robbolaAvatar border
TS
robbola
:: NASIHAT UNTUK SAHABAT ::

"Lin, bisa ketemu?" tanya Ratri, sahabatku, di ujung telepon. Suaranya terdengar lirih.

Aku lantas mengangkat pergelangan tangan kanan, melihat jam yang melingkar di sana. Masih ada waktu satu setengah jam sebelum meeting. Sejenak aku menimbang-nimbang, apakah satu setengah jam itu cukup untukku menemui Ratri dan kembali ke kantor?

"Please ...," lanjutnya, seolah bisa menangkap keraguanku.

Aku menghela napas. Jika Ratri sudah memohon, artinya ada sesuatu yang penting yang ingin dia sampaikan. "Oke. Aku ke rumahmu?" tanyaku kemudian.

"Nggak usah, kita ketemu di luar aja," jawabnya.

"Di kafe biasa ya?" tawarku. Kebetulan kafe langganan kami tidak jauh dari kantorku.

Setelah mendapat persetujuan Ratri, aku segera mengemasi barang-barangku di meja kerja dan beranjak ke tempat yang dimaksud.

Kafe Kopikoe tidak terlalu ramai saat itu. Aku memilih meja di sudut ruangan dan memesan secangkir latte untuk menemaniku menunggu kedatangan Ratri.

Sebenarnya, aku sudah bisa menebak maksud Ratri mengajakku bertemu. Paling-paling, dia sedang butuh teman curhat soal masalah rumah tangganya. Yah, seperti sebelum-sebelumnya. Sebagai satu-satunya sahabat yang dia percayai, maka yang bisa kulakukan hanyalah menyediakan waktu untuk mendengar keluh kesahnya dan memberinya nasihat yang diperlukan.

"Lin."

Aku sontak mendongak. Rupanya Ratri sudah tiba. Aku tersenyum dan menyambutnya dengan sebuah pelukan. Setelah itu, kupersilakan wanita berkacamata hitam itu untuk duduk di sebelahku.

"Udah lama nunggu?" tanyanya.

Aku menggeleng. "Nggak kok. Baru sepuluh menit."

Ratri mengangkat kedua sudut bibirnya yang tidak dipoles lipstik. Aku baru menyadari bahwa kulitnya tampak pucat hari ini.

"Anak-anak di mana?" tanyaku.

"Di rumah oma-nya. Semalam diajak nginap di sana. Sore nanti baru mau aku jemput."

Aku mengangguk-angguk.

"Lin ...." Ratri membuka kaca mata hitamnya. Aku terkejut saat melihat memar kebiruan di sekitar mata kanannya.

"Astaga! Mata kamu kenapa, Rat?"

Ratri cepat-cepat memakai kembali kacamatanya, mungkin takut ada orang lain selain aku yang juga melihat memar tersebut.

"Bang Haris, Lin." Kulihat ada cairan bening yang mengalir di pipinya. "Sesuai saranmu, aku mencoba mempertahankan rumah tanggaku. Tapi, makin hari, Bang Haris makin menjadi." Kini Ratri mulai terisak.

"Pagi tadi dia minta kopi. Aku buatkan, tapi aku lupa ngasih gula ke cangkirnya. Lalu ...."

"Lalu, dia mukulin kamu lagi?" tebakku dengan wajah khawatir.

Ratri mengangguk. Diraihnya tisu di meja untuk menyeka wajahnya yang basah.

"Ya ampun." Aku menyentuh bahu Ratri, simpati. "Sabar ya, Rat."

"Aku udah nggak kuat, Lin. Nggak kuat. Aku mau cerai." Bahu Ratri bergetar.

Aku kembali menghela napas. "Rat, jangan gegabah. Pikirkan dulu masak-masak. Apa kamu sudah siap jadi janda? Lagi pula, maaf, kalau kamu minta cerai, gimana nasib Ari dan Vira? Ari masih butuh biaya untuk sekolah, Vira butuh biaya untuk beli susu. Mereka juga bakal kehilangan figur seorang ayah."

Ratri menunduk. "Tapi aku udah benar-benar nggak kuat, Lin. Memar di mata ini cuma sebagian kecil. Masih banyak bekas pukulan dan tendangan Bang Haris di badanku."

Aku menggigit bibir bawahku. Geram rasanya mendengar bagaimana Haris memperlakukan Ratri. Namun, di sisi lain, aku tahu, Ratri tidak boleh terburu-buru mengambil keputusan. Menurutku, bercerai bukanlah solusi. Yah, setidaknya itu yang aku dengar dari orang-orang sekitarku. Menjadi janda itu berat. Apalagi Ratri hanyalah ibu rumah tangga biasa. Tanpa sumber penghasilan, bagaimana dia akan melanjutkan hidup setelah perceraian? Oke, aku mungkin bisa membantunya, tapi sampai kapan?

"Sabar ya, Rat. Semoga suamimu berubah. Tetap perlakukan dia dengan baik. Jadilah seperti air. Tidak ada batu yang tidak lapuk jika terus-menerus ditetesi air." Aku memeluknya dari samping. "Beri dia satu kesempatan lagi."

"Begitukah?"

"Iya, Rat. Aku yakin, suatu saat, suamimu itu akan luluh juga." Aku menguatkannya. "Kamu wanita hebat dan kuat. Kamu pasti bisa melalui badai ini."

Ratri terdiam. Dia tampak mencerna kata-kataku. Biasanya, ini menjadi pertanda bahwa emosinya mulai mereda. "Terima kasih ya, Lin. Terima kasih sudah selalu mendengar curhatanku. Setidaknya bebanku sedikit berkurang. Terima kasih juga karena tidak pernah bosan memberiku saran. Kamu memang sahabat terbaikku." Ratri membalas pelukanku.

Aku tersenyum lembut. Lega rasanya karena aku telah berhasil menyelamatkan rumah tangga sahabatku. "Sama-sama, Rat."

Setelah mengobrol sebentar, kami akhirnya berpisah. Ratri pulang ke rumahnya, sementara aku bergegas ke kantor.

***

Aku melemaskan otot tubuhku yang kaku. Akhirnya file laporan yang diminta oleh atasanku selesai juga. Aku tersenyum lega.

Sembari menunggu file laporan tersebut di-print, aku memilih membuka aplikasi facebook untuk sekadar refreshing.

Kedua alisku berkerut ketika melihat berita yang di-share oleh Tiara, salah satu teman kuliahku dan Ratri.

'Ratri, semoga kamu beristirahat dengan tenang ya 😭' Demikian caption yang ditulis oleh Tiara.

Seketika jantungku berdetak lebih cepat. Tanganku gemetar. Kubaca berita itu berulang-ulang. Kuamati foto dalam berita itu dengan saksama. Foto tersebut memang di-blur, tetapi dari pakaian dan perawakannya, sepertinya ....

"Tidak, tidak, tidak."

Segera kutekan nomor Ratri. Tidak ada jawaban. Belum menyerah, kuulangi lagi penggilan tersebut hingga berkali-kali. Namun nihil, Ratri tidak juga mengangkat teleponnya.

Tubuhku terasa lemas. Ponsel di tanganku terjatuh di lantai dan menimbulkan suara benturan yang cukup keras.

"Linda, kenapa?" Gina, rekan kerjaku yang duduk di kubikel sebelah, segera menghampiri.

Aku masih bergeming. Mulutku terlalu kaku untuk sekadar menjawab. Memori pertemuan dengan Ratri di kafe dua hari lalu kembali berputar di kepalaku, diakhiri dengan judul berita online yang baru saja kubaca.

'Wanita Diduga Korban KDRT Ditemukan Tewas di Rumahnya'

Tangisku pecah seketika. Penyesalan itu tiba-tiba menghimpit dadaku. Sesak.

-END-

bukhoriganAvatar border
bukhorigan memberi reputasi
1
230
1
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread•41.6KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.