kangbubun17Avatar border
TS
kangbubun17
Jadikan Aku Kekasihmu, Sebulan Saja
Hallo Agan dan Sista
Salam Semangat

Jumpa lagi dengan ane, Kisah cinta kadang tak masuk akan, ia akan datang menghampiri. Tidak peduli itu siapa, dan kenapa ia akan masuk tanpa salam. kisah ini gambaran cinta itu. cinta perlu diperjuangkan agar dapat meneguk manisnya.[/center


Mita berlari kencang, mengejar cowok yang tak jauh darinya, hanya beberapa meter di depan. Ia ingin menagih janji yang belum ditepati. Ini kesempatan yang tepat, pikir Mita. Ia tidak mau kehilangan kesempatan lagi, beberapa kesempatan telah terlewati. Tugas dari dosen memberinya kesempatan untuk menagih janji itu.

“Eros, tunggu!” teriak Mita sembari melangkah cepat, tidak mempedulikan kerumunan teman-teman yang ada di depan. Sepontan si pemilik nama menoleh.

 “Ah, lo. Malu tau teriak-teriak,” sahut Eros bengis. “Ada apa, sih?” lanjutnya sembari mendengakkan kepala, kesal. 

Hidung Mita masih mengeluarkan udara hangat, dadanya tersenggal, kecapaian. Setelah menenangkan diri, ia menempelkan telunjuk ke mulut Eros yang terus mengoceh.

“Bentar, gue masih capek nih, ngejar lo,” ucap Mita sedikit tersengal.

“Bodoh, siapa suruh?” Jawab Eros tak peduli.

Mita membuang napas dalam, lalu kembali membuka mulut. “Ros, ingat janji lo?”

“Gua tidak bisa,” jawab Eros.

“Lo janji akan nganter gue, kalau itu tugas kampus. Nah, kebetulan ada tugas, dosen minta semua makalah dikumpulkan besok. Gue belum buat, anter ke toko buku, ya, sebentar.”  

“Kapan?“ sahut Eros

“Sore inilah, kan tugasnya harus dikumpulin besok, ayo, dong,” ujar Mita sambil memegang tangan Eros.

Please! Mau, ya?” Mita menatap iba

“Iya!” sahut Eros kesal. Ia tidak dapat menolak permintaan Mita. Hati kesal, Benci dengan permainan ini, tetapi jika tidak mengikuti kemauan wanita ini, sama saja dengan mengecewakan orang tuanya.    

[center]***

Aku pantas dicintai, mencintai dan mendapatkan kebahagian. Kenapa harus dia, kenapa bukan aku yang dicintai? Aku mencintainya, jadi biarkan aku memilikinya, pikir Mita.

Ayah Eros pernah hutang budi dengan ayah Mita. Saat itu, hanya ayah Mita yang bisa menolong kebangkrutan keluarga Eros. Inilah yang akhirnya digunakan oleh Mita.

“Lo gila, ya? Gua tidak bisa mencintai lo, jangan pernah memaksa,” ucap Eros dengan nada tinggi. “Ini urusan kita, jangan bawa-bawa urusan orang tua. Cinta itu tidak bisa dipaksakan. Bukan mainan bongkar pasang. Ini masalah hati,” lanjutnya.

“Belajarlah mencintai, dari dulu gua suka sama lo, Eros. Lo saja yang tidak perhatin. Please!” sahut Mita memohon.

“Gua ngak bisa meninggalkan Caca, titik.” Tegas Eros emosi.

“Apa lo tidak punya hati, ia teman baik lo sendiri. Bagaimana kalau  satu bulan saja?” pinta Mita.

“Apa?”

“Bagaimana kalau gua jadi kekasih lo sebulan saja. Hanya sebulan. Tidak lebih. Kalua tidak bisa, ya gua mau orang tua lo segera beresin hutang nya. Paling lambat besok.Besok, inget  itu”

Eros berpikir sejenak, lalu dengan kesal menyetujui permintaan Mita. “Hanya satu sebulan, inget itu.”

“Tapi gua gak mau backstreet. Lo putusin Caca, kita resmi berpacaran, lo resmi kekasih gua"

Deal.” Mita memperjelas.

“Gua anggap impas.“

Eros meremas kepalanya. Geregetan dengan permintaan Mita, tetapi apa daya, ia sadar ayahnya memang berhutang budi pada ayah Mita. Ia tidak ingin menjadi beban. Ayah Mitalah yang telah mengusahakan dirinya hingga bisa masuk kampus ternama ini. Ia hanya bisa bersyukur masih bisa kuliah.

***

Mita merebahkan tubuh di kasur, wajahnya melebar, mengalirkan senyuman. Ia mengambil smart phone di samping, sekadar mengecek pesan yang masuk.

“Kenapa lo, pulang-pulang senyum-senyum sendiri? Habis ketemu gebetan, ya?” tanya Santi sahabat indekos. Ia memilih duduk di kursi tak jauh dari tempat tidur Mita, memandang heran temannya satu itu.

“Kok lo tau, San?” Mita balik bertanya.

“Iya, muka lo tuh, melebar kaya daun pisang! Siapa lagi yang bikin senang, kalau bukan Eros? Dari dulu lo kan suka tuh anak, cuman kandas,” ejek Santi. “Jangan berharap dapatin lagi, sekarang Eros sudah ada yang punya. Mereka juga sudah tunangan, sudah final. Jelasnya, lo K.O!”

“Kalau bisa, lo mau mengasih apa sama gua?” tantang Mita

“Vespa matic gts red gua buat lo!” sambut Santi semangat

Deal.” Mita menyodorkan tangannya ke Santi. “Dulu boleh kalah, sekarang gak boleh. Gue harus ambil dia. Bagaimanapun caranya, Eros itu milik gua, San.” Mita menyeringai lebar.

“Belajarlah menerima kenyataan. Caca itu teman baik lo, beberapa kali dia menolong lo. Apa lo tega, yakiti orang yang udah bantuin lo? Merusak hubungan mereka?” ucap Santi. Ia tak beranjak dari duduknya membiarkan uluran tangan Mita begitu saja.

Mita diam, ia menyadari apa yang akan dilakukan itu tidak baik. Menyakiti hati Caca, teman terbaik, tempatnya berbagi cerita. Akan tetapi, dirinya juga mencintai Eros. Lebih sakit lagi, jika mereka telah bersama di pelaminan. Setidaknya, sebelum mereka menikah, Mita bisa merasakan kasih sayang Eros, walau hanya sebentar.

Mita begitu mencintai lelaki itu. Hatinya tidak dapat menerima, jikalau Eros dimiliki oleh orang lain. Ia pun berhak bahagia, meski harus menyakiti temannya sendiri.

“Mit, lebih baik lo cari cowok lain, deh. Masih banyak cowok yang lebih keren dari Eros. Malah lebih pinter banyak. Sesuatu yang dipaksakan itu tidak akan mendatangkan kebahagian. Sejatinya, kebahagian itu diraih dengan cara yang baik. Tidak dengan menyakiti,” jelas Sinta sok bijak.

“Cinta itu datang begitu saja. Ia hadir di hati tanpa pilihan.  Hati ini sudah kagum hanya dengan Eros. Tidak seperti makanan, jika tidak selera bisa mengganti dengan lainnya. Gua cuma cinta dia.” Mita tak mau kalah.

“Hadeh, cinta. Keratif dikit kenapa?” celetuk Santi

Mita mengangkat badannya, turun dari tempat pembaringan. Ia melangkah ke arah di mana Santi duduk.

“Sorry San, gw tidak bisa menghentikan. Gua lanjutkan. Gua sadar ini akan menyakitkan Caca. Tapi, gua hanya ingin memiliki Eros walau sebentar, ingin bahagia. Menjadi wanita yang dicintai oleh orang yang gua cintai,” ucap Mita serius.

“Tapi, tidak dengan merebut cewek orang kan?” Sinta menghela napas kasar. “Oke, itu keputusan lo. Lo juga harus siap dengan konsekwensinya, termasuk dimusuhi teman-teman lo dan bisa kehilangan keduanya. Eros juga Caca,” lanjutnya mengingatkan

“Vespa merah jadikan milik gua, kalau gua bisa dapatkan dia.” Mita mengulang janji Santi.”

***

Dering handphone, Mita buru-buru mengambil dari tasnya, lalu membuka pesan yang baru saja masuk.

[Mit, gua sudah depan kostan lo nih]

[Oke]

Sudah tiga puluh menit Mita berdiri di hadapan cermin. Ia mengibaskan rambut panjangnya, menatap dengan penuh percaya diri.

“Bagaimana, gua sudah cantik kan?” tanya Mita pada Santi.

“Hemm ….” Santi tersenyum. “Iya,” jawabnya

Tin … tin … tin!

Bunyi klakson menyadarkan mereka, kalau Mita sudah ditunggu.

Mita bergegas keluar kamar. Ia melihat Eros di balik sela-sela pagar, tetap duduk di atas motor kesayangannya. Hati Mita berbunga-bunga, ia sempat tidak yakin, kalau lelaki itu akan menepati janjinya.

“Hai, makasih, ya,” ucap Mita sambil memegang pundak Eros.

***

Motor melaju kencang menuju toko buku. Mita begitu menikmati perjalanan itu. Pikirannya mengawang, ia merasa bahagia, berharap toko buku itu semakin menjauh.

Pelukan Mita begitu erat. Ia menyandarkan kepala di balik kepunggung Eros, menumpahkan kerinduan yang tersimpan sejak lama. Kuda besi itu berhenti.

“Kenapa Ros?” Mita menggangkat kepala, lalu melepaskan lengan yang melingkar di pinggang.

“Bangun, lo gila, ya, malah pules? Sudah sampai!” ketus Eros

Mita melengkungkan bibirnya. Tersenyum. Gua kangen banget sama Lo, Ros, jawabnya dalam hati.

Tiga puluh menit berlalu. Mita masih sibuk membuka-buka buku yang berbaris rapi di rak. Ia belum beranjak ke kasir, sesekali matanya melirik Eros yang betah di lorong barisan buku Biografi.

Sambil membawa sebuah buku, Mita menghapirinya.

“Kalau ini pas gak, ya, dengan materi gua?” Mita menyodorkan buku yang ia pilih pada Eros.  

Eros tak melirik sedikitpun, ia asyik dengan apa yangh dibacanya. Mita tidak habis akal, diambilnya buku di tangan Eros, ditukar dengan buku yang ada di tangannya.

“Hemm …!”geram Eros, dengan kesel meraih buku itu, mencoba mencocokan dengan materi yang Mita ceritakan pada dirinya.

Mita semakin merapatkan badan. Bukan materi yang didengarkan, ia malah terkesima dengan cara Eros menerangkan.

Tidak jauh dari lorong, mata kamera mengabadikan polah mereka.

Krek!

“Oke. Cocok.”

Setalah melakukan pembayaran, mereka langsung meninggalkan toko buku.  Mita berharap bisa santai bersama dahulu. Sepanjang jalan, banyak tempat jajanan yang bisa dijadikan buat nongkrong, sekadar santai atau ngopi. Sayang, Eros tetap menolak dengan alasan sedang buru-buru.

***

Caca berjalan menelusri lorong kelas, baru saja menyelesaikan meteri kuliahnya. Kebetulan hari ini. hanya dua SKS, ia bisa pulang cepat. Kesempatan ini Caca manfaatkan untuk pergi ke butik bibinya yang tak jauh dari kampus. Lumayan, dengan membantu memasarkan secara online, ia bisa mendapatkan penghasilan tambahan, untuk uang sakunya

“Ca, ada kabar baru nih,” ucap Zia.  “Kemarin gua melihat Eros jalan sama Mita. Lo sudah putus, ya?” tanya Zia meyakinkan.

“Jangan ngaco lo!” Caca tidak percaya atas apa yang disampaikan Zia. Gosip murahan, pikirnya. Ia segera pergi meninggalkan Zia.

“Lo liat dulu, nih handphone gua. Kemarin saat gua ke toko buku melihat mereka bersama. Gua kira lo berdua sudah putusan.” Zia memberikan gawainya pada Caca

Caca memhatikan foto itu. Ia geram, melihat kekasihnya bersama Mita. Kenapa Eros memutuskan hubungan dengannya? Apakah ini penyebabnya? Tapi kenapa harus Mita. Hatinya bertanya-tanya.

Mita masih berdiri di lobi. Tidak seperti hari-hari sebelumnya, selesai kelas biasanya ia pergi ke kantin. Teman-teman yang menlihat langsung menggodanya.

“Lagi nunggu pujangga, ya? Asyik, traktir kita dong. Kan baru jadian.

“Hus-hus!” usir Mita sambil mengibaskan tangan.

Caca yang ada tidak jauh dari sana, mendengar perbincangan itu. Spontan, ia melengos dan berjalan tergesa-gesa langsung menuju jalan dan menyetopkan kendaraan pulang. Teganya Mita berbuat seperti itu.  

Sesampainya di rumah, Caca langsung menuju kamarnya. Rusmi heran, tidak seperti biasa anaknya seperti itu. Dari balik pintu, Caca tak dapat menyembunyikan kesedihannya. Sang pujaan hati telah diambil orang dan itu teman baiknya sendiri.

 

 

 

 

 

Diubah oleh kangbubun17 03-06-2020 17:13
mmuji1575Avatar border
nona212Avatar border
PupilsxoneAvatar border
Pupilsxone dan 4 lainnya memberi reputasi
5
932
23
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread41.6KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.