Bulan Ramadhan adalah bulan yang istimewa, setiap muslim diwajibkan berpuasa selama satu bulan.  Istimewa karena pada bulan Ramadhan ini ayat pertama kitab suci Al-Qur'an diturunkan. Keistimewaan lainnya adalah malam Lailatul Qadar yakni salah satu malam yang ada di hari kesepuluh terakhir bulan Ramadhan. Pada malam kesepuluh terakhir itu banyak kaum muslimin yang beritikaf di masjid, memperbanyak ibadah, berzikir atau mengaji untuk mendapatkan pahala malam Lailatul Qadar yang setara dengan beribadah selama 83 tahun. 


Namun, tidak demikian dengan bulan Ramadhan tahun ini, yang bertepatan dengan adanya pandemi Coronavirus. Pasalnya, Corona atau  Covid-19 yang tengah melanda seluruh dunia ternyata memberikan dampak yang sangat signifikan, khususnya bagi umat Islam.


Jika biasanya saat memasuki bulan Ramadhan tempat-tempat seperti mall, super market, mini market dihiasi dengan ornamen-ornamen Ramadhan. Maka tidak dengan tahun ini, adanya peraturan pemerintah yang mengharuskan diam di rumah saja membuat tempat-tempat seperti disebut di atas itu menjadi sepi.


Begitu juga dengan masyarakat yang biasanya saat menjelang bulan Ramadhan banyak yang berburu bahan-bahan pokok hingga jalanan begitu ramai dengan lalu lalang kendaraan, pasar begitu sesak karena banyaknya pengunjung. Kini, tidak seramai bulan Ramadhan sebelumnya, sebab selain karena himbauan pemerintah yang mengharuskan di rumah saja, juga karena mereka harus berhemat. Sebab imbas dari pandemi ini juga dirasakan oleh perusahaan-perusahaan yang pada akhirnya dengan terpaksa harus mengambil tindakan mengurangi jumlah pekerja, PHK besar-besaran, mengakibatkan pengangguran semakin banyak.


Begitu juga dengan tempat-tempat beribadah, di bulan Ramadhan tahun ini banyak masjid yang ditutup dan tidak ada kegiatan di dalamnya. Meski tidak semuanya.


Di daerahku sendiri perbedaannya tidak seberapa besar, sih dari tahun-tahun sebelumnya. Aktivitas masyarakat daerahku tak jauh dari tahun-tahun lalu.




 Seperti, sholat tarawih masih dilakukan di masjid, bedanya dengan tahun kemarin hanya jumlah jamaahnya saja. Dulu, jamaah bisa sampai masjid penuh, kini hanya beberapa shaf saja. 


Masyarakat lebih banyak berdoa, sedangkan ikhtiarnya masih belum bisa dibilang maksimal, terlihat dari banyaknya masyarakat khususnya daerahku yang masih banyak keluar tanpa memakai masker.




Di daerahku banyak masjid yang mengadakan istighosah bersama sebelum tiba waktu berbuka puasa, bersama-sama meminta pertolongan Allah atas pandemi ini. Saling berbagi sedekah dengan menyediakan menu atau takjil buka puasa di masjid, tapi juga tidak memberatkan.




Doa/berdoa adalah salah satu bentuk tawakal kita pada Allah karena pertolongan Allah di atas segalanya. Bertawakal kepada Allah adalah cara paling baik untuk menghilangkan rasa panik.


Seperti yang telah disebut dalam firman Allah:

Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang yang bertawakal kepada-Nya. (QS. Ali Imran/3: 159).


Namun berpangku pada doa saja tanpa ikhtiar adalah sebuah pengharapan yang keliru, begitu juga sebaliknya.

Pasar takjil di daerahku yang menjual beraneka ragam makanan atau kudapan biasanya dibuka saat bulan Ramadhan, kini juga tidak terlihat, hanya pedagang takjil yang membuka lapak di depan rumahnya saja yang masih terlihat. Itu pun menunya tidak beragam, stoknya pun cenderung lebih sedikit karena pembelinya tidak seramai tahun-tahun sebelumnya.


Jadi, perbandingan antara ada dan sebelumnya adanya pandemi ini di daerahku tidak terlalu signifikan. Berbedaan besarnya hanya lebih meningkatnya orang-orang yang beribadah.


Lalu, bagaimana dengan daerah kaskuser sekalian? Apakah ada perbedaan besar?  Samakah dengan daerahku?

Sharing, yuk!