R.A Laksminingrat Perempuan Garut yang Menjadi Tokoh Emansipasi
TS
palapanusa
R.A Laksminingrat Perempuan Garut yang Menjadi Tokoh Emansipasi
Hello GanSIs, Apa kabar semoga GanSis yang baca thread ini dalam keadaan baik dan sehat...
Hari ini kreator mau bagiin info yang harapannya bisa menambah wawasan sejarah dan keilmuan kita dan tentunya kreator berharap kita bisa menambah literasi keilmuan sejarah kita dan bisa menghargai jasa-jasa pendahulu bangsa kita.
Kali ini kreator mau menginformasikan sosok perempuan yang super hebat pada zaman penjajahan kolonial Belanda, mungkin bisa dibilang beliau ini adalah tokoh penggerak emansipasi wanita dan tokoh literasi serta pendidikan bagi wanita pertama di Indonesia.
Mungkin juga awalnya GanSis asing dengan perempuan yang satu ini atau bahkan sebagian dari GanSis belum kenal siapa sih wanita ini? Raden Ayu Lasminingrat, kira-kira siapa sih wanita ini dan apa sih kontribusi beliau bagi wanita Indonesia berikut ini kreator kasih infonya buat GanSis
Spoiler for Raden Ayu Lasminingrat Pahlawan pejuang kesetaraan dan pendidikan bagi wanita Indonesia di Garut:
Sumber: Image Google
Raden Ayu Lasminingrat. Biografi singkat Lasminingrat beliau ini merupakan wanita Jawa Barat yang lahir di Garut tahun 1843 bisa dibilang beliau wanita pertama yang memperjuangkan hak pendidikan bagi kaum wanita dan merupakan wanita intelektual pertama sebelum RA Kartini dan Dewi Sartika. Jika dihitung pula umur Lasminingrat dan Kartini terpaut 36 Tahun dan dengan Dewi Sartika 41 Tahun.
GanSis Lasminingrat ini merupakan anak dari Raden Haji Muhammad Musa dan Raden Ayu Ria. Ayah dan Ibu beliau berprofesi sebagai penghulu sekaligus seorang sastrawan di tanah sunda, dan bisa dilihat bahwa bakat sastra yang dimiliki oleh Ibu Lasminingrat ini berasal memang dari ayah dan ibu beliau yang merupakan seorang sastrawan di tanah sunda.
Awal mula kesadaran Lasminingrat untuk memperjuangkan hak pendidikan bukan saja untuk masyarakat umum kala itu tapi juga wanita yang memang mendapat hak terbatas akan pendidikan bermula sejak beliau bisa membaca dan menulis, awalnya sang ayah mendirikan sekolah Eropa (Bijzondere Europeesche School)di daerah ia tinggal dengan membayar dua guru Eropa. Hal ini merupakan keprihatinan dari sang ayah yakni Haji Muhammad Musa akan pendidikan bagi anak-anak Bumiputera dan Bumiputeri yang dimana yang bisa mengenyam pendidikan sekolah adalah para anak dari pejabat dan kenalan dekat orang-orang Belanda, dari sini Haji Muhammad Musa ayah dari ibu Lasminingrat berusaha keras agar anaknya dan anak-anak pribumi bisa sekolah dan mendapatkan hak pendidikan yang sama.
Di sekolah itu Lasminingrat mengenyam pendidikan dengan anak-anak laki-laki dan perempuan pada umumnya, namun disamping itu ada pula yang mengatakan bahwa Kontrolir Levisan atau Levyson Norman, seorang ekretaris Jendral Pemerintah Hindia Belanda kenalan baik sang ayah yang mengasuh Lasminingrat hingga mahir dalam menulis dan berbahasa Belanda. Setelah mendapat didikan dari keluarga Belanda sama seperti Kartini dan Dewi Sartika, ide ibu Laksminingrat membuat sekolah khusus untuk memajukan pendidikan anak-anak pribumi dan pendidikan untuk wanita khususnya mulai muncul untuk memperjuangkan hak kesetaraan wanita disetiap lini kehidupan.
Bahkan saking fasih dan kepintarannya Lasminingrat banyak diapresiasi oleh orang-orang Belanda saat itu. Sebelumnya Lasminingrat menikah dengan Bupati Garut saat itu yakni Raden Adipati Aria Wiaratanudatar VIII yang awalnya Bupati Limbangan yang akhirnya berubah nama menjadi Garut, sebelum mendirikan sekolah Lasminingrat terlebih dahulu menjadi pencipta buku dan seorang sastrawan, bahkan saking pintarnya beliau dan kepedulian beliau akan literasi seorang Karel Frederick Holle, seorang administrator di Perkebunan Teh Waspada, Cikajang, memujinya. Pujian itu dinyatakan dalam surat Holle kepada P. J. Veth, antara lain menyebutkan Bahwa: “Anak perempuan penghulu yang menikah dengan Bupati Garut, menyadur dengan tepat cerita-cerita dongeng karangan Grimm, cerita-cerita dari negeri dongeng (Oleg Goeverneur), dan cerita-cerita lainnya ke dalam bahasa Sunda.”
Sebelum pujian tersebut datang padanya 1897 Lasminingrat sudah mengajar anak-anak di Garut belajar membaca dan berbahasa sunda, pendidikan moral, agama, ilmu alam, psikologi dan sosiologi. Dia sisipkan dalam cerita yang dia sudah ubah ke bahasa sunda dari bahasa asing yang disesuaikan dengan kultur sunda dan bahasa yg mudah dimengerti. Keahlian inilah yang menjadi nilai plus dari seorang Lasminingrat banyak buku yang dia ubah dari bahasa asing ke bahasa sunda untuk dibaca oleh anak-anak yang dia ajar.
Hingga beliau mendirikan Sakola Kautamaan Istri di lingkungan Ruang Gamelan, Pendopo Garut sekitar tahun 1907. GanSis awalnya Ibu Lasminingrat membuat sekolah ini kelas yang dibuka terbatas untuk lingkungan para priyayi atau bangsawan lokal saja dengan materi pelajaran berupa baca, tulis, dan pemberdayaan perempuan. Selain itu, karena ibu Lasminingrat seorang sastrawann disamping menjadi seorang istri bupati tapi ia rajin membuat tulisan. Di antara karyanya yang terkenal adalah Warnasari (jilid 1 & 2).
Hingga lambat laun siswa di sekolah yang ia buat mencapai 200 orang siswa yang terjadi perkembangan begitu pesat di tahun 1911 dan pada tahun 1913 atau 2 tahun saat sekolah yang dibuat oleh ibu Lasminingrat beliau mendapatkan pengakuan dan pengesahan atas sekolah yang ia bangun dan mendapatkan kompensasi setiap bulan oleh pemerintah Belanda atas jasanya memajukan pendidikan bagi Bumiputera dan Bumiputeri. Setelah sang suami tak menjadi bupati beliau pindah dari pendopo ke rumah yang lumawan besar di daerah Regensweg atau jalan siliwangi saat ini dan memulai membangun sekolahnya lagi. Hingga di usianya 80 Tahun beliau masih aktif mengajar dan sekolah yang bernama sekolah keutamaan puteri berubah menjadi sekolah rakyat yang menerima murid secara umum tidak hanya laki-laki namun juga wanita.
Beliau meninggal pada tahun 1947 dalam usia 105 tahun dan di makamkan di belakang Masjid Agung Garut. Banyak sekali karya yang beliau buat semasa hidup selain buku Warnasari karya beliau, ada juga buku lain seperti Carita Erman (1875) yang beliau terjemahkan dalam bahasa aksara jawa dan sunda. (Sumber Wikipedia)
Nah GanSis itu sepenggal biografi dari seorang yang bisa dibilang sebagai pencetus penggerak intelektual masyarakat dan literasi pada zaman penjajahan dahulu, walaupun nasib beliau sama seperti RA Kartini seorang istri priyai namun perjuangan emansipasi awalnya datang dari seorang Lasminingrat.
Menurut opini kreator pribadi bukannya kreator menolak hari kartini namun alangkah lebih baik menjadikan hari Kartini sebagai hari emansipasi pejuang wanita yang berjuang di Indonesia bukan hanya lewat perang seperti Cut Nyak Dien, Kristina Martha Tiyahahu, ataupun pejuang wanita lainnya, namun emansipasi bagi mereka yang berjuang dengan bidang lain seperti pendidikan yang banyak pahlawan wanita melakukan itu seperti Kartini, Lasminingrat dan Dewi Sartika dan masih banyak lainnya.
Dari thread ini kreator hanya mau mengajak GanSis yuk kita baca lagi sejarah pejuangan wanita dan pahlawan saat itu, jangan sampai berbeda pandangan dan berbeda pilihan menjadi kita bertengkar, ingat bagaimana dahulu pahlawan merebut kemerdekaan, sekarang saatnya bagi Kreator dan GanSis saat ini mempertahankan kemerdekaan tersebut dan memberikan kontribusi dibidang apapun bagi bangsa dan negara ini....
Sekian nih info dari kreator kali ini mudah-mudahan bermanfaat buat kreator dan pastinya buat GanSis yang baca....