Lea_chatAvatar border
TS
Lea_chat
Pertanian Organik Terpadu
Semenjak awal tahun 2020, Pandemic COVID-19 melanda Sebagian besar negara  yang ada di dunia ini. Pandemic ini membuat pertumbuhan ekonomi di Indonesia pun bergerak lambat. Lambatnya roda perekonomian, berimbas kepada turunnya tingkat konsumsi sehingga membuat banyak perusahaan yang berhenti beroperasi. Hal itu disebabkan oleh tidak adanya permintaan, baik itu didalam negeri maupun di luar negeri. Mengutip dari Kompas.com, berdasarkan data dari Kamar Dagang Indonesia (KADIN), Jumlah pekerja di Indonesia yang terkena dampak Pandemic ini sehingga harus dirumahkan atau menerima Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) sudah mencapai lebih dari 10 Juta Jiwa.

Aktifitas yang mengharuskan orang-orang berinteraksi dalam jarak yang dekat harus dihentikan, semua orang harus melakukan isolasi diri dan keluarganya, masing-masing negara sibuk untuk menangani penyebaran virus ini agar tidak meluas dan menimbulkan korban yang lebih banyak lagi.

Dibalik lambatnya pertumbuhan ekonomi, Indonesia masih memiliki sedikit harapan, karena pada Kuartal I tahun 2020, pertumbuhan Ekonomi kita masih mencapai 2,97%. Jika dibandingkan dengan negara lain (pada kuartal yang sama) dimana sudah mengalami pertumbuhan Ekonomi Minus. Itu Artinya roda perekonomian dinegara tersebut sudah tidak berjalan.

Ada hal yang menarik dalam kondisi Pandemic yang terjadi saat ini. Jika kita perhatikan secara seksama, perputaran roda ekonomi di Indonesia hanya terjadi pada beberapa hal berikut:
1.    Sektor Industri yang bergerak didalam bidang pangan yang tidak terpengaruh oleh pandemic.
2.    Permintaan terhadap Obat Herbal semakin tinggi. Hal itu terjadi karena Tingkat Kepedulian dan Kesadaran Masyarakat terhadap Obat Herbal yang dianggap dapat meningkatkan daya tahan tubuh. Tingginya permintaan dapat dilihat dari langkanya Jahe dan beberapa rempah-rempah lainnya di Pasaran.

Coba kita lihat, perhatikan dan bila perlu wawancara dengan pemilik Warung atau Toko yang menjual Sembako. Apakah Pandemic ini mempengaruhi usaha mereka? Lesunya Perekonomian, apakah membuat Usaha mereka juga berdampak?
Tidak!!! Usaha Sembako itu tidak ada Matinya dan tidak berpengaruh sama sekali terhadap Pandemic ini. Karena barang yang mereka jual adalah kebutuhan Pokok. Bekerja atau tidak, Barang Kebutuhan Pokok itu tetap diperlukan. Tanpa itu, berakhirlah semua kehidupan. Jadi, masih ada peluang disana untuk kita kembangkan.

Besarnya peluang Industri Pangan di masa depan, membuat saya berusaha mencari tahu bagaimana caranya untuk mengembangkan Sektor pertanian yang efektif meskipun dilahan yang kritis. Dari hasil pencarian yang saya lakukan, saya mendapatkan informasi tentang Pertanian Terpadu. Salah satu orang yang menerapkan Pertanian terpadu tersebut ialah Bapak Heri Sunarto. Beliau berasal dari Desa Jagan, Kecamatan Bendosari, Sukoharjo dan merupakan Alumni Teknik Mesin Institut Teknologi Bandung.

Hal yang menarik adalah, beliau berhasil mengembangkan Lahan Kritis yang ada di Desanya sehingga menjadi Produktif. Dengan bermodalkan lahan seluas 2 Hektar, beliau mampu mengolah Padi, Sayuran Organik, Ternak Lele, Ternak Ayam Kampung dan Ternak Sapi.
Berikut adalah Gambaran Model Pertanian Terpadu yang dilakukan oleh Heri Sunarto




Siklus Pertanian terpadu yang dikembangkan oleh Pak Hari dimulai dari Air tanah yang disedot menuju Tangki Penampungan. Setelah itu, air dialirkan menuju Kolam Lele. Air bekas kolam lele dimanfaatkan sebagai sumber bagi Sayur Hidroponik. Setelah itu dialirkan menuju sawah sebagai sumber irigasi. Limbah Jerami sisa dari Panen Padi, dimanfaatkan sebagai Pakan Sapi. Sedangkan Dedaknya dimanfaatkan sebagai Pakan ternak ayam kampung.

Dari penjelasan beliau, dengan lahan yang ada tersebut untuk sekali Panen, beliau mampu menghasilkan 18 Ton Beras. Yang mana dari tanam hingga panen hanya memerlukan waktu 90 Hari. Artinya, dalam setahun beliau mampu panen beras selama 3 Kali.


Dari hasil perhitungan sederhana diatas, dapat kita lihat berapa jumlah penghasilan yang mampu di dapat oleh Pak Heri yang hanya bermodalkan Lahan seluas 2 Hektar tersebut. Asumsi diatas dihitung berdasarkan harga beras terendah yang ada di pasaran. Sedangkan Lahan pertanian Pak Heri sudah mendapatkan sertifikasi Organik dari Pemerintah Kabupaten Sukoharjo dan Provinsi Jawa Tengah. Otomatis, harganya jauh lebih tinggi dari asumsi yang kita buat.

Dari Sawah saja, pendapatannya Sudah mendekati 500 Juta Rupiah, belom lagi Komoditi lainnya. Ada Sayur Organik, Bawang Merah, Ternak Ayam Kampung, dan Ternak Sapi. Sebuah Potensi yang sangat menjanjikan pada Masa Depan.

Namun, dari kajian sederhana yang saya lakukan, pertanian terpadu tersebut masih ada sedikit Kendala, yaitu bagaimana melakukan pemasaran untuk hasil lele. Seperti yang kita ketahui, untuk beberapa daerah di Luar Pulau Jawa, tingkat Konsumsi Ikan Lele masih rendah.

Oleh karena itu, Model Pertanian dari Pak Heri tersebut akan sedikit kita modifikasi. Modifikasinya yaitu ternak Lele kita ubah menjadi ternak Gabus.

Kenapa kita ganti dengan Ternak Gabus, karena Ikan Gabus itu banyak sekali manfaatnya. Untuk wilayah Sumatera Selatan, Ikan Gabus sudah dimanfaatkan sebagai bahan untuk pembuat Pempek dan lain-lain. Hal itu disebabkan karena Harga Ikan Tenggiri yang biasanya dipakai untuk membuat Pempek, harganya semakin tinggi. Selain itu, daging ikan gabus juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan Protein. Karena Ikan Gabus juga enak untuk digoreng maupun dibuat olahan berkuah.

Daging Ikan Gabus juga sangat dicari orang. Biasanya orang yang baru selesai operasi sangat membutuhkan ikan gabus, karena daging ikan gabus dapat membantu mempercepat proses penyembuhan orang yang selesai di operasi. Maka tidaklah heran jika daging ikan gabus pun banyak dimanfaatkan sebagai bahan obat-obatan.

Jika dagingnya banyak dimanfaatkan sebagai cemilan ataupun masakan, Tulang dan Kepalanya dapat kita manfaatkan sebagai Tepung Ikan. Tepung ikan tersebut sangatlah berguna sebagai pakan tambahan bagi Ternak Ayam dan Ternak Sapi.


Jadi, siklus pertanian Organik Terpadu yang akan kita kembangkan yaitu:




Dengan membuat lahan pertanian organic terpadu, maka kita tidak lagi bergantung kepada Pupuk AnOrganik. Pakan Ternak pun tidak lagi perlu dibeli. Karena semua sudah tersedia. Limbah dari satu Produk, dapat dimanfaatkan bagi produk yang lainnya. 

Hanya yang menjadi permasalahan ialah, untuk memulai sebuah Lahan pertanian Organik Terpadu tersebut diperlukan Modal yang cukup besar.  Modal awal yang diperlukan ialah pembangunan Kolam sebagai tempat penampungan air sawah ataupun tempat beternak ikan. Untuk membangun tangki-tangki air yang dipergunakan sebagai sumber pengairan sawah, diperlukan modal yang tidak sedikit. Oleh karena itu, Disinilah perlunya Upaya Pemerintah agar turut serta untuk mengembangkan sector Pertanian Indonesia melalui bantuan permodalan dan pengembangan Industri Manufaktur Pendukung Pertanian. 

Mengutip Sebuah kata bijak dari Henry Alfred Kissinger (Mantan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat dan Pemenang Nobel Perdamaian): Control OIL and you control NATIONS; control FOOD and you control the PEOPLE.”

Semoga Indonesia menjadi Negara yang berdikari dan semakin disegani Dunia International melalui Pertanian Organik Terpadu ini.

 
titisrahmaAvatar border
tien212700Avatar border
tien212700 dan titisrahma memberi reputasi
2
1.4K
3
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Green Lifestyle
Green LifestyleKASKUS Official
3KThread3KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.