Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

littledeasyAvatar border
TS
littledeasy
Petir Tewaskan 147 Orang di India, Bisakah Terjadi di Indonesia?
Tercatat 147 orang di Bihar, India tewas akibat sambaran atau serangan petir dalam 10 hari. Disampaikan oleh Ahli Agrometeorologi Bihar, Abdur Sattar, perubahan iklim berupa ketidakstabilan skala besar di atmosfer menyebabkan petir dan guntur sering terjadi di Bihar. Ketidakstabilan itu dipicu oleh kenaikan suhu dan kelembapan berlebihan yang terjadi, seperti dilansir dari Science Alert, Senin (6/7/2020). 

Peneliti petir sekaligus Guru Besar Institut Teknologi Bandung (ITB), Prof Dr Dipl Ing Ir Reynaldo Zoro mengatakan bahwa dalam proses sirkulasi pertukaran butir air (aerosol) di udara, terjadi tabrakan antara patikel yang naik dan turun. Maka, terjadi pula pemisahan muatan listrik; di mana yang di atas bermuatan listrik positif dan yang di dasar awan memiliki muatan listrik negatif.

Begini Analisa BMKG "Kalau muatan yang di awan bagian bawah udara banyak, loncat deh ke tanah. Jadilah petir. Jadi udara panas dan lembap itu (adalah) vokal bakal awan petir," kata Zoro kepada Kompas.com, Selasa (7/7/2020). Selain itu, ternyata fenomena banyak petir terjadi itu juga bisa disebabkan oleh kondisi pembalikan arah angin yang disebut moonsun. 

Untuk diketahui, angin moonsun berbalik arah setiap enam bulan, yaitu saat terjadinya peralihan musim. Arah angin dari daratan Asia di utara ke Australia di selatan akan membawa hujan. Namun, untuk arah sebaliknya akan membawa panas. "Nah pada waktu angin mau balik itu kan nggak langsung. Jadi, angin tuh nggak jelas, hujan, panas, ini yang disebut pancaroba, banyak penyakit katanya. Nah, di musim pancaroba inilah musim petir," ujar dia.

Bisakah terjadi di Indonesia? Sejumlah wilayah di Indonesia saat ini sudah memasuki musim kemarau, dan sebagian lagi masih di musim hujan serta peralihan musim (pancaroba). Zoro menegaskan, kemungkinan untuk terjadinya fenomena banyak petir juga berlaku di Indonesia. Sebab, updraft atau panas Matahari yang menyinari tanah menyebabkan temperatur naik dan ringan, sehingga udara bergerak ke atas. 

Gerak udara yang naik ini juga akan membawa lembap dan aerosol. Lantas, pada ketinggian tertentu, udara bertemu dengan temperatur antara 0 sampai 20 derajat celcius. "Updraft dapat terjadi karena kontur tanah. Seperti di Bogor, angin dari laut bertiup ke daratan yang tinggi, gunung dan bukit. Udara naik dan awan petir terbentuk. Makanya, di daerah ketinggian banyak petir," jelasnya.

Selain itu juga, Kepala Bidang Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Miming Saepudin mengatakan, kejadian di India disebabkan oleh konsisi sistem awan Cumulonimbus (Cb), dan akibat negatif dari sistem awan Cb ini juga dapat terjadi di Indonesia. "Secara umum di wilayah Indonesia, hujan lebat yang disertai dengan angin kencang dan kilat atau petir dapt terjadi dari sistem awan Cb," kata Miming. 

Tragedi petir di Indonesia Zoro mencontohkan kejadian di daerah Tapanuli Tengah, Sumatera Utara pada bulan Agustus 2019. Pada saat itu, 19 ekor kerbau dan seorang pengembala meninggal akibat sambaran petir. "Padahal (kerbau dan pengembala itu) di dalam kandang," ujarnya. Hal itu bisa terjadi karena, jika petir menyambar tanah atau pohon atau menara tinggi; maka akan timbul tegangan di tanah.

Oleh sebab itu, kaki yang berada dekat dengan titik sambaran petir tersebut tegangannya akan tinggi. Sedangkan, yang lebih jauh dari titik sambar, tegangannya jauh lebih rendah. Sehingga, terjadi perbedaan tegangan antara dua kaki. "Jadi tegangan langkah tuh tegangan yang terjadi di anatara 2 kaki kita, terus arus ngelir di badan kita atau sapi. Meninggal deh," jelasnya. Selain kejadian itu, ada kejadian pada 2018 di mana satu tangki Pertamina di Cilacap tersambar petir dan terbakar. Zoro mengingatkan agar masyarakat tetap waspada. 

Sebab pada saat ini, masih ada wilayah Indonesia yang sedang berada dalam musim peralihan atau biasa disebut dengan pancaroba. Adapun hal yang bisa Anda lakukan ketika terjadi sambaran atau serangan petir di sekitar Anda adalah memastikan Anda berjongkok sambil merapatkan kedua kaki Anda. Hal ini perlu dilakukan untuk mengurangi dampak dari tegangan langkah akibat serangan petir tersebut.




Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Petir Tewaskan 147 Orang di India, Bisakah Terjadi di Indonesia?", https://www.kompas.com/sains/read/2020/07/08/183500623/petir-tewaskan-147-orang-di-india-bisakah-terjadi-di-indonesia-?page=3.
Penulis : Ellyvon Pranita
Editor : Shierine Wangsa Wibawa

0
536
11
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.4KThread84.5KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.