Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

  • Beranda
  • ...
  • Education
  • Refleksi : "Attack on Titan" Manusia, Pemberontakan dan Barbarisme di Tengah Pandemi

ackhowlAvatar border
TS
ackhowl
Refleksi : "Attack on Titan" Manusia, Pemberontakan dan Barbarisme di Tengah Pandemi


Sedikit renungan gan trit awal ane

Quote:
emoticon-Cendol Gan

Kiranya itulah kutipan pembuka yang dirasa tepat untuk mengawali catatan kecil dari saya. Sebelum disambung oleh sebuah kesaksian atas situasi pandemi saat ini, izinkan saya berkabung atas senyapnya ketahuan dalam diri kita sebagai manusia.

Spoiler for Attack on Titan:


terdengar konyol mungkin, tapi pada dasarnya ilustrasi tersebut cukup relevan dengan realitas yang sedang dihadapi oleh global, termasuk dalam situasi pandemi saat ini.

Seperti yang kita tahu akibat Covid-19, dunia sedang mengalami krisis, ekonomi anjlok, diperburuk dengan kegagalan negara untuk menghentikan laju penyebarannya. Situasi ini persis dengan apa yang terjadi dalam jalannya cerita "Attack on Titan", perbedaannya adalah ada pada problem utama yang menjadi musuh manusia. Dalam fiksi, yang mereka lawan adalah titan, sedangkan jika kita tarik pengandaian itu menjadi sedikit manusiawi, maka dapat kita personifikasikan titan tersebut sebagai virus. Titan membunuh manusia bukan karena lapar, melainkan dengan maksud politis, kehadiran mereka adalah senjata manusia untuk membantai manusia, mungkin terdengar rumit ? sama halnya dengan virus, tapi saya tidak fokus untuk membahas lebih detail mengenai virus dan segala uji laboratorisnya. Akan tetapi tulisan ini mencoba untuk menawarkan cara pandang lain untuk melihat isu sosial yang juga menjangkiti kehidupan kita termasuk bagaimana kita membaca fenomena ini.

Sebagai analis sosial, tentunya anda tergerak ingin mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Terutama dalam era global seperti yang sekarang, awal kemunculan pandemi covid 19 ini membuat gaduh hampir seluruh negara-negara di belahan manapun. Dengan konsekuensi yang kemudian mengikutinya mengubah pola hidup kita secara mendasar seperti ekonomi, interaksi, dan pola konsumsi kita. Termasuk pola kerja, pada asumsinya memainkan isu kelas yang dalam pemahaman ini dapat kita lihat, pastilah ini merupakan koyakan bagi elit yang akan menghancurkan kemegahan mereka suatu saat, orang akan mengkalkulasi berapa kerugian yang akan mereka dapatkan, maka dengan bersegera mereka mengamankan diri, mengurung diri mereka dalam kungkungan pranata, menimbun apapun yang bisa mereka timbun. Gambaran ini dapat kita lihat sebagaimana yang ada dalam cerita AOT, dimana mereka membangun sebuah konsep utopis yang cukup relevan dengan realitas yang terjadi, dimana orang-orang kaya hidup di dinding yang paling dalam, tentu saja agar mereka merasa aman dari serangan titan, dan orang-orang miskin harus hidup diluar dinding sebagai umpan. dan lain daripada itu, negara tidak memberikan alur yang jelas dalam mengatasinya, mereka justru menegosiasikan dengan cara yang lebih politis untuk melanggengkan kepatuhan, pendekatan militer solusinya. maka cukup masuk akal jika narasi untuk tetap berada dirumah dirasa tidak mewakili suara kaum yang tertindas. Sedangkan bertahun-tahun sebelum pandemi, keterpinggiran sudah kenyang dirasakan oleh kelas bawah. Alih-alih untuk berdiam diri dirumah, seseorang bisa dengan tulus untuk lebih memilih risiko kematian, dibandingkan hidup dalam kepastian untuk patuh.


Quote:


Persis seperti yang ada dalam cerita "Attack on Titan", inilah revolusi yang diinginkan, ketimbang manusia harus hidup dalam kandang yang mereka sebut sebagai dinding, jalan satu-satunya adalah pembebasan.
Maka jika kita kembali pada kutipan diawal catatan ini, dapatlah kita asumsikan dan meminjam dari apa yang dikatakan Foucault, pemberontakan adalah subjektivitas yang memungkinkan kita untuk masuk ke dalam sejarah dan memberi nafas baru dalam kehidupan.


Seseorang yang tidak mengorbankan apapun maka tidak akan mengubah apa-apa. bahkan seorang penjahat mempertaruhkan nyawanya melawan hukuman yang absurd. Inilah pemberontakan, keberanian anda untuk mengorbankan cara hidup aman yang diperoleh dan dituntut, pastilah akan menemukan dalam pemberontakan sebuah titik yang melabuhkan pada kekukuhan prinsip. Maka seperti yang kita lihat dalam kisah Sisifus, ini bukanlah bunuh diri, melainkan pemberontakan Sisifus terhadap dewa-dewa. Orang-orang dengan tingkat kemapanan yang tinggi dengan lantang akan menyalahkan mereka, karena kapitalisme yang demikian merayap begitu mengerikan, anda mungkin dapat mengatakan itu salah, tapi itu bukan kesalahan, mereka tidak bertanggung jawab atas hal ini, justru mereka mengorbankan waktu luang, ada yang harus mereka hidupi, dirumah ataupun tidak, mereka sama-sama dihadapkan pada kematian. cukup bayangkan jika anda berada dalam situasi yang sama, diatas kerinduan lengang anak-anak yang mati, dan para lelaki yang pergi meninggalkan perempuannya, dan seorang ayah dalam kelelahan untuk keluarganya, dan ditengah-tengah tangis seorang ibu yang rindu seorang anaknya di perantauan. Pandemi ibarat kayu bakar, dan nyala api dihidupi oleh pemberontakan kita sebagai manusia, ditengah kebisingan yang tidak disadari, kita telah kehilangan sisi kemanusiaan kita untuk memahami satu sama lain.
nona212Avatar border
nona212 memberi reputasi
1
289
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Education
EducationKASKUS Official
22.5KThread13.6KAnggota
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.