dylestariAvatar border
TS
dylestari
Hustle Culture dan Alasan Kita Boleh Sesekali 'Malas'


Di jaman yang serba berduit ini, semua akses untuk hidup enak emang bakal mudah terjangkau. Tapi semua itu berbanding lurus dengan seberapa keras usaha kita untuk menjangkaunya.

Di abad yang selalu menjadikan uang sebagai benda yang bisa memberikan hidup penuh privilegemembuat orang-orang kelas menengah ke bawah harus berusaha sangat keras agar bisa survive. Jangankan kelas menengah, kelas atas pun sama-sama harus bertahan juga.

Hustle Culture inilah yang baru-baru ini santer terutama sejak adanya jaman milenial. Karena di jaman ini, mereka seolah dituntut untuk bisa memenuhi segala hal sehingga kerja keras emang satu-satunya cara mereka bertahan. Istilah “kita kerja untuk hidup” malah terasa seperti “kita hidup untuk kerja”.

Emang apa, sih, Hustle Culture ini?

Jadi, hustle culture ini adalah sebuah lifestyle yang dimana orang-orang nya menghabiskan hampir seluruh harinya hanya untuk bekerja. Hidup mereka hanya berputar untuk bekerja.

Mungkin akan terlihat keren saat kita selalu disibukan dengan pekerjaan. Melakukan banyak tugas dan menyelesaikannya dalam waktu singkat, atau jadi orang super sibuk yang kemana-mana dan dimana aja kita pegang gedget atau laptop saking ‘banyak' banget hal yang harus dituntaskan. Namun tanpa sadar, kita menyakiti diri sendiri.

Menghabiskan hampir seluruh jatah istirahat untuk kerja dan terus kerja jelas adalah bentuk kapitalisme modern akibat kebutuhan hidup yang seolah selalu ‘kurang'. Ya, mau gak mau.

Jadi, jangan ngarep deh buat kalian yang hidup dengan prinsip santuy bisa bertahan dilingkungan orang-orang ini.

Selain ‘nyuruh' kita untuk kerja lembur bagai quda, hustle culture juga memaksa kita untuk terus multitasking yang mana kegiatan switching dari satu tugas ke tugas lain malah nggak bisa membuat kerjaan kita maksimal. Karena otak kita tidak dirancang untuk ber-multitasking.

Kita juga harus selalu produktif disegala situasi meskipun kita sedang libur. Alasannya sih agar kita tidak membiasakan diri untuk malas. Karena malas pangkal miskin. Meskipun itu jatah tubuh kita istirahat. Padahal bekerja terus menerus malah mengurangi ke produktivitasan itu sendiri.

Dampaknya apa? Yang paling utama sih, kesehatan tubuh kita akan terganggu karena kelelahan kerja terus. Banyak penyakit yang mungkin terjadi saat kita terus memaksa diri untuk kerja tanpa istirahat. Selain itu, kita juga akan kurang menikmati hidup karena orang-orang yang hustling ini gak punya waktu untuk leha-leha. Karena mereka seolah ‘anti' dengan kemalasan.

Hustle Culture nggak se-keren apa yang kita pikir. Selain penuturan panjang yang ane utarakan di atas, ini juga alasan lain mengapa kita boleh sesekali ‘malas'.

Di Jepang, yang notabene nya terkenal dengan orang-orang nya yang workaholic malah melaporkan lebih banyak kasus kematian akibat dari kerja lembur secara terus-menerus. Dilaporkan dari The Guardian, seorang jurnalis bernama Miwa Sado meninggal karena menderita gagal jantung disebabkan bekerja hampir 159 jam seminggu, itu artinya, dia cuma bisa istirahat kurang lebih 9 jam aja selama seminggu itu.

See? Bahkan itu hanya satu dari sekian banyak hal-hal tidak menguntungkan dari kegiatan hustling ini. Banyak laporan tentang hustle culture yang dianggap lebih banyak negatifnya, namun itu tak membuat orang-orang hustle ini perlu menurunkan standar kerja nya.

PM Finlandia, Sana Marine, saat dia masih jadi menteri Transportasi dan Komunikasi pernah mengatakan bahwa jika seorang pekerja hanya bekerja selama 4 hari dalam seminggu, itu akan memberi mereka banyak waktu untuk bersantai sejenak sehingga performa kerjanya dapat meningkat saat kembali bekerja. Dan itu terbukti lebih ideal untuk karyawan. Itu juga salah satu alasan mengapa negara tersebut jadi negara dengan tingkat hidup paling bahagia.

Sebenarnya ada banyak cara untuk melakukan pekerjaan tanpa harus menyiksa tubuh kita. Ini sedikit contoh bagaimana kita bekerja lebih efektif daripada hustling.

Kerja Cerdas





Yap! Kerja cerdas. Ini bukan curang, kita hanya perlu berpikir bagaimana meringkas sesuatu yang rumit. Dan ini terbukti lebih efisien untuk waktu dan tenaga kita dalam bekerja. Kita hanya perlu berpikir kreatif bagaimana memprioritaskan pekerjaan dari yang urgent sampai yang tidak terlalu prioritas.Kerja cerdas juga akan membuat waktumu hemat, jadi Agan punya waktu lebih untuk kembali mengecek pekerjaan sampai sempurna.

Seimbangkan pekerjaan dan kehidupan




Terus menerus bekerja membuat hidupmu akan terasa monoton dan gabut. Maka dari itu, saat waktu cuti, pergunakan waktumu untuk menenangkan pikiran dengan keluarga atau jalan-jalan. Lupakan sejenak tentang pekerjaan saat sedang liburan, tubuhmu juga perlu istirahat. Gak apa-apa kamu menjadi malas sebentar. Jangan terus kerja, sesekali coba nikmati hidupmu. Kamu bukan mekanis yang terus bekerja di bawah tekanan.

Nanti saat kembali bekerja, pikiranmu akan lebih rileks dan kreatif lagi dalam mengerjakan tugas. Karena pikiran yang segar adalah pikiran yang kreatif.

Kita tidak harus menyusahkan diri sendiri dengan gaya hidup hustle culture ini. Kita punya kontrol diri kita terhadap hal-hal yang perlu kita lakukan. Keseimbangan antara kehidupan dan bekerja mungkin bisa menjadi alternatif untuk membuat kamu lebih merasa hidup sebagai manusia.




Source
Source
gyakalpikaAvatar border
bromocoolAvatar border
indramamothAvatar border
indramamoth dan 31 lainnya memberi reputasi
32
5.2K
68
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Lifestyle
LifestyleKASKUS Official
10.4KThread10.9KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.