ryudhappAvatar border
TS
ryudhapp
Pembelajaran Berbasis Penalaran



Dapat kita ketahui bersama bahwasanya pada pola pembelajaran abad 21, siswa dituntut untuk bisa memiliki kemampuan dalam empat hal yakni: Critical Thingking and Problem Solving, Creativity, Communications Skill, dan Ability to work Collaboratively. Dalam menyikapi hal tersebut, tentu baik dari pemerintah maupun tenaga pendidik harus bisa menyesuaikan dan menerapkan pola pembelajaran di abad 21 ini, guna menyongsong pendidikan yang lebih berkualitas. Jika penulis ditempatkan pada posisi sebagai guru, maka langkah awal yang akan penulis lakukan ialah mendalami secara mendalam mengenai pola pembelajaran pada abad ke 21, kemudian dengan begitu penulis bisa dengan mudah menganalisa maupun merancang macam- macam metode pembelajaran serta evaluasi terhadap hasil belajar.

Akan tetapi sebelum penulis merancang metode pembelajaran dan evaluasi, maka penulis, akan terlebih dahulu memberikan sedikit gambaran mengenai apa Sih yang dimaksud dengan berbasis penalaran itu?, Seperti yang kita ketahui bahwasanya Penalaran atau Reasioning ialah kemampuan berfikir atau sebuah proses berpikir secara sistematis, dan logis dalam menyelesaikan masalah kemudian diambil kesimpulan darinya[1]. Manusia pada fitrahnya memiliki kemampuan menalar, yaitu dapat berfikir secara logis, dan analitis dan diakhiri dengan kesimpulan. Penalaran merupakan salah satu kejadian dari proses berpikir, akan tetapi, perlu kita garis bawahi bahwasanya tidak semua berpikir itu adalah bentuk dari penalaran.

Adapun ciri- ciri mengenai penalaran itu sendiri yakni: adanya suatu pola pikir yang disebut dengan logika serta proses berpikir yang analitik, mengapa dikatakan demikian? Karena pembelajaran berbasis penalaran merupakan suatu kegiatan yang mengandalkan diri pada suatu analitik[2]. Ross (Dalam Lithner,2004) mengemukakan pendapatnya mengenai salah satu tujuan terpenting dari proses pembelajaran pendidikan Agama Islam ialah mengajarkan kepada peserta didik penalaran logika (Logical Reasoning), dikatakan demikian karena apabila kemampuan bernalar tidak dikembangkan pada peserta didik, maka pendidikan Agama Islam hanya dianggap serangkaian materi yang mengikuti beberapa prosedur dan meniru contoh- contohnya tanpa mengetahui makna yang terkandung dalamnya[3]. Pada dasarnya metode pembelajaran berbasis penalaran ini tidak hanya dipertuntunkan untuk pelajaran Pendididkan Agama Islam, tapi berlaku untuk semua mata pelajaran, tetapi berhubung penulis sendiri mengambil mata kuliah Pendidikan Agama Islam, jadi penulis sengaja mengambil judul seperti diatas. Untuk konsep pada hakikatnya sama kok, jadi melalui tulisan ini semoga dapat menambah pengetahuan kita semua ya hehe...

Dalam proses pembelajaran pendidikan Agama Islam diperlukan penalaran yang bersifat deduktif dan induktif sebagai jendela logika dalam berpikir. Dinamakan sebagai logika apabila hal tersebut secara luas dapat didefinisikan sebagai pengkajian untuk berfikir secara benar, yang berakhir pada kesimpulan yang benar juga.[4]. Peningkatan kualitas peserta didik salah satunya dilakukan oleh guru yang berfokus pada peningkatan kualitas pembelajaran di kelas dengan berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi. 
           
           Apa saja sih metode pembelajaran yang berbasis penalaran? 

Baca Selengkapnya
0
189
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Education
EducationKASKUS Official
22.5KThread13.4KAnggota
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.