carienneAvatar border
TS
carienne
Cinta dan Keabadian
Bagian Satu.
 

Hari ini genap tujuh tahun Ara pergi meninggalkan gw. Tujuh tahun jugalah gw merasakan dingin dan kerasnya dunia ini tanpanya. Berat, gw tahu itu, tapi gw tetap harus berjalan. Seperti yang sudah gw katakan di kisah gw yang lalu, hidup harus tetap berjalan, dengan atau tanpanya. Hingga kini, Ara masih menjadi alasan bagi gw untuk tetap bertahan.

 

Bagi kalian yang belum mengetahuinya, Amanda Soraya atau Ara, atau biasa gw panggil Acha, adalah teman sekampus, teman satu kos, sekaligus teman hidup gw. Dari perkenalan singkat gw dengannya pada tahun 2006, hingga saat dia menutup mata pada tahun 2011. Dalam kurun waktu itu, dia berubah dari seseorang asing bagi gw, menjadi seseorang yang gw cintai menembus batas-batas keabadian.

 

Hari itu adalah beberapa hari setelah Idul Fitri, gw memutuskan untuk menengok makam istri gw yang sudah beberapa bulan ini nggak gw kunjungi. Segera setelah mendarat di Surabaya, gw langsung menaiki taksi dan menuju ke komplek pemakaman Ara. Sebelumnya gw mampir dulu ke toko bunga, untuk membelikannya beberapa jenis bunga yang menurut gw indah. Semoga Ara suka dengan pilihan bunga gw ini. Gw tersenyum sendiri ketika memilih bunga itu, mengingat momen-momen dimana Ara terkadang ngomel-ngomel ketika gw berikan dia sesuatu yang bukan kesukaannya. Semoga pilihan gw ini benar ya, Sayang.

 

Sambil memeluk seikat besar bunga di lengan, gw melangkah masuk ke dalam komplek pemakaman itu. Nggak lama kemudian tampaklah sebuah makam yang telah dinisan dengan indah, dan bersih. Makam itu berwarna abu-abu tua, dengan pahatan tulisan berwarna putih gading. Selama beberapa saat gw membisu di depan makam itu, dan memori gw melayang ke masa lalu ketika dia masih hadir di samping gw.

 

“selamat pagi, sayang….” kata gw dengan senyum kelu. “apa kabar? Maaf gw baru bisa nengok sekarang….” Gw berjongkok di samping makam itu.

 

Tangan gw mencabut beberapa rumput liar yang tumbuh di sekitar kaki gw, dan gw menyapu permukaan pahatan nama yang agak berdebu itu dengan tangan.

 

“gw bawain bunga buat lo nih, semoga lo suka ya pilihan gw…” gw meletakkan seikat bunga diatas pusaranya, dan merapikan beberapa batangnya.

 

Gw menghela napas, dan kemudian memejamkan mata untuk mulai berdoa. Gw lantunkan doa-doa terbaik yang bisa gw panjatkan kepada-Nya, berharap lantunan doa gw ini menggema di istana yang sang Pencipta buatkan untuk Ara di surga sana.

 

Sambil mengelus pahatan nama Ara dihadapan, gw memperhatikan kerutan jemari gw. “Gw disini tambah tua, Cha…” gw tertawa pelan, “lo enak ya, disana ga tambah tua…”

 

“pingin rasanya gw lihat betapa cantiknya lo sekarang….”

 

“tapi gw bersyukur lo disana ga merasakan sakit lagi, bahkan lo jadi semakin cantik, Cha….”

 

Gw menikmati setiap detiknya saat gw berada disitu. Panas matahari nggak gw hiraukan lagi, dan kebetulan di sisi area makam Ara itu cukup teduh. Gw hanya ingin sendirian disitu, tanpa ada yang mengganggu kenangan gw dengannya.

 

“Beberapa waktu lalu gw memimpikan lo….” kata gw pelan. “sepertinya disitu ada sesosok anak kecil, barangkali itu anak kita” gw tertawa.

 

“anak kita seperti apa yah?”

 

Gw menghela napas.

 

“Sayang, gw nulis cerita tentang kita di forum Kaskus. Dulu gw udah pernah cerita ini kan ya ke lo. Alhamdulillah gw bisa menyelesaikan ceritanya sampe ke bagian terakhir yang menurut gw bisa diceritakan ke orang….”

 

“Alhamdulillah banyak pembaca yang mendoakan lo, semoga itu jadi hadiah buat lo disana ya, Sayang….” gw menepuk-nepuk satu sisi nisan.

 

Kaki gw mulai terasa pegal, dan gw beranjak berdiri sambil sesekali merenggangkan otot-otot yang kaku. Gw memperhatikan sekeliling. Pemakaman itu sepi, nyaris nggak ada orang yang berjaga disitu, hanya sayup-sayup gw mendengar suara kegiatan berkebun di salah satu sisinya.

 

Gw merasa, ketika gw berada di tempat itu, ada Ara berdiri disamping gw, memeluk lengan gw seperti yang selalu dia lakukan semasa hidup. Gw seperti merasakan kehangatan dirinya disekitar gw, dan itu membuat gw merasa bahagia.

 

Barangkali dia memang hadir disamping gw, kata gw dalam hati.

 

Maksud kedatangan gw kesini kali ini tidak hanya berniat menengoknya, tapi gw juga ingin menyampaikan sesuatu kepadanya. Sesuatu hal yang gw yakini dia akan turut bahagia mendengarnya.

 

“Sayang, hari ini genap tujuh tahun lo pergi. Waktu yang cukup lama, gw rasa, untuk gw menyembuhkan kesedihan dan kekosongan hati gw sepeninggal lo.” kata gw pelan.

 

“Tapi gw tahu, kehidupan gw harus terus berjalan, demi semua orang yang gw sayangi. Gw yakin lo juga mengharapkan itu. Karena gw tahu, lo selalu mengharapkan yang terbaik bagi gw. Lo pun juga ga akan membiarkan gw terlarut dalam kesedihan, seperti yang gw rasakan selama beberapa tahun setelah kepergian lo.”

 

Gw menarik napas panjang.

 

“Karena itu, hari ini gw meminta izin lo, untuk gw bisa melangkah kembali, kemanapun menuju.” gw merasa mata gw menjadi panas, sepertinya air mata gw akan tertumpah.

 

“jika nanti akhirnya gw menemukan apa yang gw cari, gw percaya itupun berkat lo Cha, karena lo lah yang ikut menuntun langkah gw…”

 

“gw berjanji, kemanapun nantinya perjalanan gw akan berakhir, lo akan selalu ada di dalam hati gw. Siapapun nantinya yang akan gw temui di perjalanan gw, maupun di akhir perjalanan gw, akan gw ceritakan kisah tentang lo. Bahwa ada sosok lo di masa lalu, masa sekarang, dan masa depan gw.”

 

Gw tersenyum.

 

“biarlah cerita tentang lo menjadi legenda di hidup gw kedepannya, Cha. Sampai nanti tiba waktunya gw kembali kepada-Nya, dan semoga gw bisa bertemu dengan lo di alam sana.”

 

“jika nanti Allah mengijinkan gw punya keturunan, akan gw ceritakan bahwa dia juga punya sesosok ibu, yang mungkin ga bisa dia temui di dunia ini, tapi akan senantiasa mendampinginya kemanapun dia melangkah.”

 

“gw tahu, Cha, ga ada gunanya gw menangis disini. Karena gw yakin, lo ga ada disini. Gw tahu lo selalu hidup, di setiap kenangan dan pikiran gw. Dan gw yakin, segala cinta dan doa yang gw miliki untuk lo, akan sampai kepada lo dengan cara yang hanya Allah yang tahu.”

 

Gw menarik napas panjang, membungkuk untuk mengelus pahatan nama Ara secara perlahan.

 

“gw pamit dulu ya, sampai ketemu lagi, Sayang….” tutup gw pelan.

 

Gw kemudian melangkah pergi, sambil sesekali menengok kembali ke arah pusara Ara yang berdiri dalam diam, dihiasi pohon rindang dan semilir angin. Gw bersyukur, bahwa rumah terakhir Ara dihiasi dengan indah. Gw akan selalu merindukan kembali kesini sampai tiba waktunya nanti tiba giliran gw yang dikunjungi oleh sanak famili.


Begitulah pembaca, gw memutuskan untuk kembali membuka hati gw bagi orang lain, bagi lingkungan lain. Karena gw menyadari, menjadi tua dalam kesendirian itu tidaklah menyenangkan. Biarlah gw bisa sedikit bermanfaat bagi dunia yang gw tinggali ini, setidaknya bagi keluarga kecil gw nantinya.

 

efti108Avatar border
xue.shanAvatar border
andromigasAvatar border
andromigas dan 36 lainnya memberi reputasi
35
15.6K
118
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread41.6KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.