Daster, pakaian yang banyak diminati kaum rebahan

Foto: dokpri




Tiga bulan berlalu namun pandemi Corona belum juga sirna. Pemeritah masih memberlakukan PSBB hampir semua wilayah di Nusantara. Keadaan itu sudah pasti berdampak ke segala aspek kehidupan. Khususnya bidang ekonomi . Semua sudah tahu, dampak yang timbul dari keadaan itu. Ekonomi mulai terpuruk, pekerja banyak di PHK, pengusaha pun banyak mengeluhkan ketidakstabilan.

Saya adalah salah satu yang terimbas dampaknya. Suami saya yang bekerja di salah satu Tour ang Travel Agency di Pulau Bali, otomatis usahanya terhenti mendadak. Tak ada pekerjaan karena tak ada turis yang masuk, baik domestik maupun mancanegara. Otomatis pula tak ada pendapatan yang masuk ke dompet. Sementara kehidupan masih terus berjalan. Perut harus terisi, kebutuhan keluarga tetap harus terpenuhi. Dia pun akhirnya pulang kampung setelah berhenti beharap dalam ketidakpastian. Kami sama-sama memutar otak untuk mencari cara untuk bertahan hidup.

Berbagai upaya mulai dilakukan. Berbagai peluang kami coba. Dari berjualan makanan secara online, berjualan masker, dan lainnya. Hasilnya belum maksimal.

Lalu tercetuslah ide saat melihat baju daster yang sering kupakai sehari-hari. Selama pandemi ini, hampir setiap hari dan sepanjang hari, daster melekat di tubuh. Nyaman, ringan dan adem rasanya. Kemudian saya berpikir bahwa selama pandemi ini orang-orang banyak tinggal di rumah, pastinya lebih memerlukan pakaian seperti ini. Mereka tetap bekerja tanpa harus memakai baju kantor atau seragam. Untuk para wanita khususnya emak-emak, cukup dengan berdaster pastinya lebih nyaman. Apalagi bagi kaum rebahan. Daster adalah pakaian kebangsaan!



Maka kami sepakat untuk mencoba memproduksi daster secara kecil-kecilan. Dengan bermodal dua mesin jahit listrik dan sebuah mesin obras bekas, kami memulai. Untuk mengoperasikan, kami juga butuh tenaga kerja. Beruntung ada tetangga ada yang biasa menjahit dan mau bekerjasama. Dibantu adik yang merancang model dan mematrun. Untuk bahan, kami peroleh dari kenalan yang menjual kain murah di Bandung. Katun rayon menjadi pilihan untuk kualitas bahan.



Produksi pertama kami tawarkan kepada teman-teman melalui WhatsApp dan akun sosial media. Alhamdulillah, ada sambutan baik. Kami mulai terima orderan dari teman-teman terdekat dan bisa langsung diantar ke rumah pemesan tanpa ongkos kirim. Kami menjual mulai dari harga 35 ribu untuk model ruffle hingga 50 ribu untuk daster arab.



Beberapa hari kemudian, sebuah toko pakaian memesan untuk dijual di tokonya juga secara online, namun diminta tanpa disematkan label merek dari kami. Merekalah yang akan memberi label nantinya.




Dikarenakan kekurangan tenaga kerja juga modal yang terbatas, sementara ini kami terpaksa hanya melayani pesanan toko tersebut, juga dari pemesan terdekat yang bisa terjangkau kurir. Belum banyak, sehari paling hanya memproduksi dua kodi. Tapi lumayanlah bisa membantu perekonomian keluarga, juga para pekerja yang membantu usaha kami.

Kami berharap, ke depannya akan ada peningkatan produksi. Usaha dapat berkembang dengan baik. Termasuk dengan dimuatnya thread COC BISNIS Kaskus ini. Tak menutup kemungkinan pembaca atau Kaskuser ada yang tertarik dan minat memesan dalam bentuk eceran atau partai besar. Insyaa Allah, akan menjadi jalan untuk kemudahan dalam pemasaran produk kami.







Sumber dan gambar: dokumen pribadi