elpxycongrooAvatar border
TS
elpxycongroo
Janji yang Tak Terpenuhi

Kelas 11. Bagi anak SMK sepertiku, kelas 11 adalah salah satu masa yang paling dinanti. Pada tingkat ini, kami akan dilepas untuk praktek kerja lapangan alias PKL. Apalagi bagiku yang sekolah di SMK Penerbangan, PKL-nya berarti diadakan di pulau Jawa. Sekolahku sendiri berada di pulau Sumatera, tepatnya di Medan, Sumatera Utara. Di pulau Sumatera memang belum ada tempat PKL yang memadai untuk anak penerbangan sehingga kami harus diterbangkan ke pulau Jawa.

Singkat cerita, aku pun kebagian tempat PKL di Bandung. Selama dua bulan, aku bakal tinggal di Bandung. Sebelumnya, aku belum pernah ke kota yang dijuluki Paris van Java itu. Jujur, setelah sampai di sana, aku sangat terkesan: bukan hanya karena udara yang masih sejuk, tapi juga karena cewek-cewek di Bandung geulis-geulis pisan uyyy!

Sebagai pendatang, tentu aku dan teman-temanku sangat ingin menjelajahi Kota Bandung. Hampir setiap akhir pekan, ketika tak ada jadwal PKL, kami akan berpergian. Dan, pada titik inilah kisah antara aku dan dia bermula.

Tepatnya pada minggu kedua setelah aku berada di Bandung. Saat itu akhir pekan, aku dan tiga orang temanku mengunjungi Alun-Alun Kota Bandung. Keadaan ternyata sangat ramai. Kami pun semakin semangat berkeliling: mengunjungi pasar, tiduran di rumput sintetis, melihat Museum Konferensi Asia-Afrika, hingga pada akhirnya kami kelelahan.


Alun-Alun Kota Bandung (sumber: inews.id)

Kami pun memutuskan istirahat di sisi jalan. Saat itulah kami melihat dua gadis dengan tingkah laku yang sangat menggemaskan. Mereka sedang asik berfoto. Mereka bergantian jadi fotografer-model dan model-fotografer. Namun, ketika ingin berfoto bersama, mereka kesusahan.

Melihat tingkah kedua gadis itu, seorang temanku menantang mendekati mereka. Aku sempat menghiraukan tantangannya. Namun, setelah kulihat-lihat, kedua memang sangat menarik, terutama seorang di antara: wajahnya imut, rambut panjangnya tergerai lurus, tubuh mungilnya mengenakan baju putih yang dibalut overall biru terang. Sangat menggemaskan.

Akhirnya, kuterima tantangan temanku. Aku dekati mereka dengan dalih ingin membantu memfoto. Usaha pendekatanku berhasil, aku sukses mendapatakan kontak mereka. Gadis yang sempat menarik perhatianku itu ternyata bernama Vira.

Setelah hari itu, aku pun terus berhubungan dengan Vira lewat LINE (saat itu WhatsApp belum tenar). Ternyata, dia kelas 11 sama sepertiku. Bedanya dia anak SMA. Pembicaraan kami terasa nyambung. Vira pun orangnya sangat terbuka sehingga selalu saja ada topik yang bisa bicarakan.

Akhirnya, setelah beberapa hari saling berkirim pesan, aku memberanikan diri mengajaknya ketemuan kembali. Ya, aku merasa cocok dengannya dan aku kira Vira juga merasakan yang sama. Benar saja, ia menyetujui ajakanku.

Kami bertemu di sebuah cafe. Vira adalah gadis yang riang dan bersemangat. Dia juga banyak bicara, sedikit berkontradiksi denganku yang tak banyak bicara. Namun, karena sifatnya itu aku juga jadi banyak bicara. Vira bisa membuatku menjadi orang yang terbuka. Padahal, biasanya aku sangat tertutup pada orang yang baru kukenal. Pertemuan pun berjalan lancar.


Ilustrasi (sumber: dailymail.co.uk)

“Terima kasih ya buat hari ini,” begitu isi pesan yang kuterima darinya setelah aku sampai di indekos.

Di minggu selanjutnya, kami kembali bertemu. Setelah hampir seminggu penuh kupikirkan, aku memutuskan akan menebaknya di pertemuan nanti.

Di pertemuan, aku terus mencari waktu yag tepat untuk menembaknya. Namun, aku selalu saja ragu. Hingga akhirnya, sebelumnya ia ingin pulang, aku mengumpulkan semua beranian.

Seluruh perasaanku pun kuungkapkan kepadanya. Ia tersenyum. Aku tak tahu apa artinya itu: dia senang atau dia malah menertawakan kelakuanku. Ternyata kedua! Dia menerimaku!

“Iya aku terima, tapi kamu lucu banget cara nembaknya,” ungkap sedikit tertawa.


Ilsutrasi (sumber: unsplash.com)

Ya, aku akui memang caraku sedikit lucu. Aku berbicara hampir selama lima menit penuh sebelum akhirnya sampai kepada kalimat penentu: bahwa aku ingin dia menjadi pacarku.

“Di menit awal aku udah tahu sih apa maksud kamu. Cara nembak kamu mubazir tahu!” lanjutnya sambil tertawa.

Begitulah roman cintaku dengan Vira bermula. Jika ada kesempatan, kami selalu mencoba bertemu, tak jarang Vira juga mengajakku berkeliling Bandung. Aku sadar bahwa aku tak bisa terus-terusan berada di Bandung, pada akhir masa PKL aku harus kembali ke Medan, sehingga sebisa mungkin aku mencoba menghabiskan banyak waktu bersamanya. Vira juga menyadari hal yang sama, hingga sampailah kami pada pembicaraan yang selama ini aku takuti.

“Jadi, hubungan kita setelah kamu balik ke Medan gimana?,” tanya Vira.

Aku terdiam. Aku bingung mau jawab apa. Hingga akhirnya janji itu kuucapkan: “Aku janji, setelah lulus dari SMK, aku bakalan kuliah di Bandung. Jadi selama hal itu belum terwujud, aku harap hubungan ini bisa bertahan.”

Vira tersenyum. Aku pun tersnyum. Namun, di sisi lain, aku menyadari bahwa janji bukanlah janji yang mudah aku wujudkan.

Setelah aku kembali ke Bandung, hubungan kami pun berlanjut secara LDR.


Ilustrasi (sumber: infia.co)

Waktu pun terus berlalu, begitu juga hubunganku dengan Vira yang ternyata bisa terus bertahan. Hingga, akhirnya aku dinyatakan lulus. Sebagai lulusan SMK Penerbangan, aku menyiapkan diri untuk lanjut ke sekolah tinggi penerbangan. Berkat janjiku kepada Vira, aku pun mengincar Universitas Nurtanio Bandung. Namun, apa daya, ternyata orang tuaku tak sanggup membiayai biaya studi di universitas itu, yang memang termasuk mahal.

Namun, aku mau berjuang atas janjiku, atas hubunganku dengan Vira. Aku pun memutuskan ikut SBMPTN, sebagai anak SMK yang tak pernah mempelajari pelajaran anak SMA, tentu aku sadar harus menyiapkan diri, sedangkan waktu SBMPTN tinggal dua bulan lagi. Aku pun memutuskan ikut bimbel online.

Aku memantapkan diri memilih Universitas Padjadjaran di pilihan pertama dan kedua (begitu juga dengan Vira). Sedangkan di pilihan ketiga aku memilih Universitas Sumatera Utara, sebagai permintaan orang tuaku.

SBMPTN pun berlalu. Pengumuman di depan mata. Hasilnya: aku lulus di pilihan ke tiga, Universitas Sumatera Utara.

Tentu, aku kecewa. Aku sadar, SBMPTN mungkin kesempatan terakhir untuk memenuhi janjiku. Aku bingung gimana caranya menyampaikan berita ini kepada Vira. Di tengah kebingunganku, masuk pesan dari Vira.

“YANGGG, AKU LULUS DI JURUSAN ILMU KOMUNIKASI UNPADDD!!”

Sekilas, aku dapat tersenyum. Senang rasanya jika Vira gembira. Namun, pesan selanjutnya kembali membuatku bingung.

“Kamu gimana?”

Aku pun memutuskan mengirim foto pengumuman milikku.

“Selamat ya!”

Aku semakin bingung dengan reaksi Vira.

“Maaf ya,” balasku.

emoticon-Smilie” balas Vira singkat.

“Yawudah, itukan keinginan ibu kamu, masa nggak kamu ambil,” lanjutnya.

“Maksudnya...”

“Iya. Mungkin inilah persimpangan jalan. Mungkin ini waktunya kita menyusuri jalan masing-masing. Mungkin, jalan hidup kita memang ditentukan berbeda.”

Balasan itu membuat tubuhku lemas. Aku tak sanggup membalasnya.


Ilustrasi (sumber: medicalnewstoday.com)

“Yang, mungkin ini akhirnya. Tapi kita masih bisa berteman kok. Jangan segan kalau mau nge-chat. Hanya aja status pacaran kita harus berakhir.

“Yang, kita harus putus.”

Ya, itulah akhir dari kisah roman percintaanku dengan Vira. Kata “putus” menjadi akhir dari segalanya.

Keadaan ternyata tak mengizinkan hubungan kami berlanjut. Aku tak bisa menyalahkan keadaan. Bagaimanapun, hubunganku dengan Vira telah menjadi kenangan manis dalam kisah hidupku.

Vira, terima kasih atas 16 bulan yang menyenangkan.
Diubah oleh elpxycongroo 01-05-2020 11:48
aryanti.storyAvatar border
kulitkacang10Avatar border
noprirfAvatar border
noprirf dan 2 lainnya memberi reputasi
3
381
1
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread41.7KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.