar Bendera.

Jadi, Paskibra SMPN tempat aku sekolah selalu menjadi Peran Utama di acara HUT RI. Yaa, kami setiap tahunnya mengibarkan bendera tingkat Desa. Dulu SMP di daerah Lampegan, pedalaman Cianjur.



Pertama kali aku berkesempatan menjadi pasukan pengibar bendera saat HUT RI, itu kelas VIII tahun 2015 (HUT RI Ke-70).

Biasanya kami latihan satu bulan. 2 minggu di lapangan sekolah (Akhir mei), 2 minggu di lapangan desa (Awal Agustus).

Nah, momen di lapangan desa yang paling berkesan. Bayangin, latihan di dataran tinggi agan di jemur berjam-jam. Bener-bener gosong, muka belang, muncul jerawatan (Bukti Perjuangan).

Waktu itu aku dengan tinggi 145 cm, bersama dua orang lainnya jadi pasukan paling belakang. Udah mah, paling ujung terus ketutupan temen-temen yang tinggi. Tenggelem lah yaa.

Dan ada suatu momen, entah anugrah atau bencana. H-2 di rubah posisi dong, yang mini-mini jadi di barisan depan. Aku jadi penjuru, bener-bener excited banget.

Pernah nih yaa, yang salah gerakan tim tinggi. Yang di tampar (Gak keras) trio mini, Aku-Asri-Vina. Karena paling depan, jadi sasaran deh.



Terus di tahun selanjutnya, 2016. Aku kembali berkesempatan ngibarin lagi, dengan pasukan yang baru.

Dan gak nyangka banget, aku terpilih untuk jadi danton. Dan minios Aku-Asri-Vina juga dibarisan depan lagi masih satu barisan, bedanya aku danton dan mereka penjuru depan.



Masih sama dijemur, belang, dan jadi jerawatan. Tapi momen ini bener-bener degdegan banget, takut suara ilang dan lupa aba-aba.



Dan rintangan terbesar saat hari H adalah kondisi lapangan yang berlumpur karena hujan, sampai pentopel hampir copot karena nancep ke tanah. aku angkat kaki sekencengnya, sedikit oleng untung gak jatuh. Kalau terjadi gak kebayang deh jadinya, keknya bakal trauma jadi paskibra.

Semua beban hilang, ketika Bendera Merah Putih sukses di kibarkan. Arti perjuangan sudah sampai puncaknya.

Kemudian lanjut SMA di Sukabumi, masih ikutan Paskibra juga. Tahun 2017 itu aku hampir kepilih jadi pengibar bendera, cuman karena perbedaan standar gerakan dari Cianjur ke Sukabumi. Khususnya hentakkan tangan, kalah body juga iya. aku gak jadi pengibar jadinya peserta upacara aja.

Pokoknya selama SMA aku gak pernah jadi pasukan pengibar bendera pada perayaan HUT RI.



Ngenes sih, tapi gapapa. Aku masih bisa ikutan Lomba Ketangkasan Baris-Berbaris. Meskipun cuman jadi dapur atau ujung. Tapi aku tetap bangga jadi paskibra. :garudadidadaku

Salam Paskibra, Indonesia