Beberapa wilayah di Gresik masih memegang kuat tradisi
. Brahatanyakni ritual saat malam nisfu sya’ban (pertengahan bulan sya’ban). Meski ritual nisfu sya’ban dilaksanakan sebelum bulan Ramadhan, tapi sangat erat kaitannya dengan bulan Ramadhan.
Hal itu seperti yang dilakukan masyarakat di Manyar, Gresik, Kamis (11/5/2017). Menjelang sore hari, warga setempat tanpak ramai membawa jajanan “Riyoyo Brahatan” di sepanjang Jalan Kiai Sahlan Manyar untuk dibawa ke musholah atau langgar.
Namun, tradisi ini karena Covid-19 sudah tidak dilaksanakan gan. Di samping tidak diizinkan berkerumun dengan banyak orang juga demi memutuskan mata rantai penyebaran virus Corona ini semua kegiatan yang melibatkan orang banyak tidak diizinkan.
Kemudian setelah shalat maghrib, warga mengaji yasin tiga kali. Bagi warga setempat, tradisi majlis setengah bulan sebelum puasa Ramadhan ini sudah berlangsung secara turun temurun.
Tradisi ini sebagai simbol ruwatan dengan membawa nasi kuning kupat, lepet, apem, dan jajanan khas lainnya. Jajanan apem diartikan afwan (arab) atau permohonan maaf, sedangkan kupat dan lepet simbol permohonan maaf dan saling memaafkan.
Jadi, semua memiliki makna sendiri-sendiri gan. Sayangnya tradisi semacam ini tidak dilakukan tahun ini.
Dalam Brahatan, orang diundang untuk makan setelah melakukan digelar do’a. Pada malam itu orang tua, muda, dan anak kecil kumpul di masjid atau musholah.
Setelah itu, jamaah disuguhi jamuan makan atau yang disebut “bupungan”. Disini peserta makan makanan dalam nampan besar dan peserta mengitari nampan itu makan dengan jari tangan.
Makanan itu dibawa oleh peserta dari rumah masing atau dari warga yang tidak sempat hadir dan disatukan atau dikumpulkan untuk dibagi rata oleh petugas yang biasanya mereka itu adalah ta’mir (pengurus) masjid. (AS)
Semoga wabah ini segera usai jadi tahun mendatang masih bisa menikmati kebudayaan ini.
Sekian thread ane, semoga bermanfaat.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh
Gresik, 15 Mei 2020
sumber referensi