Sedang asyiknya menggali, tiba-tiba paculnya mantul pada sebuah benda keras. Diulanginya sekali, paculnya kembali mantul. Karena merasa penasaran, Toni menggunakan tangannya untuk mengorek pasir tersebut. Ia merasa seperti ada benda keras berbentuk bulat dan panjang.

“Hey, Bartom! coba turun ke sini, aku merasa seperti ada yang aneh di dalam pasir ini,” teriak Tony. Dengan cekatan, Bartom pun sudah berada di dalam liang lantas mereka memeriksa bersama-sama. Setelah membersihkan pasir yang berada di atas benda itu, betapa terkejutnya mereka.

 

Ternyata tulang tengkorak manusia yang masih utuh. Jantung mereka tak sampai copot, karena mereka sudah terbiasa dengan pekerjaan penggalian seperti ini. Bekas-bekas tengkorak manusia sudah biasa mereka temui dalam pekerjaan ini. Namun kali adalah pengalaman baru bagi mereka, dimana mereka menemukan tengkorak manusia lengkap dengan anggota tubuh yang lain. Mereka memindahkan tulang-belulang ini dengan hati-hati agar tidak ada yang tertinggal atau tercecer dari bagian yang lain. Setelah mengamankannya, penggalian dilanjutkan. Baru beberapa kali memainankan paculnya di atas tanah, Toni kembali dikejutkan bunyi benda logam yang terdengar di ujung pacul. Mereka kembali memeriksa seperti awal tadi. Mereka menemukan sebuah kepingan logam tembaga bertuliskan aksara jepang. Setelah kejadian yang kedua ini, akhirnya mereka memutuskan untuk menggali bersama-sama. Kali ini mereka tidak menggunakan pacul. Hanya menggunakan kedua tangan untuk menggali sambil meraba-raba ke dalam liang. Alhasil mereka mendapatkan kepingan logam sebanyak lima buah.

 

Toni dan Bartom tak gubris dengan panas terik yang menyengat punggung mereka. Mereka terus bersemangat menggali dan menggali. Tak seberapa lama mereka menemukan sebuah peti besi berukuran lebar 50 cm dan panjangnya 100 cm. Petinya sangat berat. Mereka kewalahan untuk menaikkan peti tersebut ke atas liang. Namun mereka tak kehilangan akal. Bartom yang kebetulan rumahnya tidak seberapa jauh dari areal pemakaman ini, bergegas menuju rumahnya untuk mengambil sebuah tali dan katrol. Dengan menggunakan tali dan katrol, mereka berhasil mengangkat peti ini ke atas liang. Takut kalau-kalau ada yang mengetahui hasil penemuan ini, dengan sepeda motor miliki Toni, mereka segera amankan barang-barang langka ini di rumah Bartom.

 

Mereka kembali dan melanjutkan penggalian. Mereka menggali dengan rasa penasaran. Apa gerangan di balik peti besi itu. Apa isinya? kira-kira inilah yang berada dibenak mereka berdua. Mereka bahkan lupa akan lapar dan dahaga yang melanda tubuh. Penggalian telah usai. Ukuran liang sudah sesuai dengan standar yang ditetapkan. Mereka beristirahat sejenak, kemudian mencicipi ala kadar yang dibeli di warung Mang ‘Jufri’ pagi tadi. Ikan asin, sambal terasi, dan oseng-oseng sudah cukup mengusir rasa lapar yang sedari tadi hinggap di perut mereka.

 

Sebentar malam aku ke rumahmu sekitar jam sepuluh,”ujar Toni sembari menyulut rokok surya 76 kesukaannya.

“Ya baik, aku akan menunggumu di rumah,“ sambung Bartom. Mereka berkemas-kemas  untuk pulang berboncengan dengan sepeda motor milik Toni. Sepeda motor tahun 70-an ini meraung-raung di jalan pematang sawah, seolah-olah memanggil malam cepat tiba. Mereka tak sabar mengetahui isi di balik peti besi yang beratnya bukan main itu.

 

Misteri Bekas Kuburan Tentara Jepang #Part 2Klik disini