hai gan sis, seperti yang udah gw bilangin di spoiler sebelumnya gw siapa, gw agi panggilannya, 28 tahun,laki, dan straight,not gay, queer,lesb or whatever

disini gw akan memperkenalkan lebih dalam tentang diri gw sekarang, siapa gw dan kenapa gw nulis ini, dan mau apa kedepannya buat umat manusia ini,karena gw ngerasa, di jaman kayak sekarang,orang-orang udah mulai jauh lebih ignoran tentang jiwa, tentang hati,dan tentang dirinya sendiri, kenapa gw bisa bilang begitu karena banyak daripengalaman gw pribadi dan pengamatan gw yang akan gw ceritain kapan-kapan secara lebih lanjut dan detil, untuk saat ini gw akan cerita secara brief aja dulu gw ini siapa dan tujuan kenapa gw nulis ini.

seperti yang udah dijelaskan sebelumnya, gw agi, dan lebih detilnya gw lahir pada 28 tahun sebelumnya di kota kecil bernama Purworejo di Jawa Tengah, sebuah kabupaten yang yaa relatif cukup 'sepi" lah. masih sangat kental dengan sentuhan dan nuansa kehidupan rural atau pedesaannya. ya disatu sisi hidup disana emang sangat damai sih, cuma yang jadi masalah karena "sangat" damai jadi seolah-olah yaa, seems like nothing to do gitu, bukan dalam arti bener-bener gaada apa2 cuma yaa sangat "seadanya" lah bisa dibilang begitu.

gw lahir di keluarga jawa yang bisa dibilang "sangat" konservatif kalo dibandingkan dengan standar saat ini di tempat hidup gw yaitu depok, yang notabene sangat urban, tapi believe it or not, itu di sana tempat asli gw standar tersebut adalah standar yang cukup tinggi pada masanya dan pada tempatnya. standar "tinggi" itu yang dimaksud adalah, ortu gw keduanya PNS, ingat di jaman 90an bahkan 80an ketika ortu gw masuk itu udah termauk prestigius di desa atau tempat yang bisa dibilang yaa sangat kurang terdevelop secara persepsi, pemikiran, dsb. jadi status itu masih sangat berpengaruh disana bahkan hingga saat ini. walaupun udah sedikit demi sedikit memudar sih. nah pada masa itu juga bisa temen-temen inget kan pada masa itu adalah masa-masanya orba, dan sangat ngerti lah kira-kira gimana sejarahnya. jadi yang jadi "aparatur" negara baik sipil maupun hankam yaaa, gitu deh sangat tunduk sama yang namanya "aturan", perspektifnya "sangat" "saklek" (kenapa gw beda2in tanda petiknya karena kutipan definisinya beda-beda, bukan dalam artian satu frasa), okejadi karena hal itu semuanya yaa seolah-olah istilahnya tangkup pemerintah itu ya cuma satu, nah gw sebagai orang yang sangat berpikir sekarang jadi agak berpikir ya, gimana ceritanya semua-mua cuma satu, tapi itu pada saat ini, pada saat itu ya gw cuma bisa iya-iya aja dan nurut2 aja, padahal sih bibit-bibit pemikiran kritis sudah ada sebenernya.

nah gw tumbuh besar di lingkungan seperti itu mulai dari TK sampai SMA dan bisa gw tambahin adalah lingkungan gw dulu deket banget sama lingkungan militer, literally deket sama lingkungan militer, yaitu Batalyon (pada saat itu) infanteri 412, kalo kalian inget pernah jadi ada kasus soal panser yang tenggelam di Purworejo, nah itu batalyon deket rumah gw, sekarang makanya jadi Batalyon Mekanis 412. karena gw besar di lingkungan seperti itu jadi bisa dikira-kira sendiri lah ya perspektifnya gimana, udah Jawa yang sangat konservatif, dan struktural, PNS masa ORBA, dan deket pula dengan lingkungan militer, ya kira-kira teman-teman masa kecil gw ituada kalilebih dari 50% pasti bapaknya tentara. nah bokap gw bkan tentara,cm PNS biasa tapi di pada saat itu yaitu di Departemen Keuangan Dirjen Perbendaharaan dan dipindah di Dirjen Pajak (DJP), ya bisa dibayangin sendiri lah ya "gilanya" gimana dan apa aja yang diurusin. sementara nyokap gw tetep di Dirjen Perbendaharaan (Perbend). nah bokap nyokap gw pun besar dari keluarga pejuang sebenernya, eyangnya bokapgw pejuang kemerdekaan, dan nyokap gw ortunya di TNI meskipun bukan tentara melainkan PNS nya. jadi yaa bisa kira-kira sendiri lah ya pola asuhnya seperti apa di saat itu, udah budaya jawa konservatif, ditambah dengan alur-alur seperti itu. ya gila sih emang, kapan-kapan kita bisa "bahas" "kebudayaan jawa" yang menurut gw terlalu kacrut soal ini.

oke gw kan besar di lingkungan seperti itu, pola asuh seperti itu, jadinya yaa bisa dibilang pola asuh ortu gw kebawa, nah singkat cerita intinya kami itu banyak sekali selisih paham sebenernya, dan gw sedikit cerita juga sebenernya gw punya kakak 2 yaitu kakak pertama dan kedua, tapi yang kedua meninggal karena hidrocephalus, jadi yaaa cukup memukul ortu gw pada saat itu. dan gw dan kakak pertama gw yang ada dan selisih 8 tahun, lumayan jauh sebenernya. intinya kami itu sering selisih paham satusama lain kerena perbedaan perspektif ini, kemudian yang ga jarang juga menjadi sebuah persoalan yang seolah-olah besar,padahal mah masalahnya sebenernya personal. kayak ortu gw sakit hati soal sesuatu tapi dilampiaskan dengan cara yang kurang bijak lah. contoh kurang bijaknya adalah karena ortu gw pun sebenernya dulu itu beda agama saat mau nikah dan pada istilahnya bokap gw tuh "masuk islam" by  "force", kenapa gw bilang begitu karena dulunya bokap gw bilang dianya dulu katolik dan itu terbukti dengan saudara-saudaranya yang katolik ketika itu pada saat gw kecil, ini lah yang menjadi salah satu dari seruntutan masalah selisih paham yang hampir selalu terjadi di masalah keluarga gw, dan pun ternyata keluarga besar sama, entah baik dari sisi bapak atau nyokap, itu meskipun satu "agama", meskipun engga practicing secara taat, ini lebih karena masalah pola asuh yang salah karena pola asuh jawa yang kebetulan dilaksanakan di sisi yang tidak tepat, jadi selama ini gw hidup selama di sisis "kebudaaan jawa" yang kurang tepat, kurang esensial' dsb2. nya

setelah ketauan kan gimana gw besar,ada satu peristiwa besar dalam hidup gw pada saat itu, mungkin bagi kalian ini kelihatan sepele banget, tapi masalahnya besar buat gw, yaitu gw di trigger oleh keadaan gw patah tulang, pada masa kenaikan ke kelas 3 SMA. kenapa bisa patah tulang? karena gw dietsingkat ceritanya,cerita agak panjangnya adalah karena gw itu terlahir dengan tubuh "paling besar" di keluarga gw yaitu sekarang tinggi sekitar 168.5-171, karena fluktuatif ya, jadi anggap saja 170 lah ya, jadi ketika bayi ya pada saat itu otomatis paling besar, dan ya otomatis di pemahaman ortu gw yang sangat sederhana karena saklek, jadi makannya banyak, tapi ketika makan banyak komplain kadang ketika gw tumbuh besar, kan aneh ya .

nah singkat cerita, gw intinya cukup gendut pada saat itu dan pada masa kelas 2 gw ngeliat adik kelas gw yang lebih gendut dan intinya gw pengen kurus, dan berhasil selama setahun gw berhasil diet tapi secara singkat gw diet dengan cara yang salah dan asupan yang salah, karena gw ga mengikuti anjuran gizi, mau kurangin berat badan ya kurangin makan udah gitu aja, pun cuma gara-gara denger ade rai pada saat itu yang lagi diwawancara soal diet yang cuma bilang kalo sebelum diet/olahraga jangan makan, kemudian gw ga makan lah sebelum olahraga. nah singkat cerita gw "kurang" asupan gizi, lagian itu kan gw lagi butuh buat pertumbuhan, ya kurang lah jadinya, terutama kalsium dan protein,patah tulang lah gw. nah tapi ketika gw patah tulang gw ngerasa sangat terbatas, tapi ajaibnya gw jadi "nemu" gimana cara berpikir yang cocok buat gw, karena selama ini kan diinget ya gw diasuh dengan pola saklek, hierarkis, struktural, dan harus "nurut", jadi itu kebawa-bawa dan padahal sedikit-sedikit gw udah keliatan kalo pemikir, karena gw ketika kecil tuh selalu kepo,padahal ya wajar-wajar aja sebenernya, kalo bocah kepo, tergantung asupan "gizi" pemikiran yang dikasih sama lingkungan dan ortunya. nah karena gw "nemu" pola pikir yang "tepat" buat gw, singkat cerita nilai-nilai gw meningkat cukup drastis bisa dibilang hari-hariannya, karena dengan pola "penurut" itu gw malah merasa mati sebenernya, cuma pada saat itu kan gw bisa apa pada masa kecil gw. intinya nilai lumayan naik buat ulangan sehari-hari ya, bukan ujian nasional, ujian nasional ada yang meningkat, ada yang biasa aja dan ada yang jelek. nah sampe sini ketika dipikir kok bisa seperti itu, ketika dibilang meningkat tapi kok nilainya beda-beda gitu, karena yaa kembali, gw itu tidak "diajarkan" secara mendasar dengan pola pikir yang gw miliki pada saat itu, tapi dengan pola pikir "saklek" itu, padahal kalo gw "dibebasin" eksplor bisa banget nemu jalan, tapi yaa gitu deh, karena secara mindset sakleknya lebih kuat pada saat itu yasudah,tapi intinya gw belum puas-puas banget dang gw selalu mencoba untuk gimana caranya mencapai mindset milik gw ini yang memang pas buat gw begitu.

oke gais, sampe sini dulucerita gw part pertama ini, jadi akan gw lanjutin ceritanya selama gw struggle selama gw kuliah dan pindah-pindah jurusan dari UNDIP sampai UI, dan sampe sekarang ini dan kaitan-kaitannya apa aja sama pemikiran gw sebagai warga dunia global dan umat manusia, oke itu aja, terima kasih yang udah baca, sementara itu aja dulu, see you next time soo baaii 

hope i can make it somehow related to u gais