Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

deandrawiraAvatar border
TS
deandrawira
MAAF AKU TERLAMBAT MENCINTAIMU
Lelaki dengan lesung pipit itu tak pernah perduli dengan keadaan sekitar. Kami yang setiap hari bertemu ditempat kursus selama 3 semester, setidaknya hanya itu yang bisa saya tangkap dari sosok Joe.
Johan Irawan Looney, nama lengkap Joe yang saya ingat saat bantu mengabsenkan. Joe hanya asyik mencoret kertas, saya tak habis fikir kenapa dia mau repot repot ikut kelas English course. Secara dia sudah mahir bicara bahasa Inggris karena ayahnya murni warga swedia. Kalau memang bakatnya melukis lalu buat apa dia ikut kelas yang membuat dia jenuh, entahlah.

Saya yang tengah fokus dengan materi hari ini, tiba tiba dikagetkan oleh selembar kertas yang Joe lempar. Kulirik Joe sekilas, dia senyum manis sekali tanda minta maaf. Dan kode bahwa kertas itu memang ditujukan untuk saya. Kuambil kertas yang jatuh tepat di bawah meja itu, perlahan kubuka, dan jreng... Sketsa wajahku ada disana. Coretan pena Joe luar biasa menurutku. Hasil lukisnya tak bisa dianggap biasa. Bukan karena dia menggambar diri saya disana, tapi ini murni tentang bakat Joe yang luar biasa.

Kami selalu pulang dengan naik angkot yang sama, si Joe yang masih asyik dengan kertas dan pencil nya. Sekarang saya mulai penasaran, wajah siapa lagi yang tengah dia lukis. Kusapa Joe perlahan, Joe hanya mengangguk tak bergeming. Ups, lelaki itu terlalu dingin. Membuat saya malas berteman.
Hei... Tapi lihat deh, perlahan saya amati lagi coretan kertasnya. Lagi dan lagi dia menggambar wajah saya yang tengah sibuk dengan beberapa buku ditangan. Yap, didalam angkot pun dia membuat sketsa wajah saya?

Hei Joe, what are you doing? dalam hati saya bergumam. Tak ingin banyak menyapa, toh Joe hanya bisa senyum dan tak mau bicara. Percuma dia memang gagu fikirku mulai kesal.

Saya turun duluan tanpa berpamitan. Saya tinggalkan Joe di angkot, tanpa pertanyaan entah akan pergi kemana dia, karena yang saya tahu arah rumah Joe tidak searah.

Yang masih membuat saya bingung adalah, sketsa-sketsa yang Joe buat itu untuk apa? Sekedar hobby atau ada tujuan? masa SMA memang masa yang rumit. Saya tak mau mengambil kesimpulan kalo Joe menaruh perasaan, sama sekali tidak. Manusia beku macam dia saya rasa sudah mati rasa apalagi urusan cinta.

Tibalah akhir semester, alhamdulillah toefl yang saya kejar cukup lumayan dan tidak memalukan tepatnya. Cukuplah modal untuk ikut kuliah keluar negeri, karena tujuan saya hanya fokus pada beasiswa dengan jurusan kedokteran. Beberapa negara tengah menjadi incaran. Jika pun tak lolos keluar, setidaknya beberapa nama PTN sudah saya kantongi.

Iseng kulihat nama Joe dideretan papan nama hasil ujian. Ah, ada. Sudah saya duga bahasa Inggris bukan sesuatu yang sulit untuk Joe. Wajahnya yang manis dengan campuran negeri asing itu sudah cukup bukti kalo Joe memang bukan asli Indonesia. Wajah ibunya yang Jawa itu tak mendominasi sepertinya.

"Hai Andra" kaget luar biasa hari itu Joe menyapa saya. Kupegang nadi tanda tak percaya, berdenyut tanda masih aman.

"Maaf selama ini saya tidak meminta izin untuk melukis wajahmu, jika tidak keberatan kamu boleh mengambilnya. Tapi izinkan saya memilikinya beberapa," ucap Joe sambil menyerahkan lembaran sketsa yang isinya gambar saya semua. Kagum, itu yang terbersit difikiran. Melihat diri saya yang tengah presentasi di depan kelas, ada yang duduk di kantin, ada juga yang baru turun dari angkot, sepatu kumal yang saya pakai selama bimbel sangat detail Joe tuangkan diatas kertas. Sederhana tapi luar biasa.

"Joe, boleh saya bertanya,? Untuk apa kamu membuat skesta saya sebanyak ini? Apa tidak ada pemandangan yang lebih menarik,?"

" Saya suka kamu Andra, sejak pertama saya melihat kamu presentasi di depan kami semua, kamu gadis yang punya banyak mimpi, setidaknya itu yang bisa saya lihat dari mata kamu, dari hobbi gila membaca kamu. Di kelas, di kantin, di taman, bahkan di angkutan umum kamu tidak pernah berhenti membaca,"
Joe nyerocos tanpa jeda. Kalimat lugasnya membuat saya menelan ludah. Suka? Suka? What do you mean Joe?

Tapi saya gak se geer itu, kalimat suka masih sangat luas maknanya, apalagi untuk laki laki macam Joe, pastinya dia penganut kebebasan. Lihat saja saat dia membuang puntung rokoknya di dalam kelas, itu sangat tidak sopan. Bagaimana dia akan tahu cara memperlakukan hal yang baik pada seorang muslimah? Pastilah Joe juga tak akan mau membuang waktu untuk jatuh cinta pada gadis yang hanya satu satunya berhijab di dalam kelas Course itu.

"Saya serius Andra, i'm really like you" Joe mulai terbuka, ada intonasi memaksa.

Hah? Suka? Selama 1 tahun tak saling menyapa, lalu tiba tiba dia bilang suka? Kurang kerjaan nih anak.

" I'm sorry Joe, saya gak minat pacaran, kamu tentu tahu saya muslimah, dan pacaran tak ada dalam kamus kami, lagipula saya akan berangkat kuliah dan fokus dengan tujuan hidup saya, " ucapku tegas.

Kutinggalkan Joe setelah bertrima kasih atas karya sketsanya, serta terima kasih atas perasaannya yang jujur.

Dua bulan kemudian, sebuah notifikasi mail masuk, ternyata Joe belum nyerah juga.

Dear Andra

Bolehkan saya meminta kesempatan untuk meraih hatimu? Apapun syaratnya, tolong berikan saja. Saya dengan senang hati akan mematuhinya. Jika ada yang saya langgar maka kamu boleh meninggalkan saya. Selama setahun saya tidak mengganggu kamu, tidak pernah berani menatap kamu dari dekat, bahkan sekedar bertanya kabar saja saya takut.
Selama ini saya belajar tentang cara mencintai muslimah dengan benar, saya tahu kamu pasti enggan pacaran, bergandengan tangan, dan lain lain. Maka itu tidak saya minta. Tapi tolong beri tahu saya bagaimana cara mencintai kamu dengan benar

Regard
Joe


Terus terang, saya mulai suka dengan sikap terbukanya, tak mudah untuk laki laki beku macam dia untuk menumpahkan perasaannya. Oke, tak ada salahnya saya jawab iya.

Segera kukirim email balasan berikut beberapa syaratnya. Dimulai dari dia harus bersabar menunggu pengumuman dimanakah saya akan diterima kuliah, lalu bersiap diri jika memang benar-benar mencintai saya, itu artinya siap menikahi saya dalam kondisi apapun. Karena Mamah dan Abah(kake) tak kan mengizinkan kami pacaran dalam bentuk apapun. Mereka hanya siap menikahkan saya dengan orang yang memang bersedia dan siap. Usiaku baru akan menginjak 19 tahun saat itu.

Diluar dugaan Joe ternyata siap menikah. Mungkin karena usia Joe yang memang enam tahun diatas saya. Buat dia tak masalah, padahal saya sendiri belum tahu apa pekerjaan Joe, dan kegiatan Joe. Yang paling saya tekankan adalah Joe harus MUSLIM.
Dia membalas email terkahir saya dengan ktp dan beberapa identitas lain. Membuktikan kalau dia benar benar muslim.

Seminggu kemudian Joe melamar saya, lengkap dengan ayah dan ibu serta beberapa keluarga Joe. Bagai mimpi rasanya, saya yang baru saja ikut beasiswa untuk kuliah justru akan menikah dalam waktu dekat. Tapi kata Abah, menikah tak menjadikan halangan untuk menuntut ilmu. Dan ayah Joe malah merekomendasikan kami untuk tinggal di Swedia, katanya kampus disana cukup bagus. Ah, saya sedang tak ingin berfikir jauh. Yang saya bayangkan adalah menikah dengan lelaki beku yang kukenal di tempat kursus.

Sebulan menuju pernikahan, saya masih sibuk dengan jalur beasiswa. Bedanya sekarang Joe yang selalu memberi support, dia juga sering belikan saya buku buku panduan, bahkan beberapa buku yang digunakan mahasiswa kedokteran dia bawakan. Saya mulai benar benar jatuh cinta pada Joe. Sedikitpun dia tidak protes dengan waktu yang saya habiskan untuk mengejar cita cita. Joe tidak pernah cengeng atai lebay ketika saya sibuk dan seharian tak memberi kabar apapun. Disitulah Joe yang selalu datang membawakan saya kue, vitamin, bahkan sampai tissu dia stock karena saya sering mimisan jika terlampau larut malam membaca.

Sampai malam itu, telfon rumah kami berdering. Mamah memanggil saya untuk turun dari kamar. Beliau menyampaikan kabar duka. Joe kecelakaan, motor Joe ditabrak oleh mobil truck yang supirnya tengah mengantuk. Entah apalagi yang jelas saya sudah tak ingat apapun.

Bayangan Joe yang selalu duduk di kursi belakang, menunduk dan asyik dengan kertas kertasnya. Lesung pipitnya yang masih kuingat saat pertama dia tersenyum di depan kelas. Buku buku yang Joe berikan, poster Doraemon yang dia beri dihari ulang tahunku kemarin masih kupajang di dinding kamar. Dan sebuah lagu yang sering Joe kirim saat malam menjelang tidur.

RIP Joe, maaf aku terlambat mencintai kamu

Cilacap, 19 July 2005
Diubah oleh deandrawira 19-07-2020 10:07
disya1628Avatar border
tarigannaAvatar border
teguhwidihartoAvatar border
teguhwidiharto dan 3 lainnya memberi reputasi
4
1.1K
8
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.9KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.