Selamat Datang GANSIS!




sumber gambar detik

Halo cuy, gua sangat bingung nentuin tema yang orisinil tentang Batam. Kayaknya kali ini bakal cerita atau nulis soal Batam dari sepengetahuan gua aja. Kalo ngomongin Batam, ya pasti banyak yang tau di sana merupakan salah satu tempat yang istimewa. Maksudnya istimewa menurut gua pribadi sih, karena Batam itu adalah FTZ (Free Trade Zone). Sejauh ini yang gua ketahui soal Batam ya itu, karena status wilayahnya yang merupakan perdagangan bebas. Dibilang perdagangan bebas kok jadi agak liar ya, mungkin lebih tepatnya kawasan bebas bea impor dan pajak.

Jadi begini cuy, Batam itu kawasannya lalu lintas perdagangan internasional. Barang-barang luar masuk dan mampir kesana. Ya seperti penggudangan dan pengelolaan proses distribusi barang atau gimana. Pokoknya Batam itu tempat strategis untuk jalur perdagangan. Proses ini kan berjalan terus dari dulu-dulu banget, akhirnya demi kelancaran proses pengelolaan barang dan perdagangan makanya Batam dibebasin dari otoritas Bea Cukai. Sekarang enak lu kalo tinggal di Batam terus belanja impor gak kena bea impor dan pajak.


sumber gambar shopee screenshot by yuki26

Maka dari itu di sana juga sampe ada beberapa perusahaan Jasa Titip, yang jasanya cukup dibutuhkan bagi tukang belanja dan kulakan. Sayangnye semenjak diterapkannya aturan baru per tanggal 30 Januari 2020 kemarin soal perubahan de minimisbea dan pajak, Jastip mulai keok. Kalo kalian tau gimana perubahannya, babak belur cuy mereka. Soalnya barang impor dari Batam yang dikirim ke wilayah lain di Indonesia, bakalan dikenakan bea dan pajak kalo nilai barangnya lebih dari 3 USD. Soal detail perhitungannya, kalian bisa baca tulisan gua tentang pembahasan tersebut di Kebijakan De Minimis Pajak & Bea Impor 2020, Impor Sepatu Kena Biaya 50%.


sumber gambar shopee screenshot by yuki26

Balik lagi soal Batam yang menjadi kawasan bebas dalam konteks bea dan pajak perdagangan impor-imporan. Gak usah kaget sama harga barang impor di Batam, seperti pakaian, tas, sepatu, gawai, ponsel branded pasti agak miring dari biasanya. Apalagi produk tekstil itu “made in luar negeri” udah kayak kacang rebus, banyak dan terjangkau semua. Ya bisa dibilang surganya barang impor. Kalo kalian tukang belanja dan sering berselancar di katalog e-commerce, barang dagangan dengan embel-embel Batam banyak banget.


sumber gambar shopee screenshot by yuki26

Berdasarkan pengalaman gua, di salah satu platform e-commerce yang disebut Shopi, ada banyak sekali barang dagangan dengan embel-embel Batam. Terutama barang berupa tas jinjing cewek, yang biasa dipake tante dan ibu-ibu itu. Entah kenapa ya, seolah-olah penambahan kata “Batam” kayak punya daya tarik bagi konsumen. Awalnya sih ngira tas tersebut buatan lokal Batam karena ada kata “Batam”nya kan, tapi ternyata itu produk luar negeri. Terus apa maksudnya disisipin tambahan kata “Batam” ya? Mungkin menurut gua, ini karena Batam emang tempat numpuknya barang impor gitu. Jadi orang-orang gampang percaya dan menganggap wajar terhadap keorisinilan suatu barang kalo harganya miring.


sumber gambar shopee screenshot by yuki26

Gua cukup bingung sih sama pola pikir konsumen dan pedagangnya. Judul barang di katalognya “Tas Batam” tapi brandnya gak tau apaan. Brand-brand luar negeri entah dari Cina atau negara lainnya disamain aja namanya “Tas Batam”. Kalo kalian kurang percaya ya coba aja cari “Tas Batam” di e-commerce, gua jamin produk yang muncul sangat bervariasi.

Anyway menurut gua, keberadaan Batam sangat menguntungkan Indonesia. Dengan adanya Batam serta pelabuhan di situ, Indonesia jadi tempat aktivitas perdagangan dunia sampe sekarang. Tentunya negara ini meraup untung yang cukup, mungkin sih karena buktinya terus berjalan hingga saat ini. Semoga aja keluar masuknya barang luar negeri gak mempengaruhi penjualan dari produk lokal.