Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

kulitkacang10Avatar border
TS
kulitkacang10
Malam Panjang



Quote:




sumber gambar: https://images.bisnis-cdn.com/posts/2018/09/29/843619/lonelisah.jpg

Butiran hujan menetes lembut membasahi jalanan dan segala kemeriahan malam yang berlalu lalang di atasnya. Pijar lampu kendaraan tampak sedikit menyebalkan ketika menyilaukan pandangan. Namun itu semua terbayarkan oleh aroma menggoda dari gerobak baso yang berteduh di sebuah kios kecil tak jauh dari situ.

Di antara sekian banyak kemeriahan malam yang tampak baik-baik saja, gue berdiri kaku di pinggir jalan seraya berlindung di bawah pohon besar. Dan jelas, gue merasa tidak baik-baik saja.

Hujan hanya turun rintik-rintik kecil yang tidak akan membuat gue masuk angin sekalipun berusaha menerjangnya. Di bawah pohon besar, gue berdiri menghadap bangunan di seberang jalan dengan benda terbungkus rapi yang gue genggam.

Dihadapan rumah Kayla yang cukup besar, gue malah terdiam tak bergerak. Hari ini merupakan hari spesial Kayla. Gue sudah menyiapkan segalanya termasuk kado ulang tahunnya yang sudah terbungkus rapi di tangan gue ini. Tapi akhir-akhir ini, segala sesuatu yang berhubungan dengannya benar-benar memberatkan gue.

Dengan tangan yang satunya, gue merogoh saku jaket denim gue yang tampak sudah luntur. Setelah menemukan benda yang gue cari, gue segera mengeluarkannya. Ponsel itu sedikit retak di ujunganya akibat terjatuh dari saku jaket gue beberapa hari yang lalu. Kejadian itu sedikit menambah kekesalan gue terhadap hari-hari yang berjalan buruk belakangan ini. Tapi setidaknya, ponsel itu masih bisa digunakan dengan baik.

Gue menatap serius layar ponsel berusaha mencari kontak Kayla. Ketika menemukannya, gue sedikit ragu untuk menekan tombol panggilan ketika melihat kotak surat yang berada di pagar depan rumahnya. Ada dua opsi yang bisa gue lakukan, menyerahkan kado itu langsung atau menyelipkannya di kotak surat.

Beberapa waktu belakangan hubungan kami memang sedang kacau. Pemantiknya adalah ketika gue secara tiba-tiba mengajaknya bertemu di sebuah taman kecil di dekat sekolah.

Sore itu berlangsung damai khususnya di sekitaran taman kecil itu. Sangat aneh sekali mengingat biasanya banyak anak-anak yang bermain ayunan atau sekedar membiarkan dirinya meluncur bebas di perosotan taman yang seret. Tampaknya, alam mempersilahkan kami untuk memiliki tempat itu berdua hanya untuk sementara.

Kayla terdiam sejak tadi. Ia hanya mengayun-ayunkan kaki di atas bangku taman. Sedangkan gue berdiri kaku didekatnya. Gue berusaha mengumpulkan keberanian untuk memulai obrolan.

Quote:


Ketika mendengar itu, Kayla tampak tidak terlalu terkejut. Mungkin dia sudah tau sesuatu tentang hal yang akan terjadi di pertemuan ini. Atau mungkin saja dia hanya menduga. Entahlah.

Quote:


Gue kemudian berbalik terdiam. Sulit menyusun kata-kata untuk menjelaskannya pada Kayla.

Mendadak, rok abu sekolahnya basah oleh tetesan air. Ketika gue mendongak, mata sayunya yang memikat sudah dibasahi air mata.

Quote:


Kayla tidak pernah menangis. Selama ini, gue tidak pernah melihatnya menangis. Itu merupakan salah satu hal yang gue kagumi dari dirinya. Bahkan saat dirinya terserempet mobil pekan lalu ketika berjalan pulang dari sekolah, dia sama sekali tidak menangis walau banyak bagian dari tubuhnya yang lecet. Dia kuat.

Tapi dibalik itu semua, dia tetaplah orang yang memiliki sisi lemah. Dan saat-saat seperti itu kini datang, masa ketika Kayla rapuh. Harusnya gue ada di sisinya, bukan berseberangan dengannya. Ironi kecil itu kini bermain diantara kami berdua.

Quote:


Tiba-tiba Kayla berdiri. Ia berjalan menjauhi gue tanpa bisa berlari karena kakinya masih sakit. Bahkan beberapa lukannya masih belum kering. Dengan kondisinya yang seperti itu, mudah saja untuk gue menyusulnya.

Quote:


Kayla tidak menjawab.  

Gue cukup cemas dengan keadaannya yang masih menahan sakit. Setelah beberapa kali percobaan untuk membujuknya pulang bersama, Kayla tetap pada pendiriannya. Rumahnya memang tidak terlalu jauh jaraknya dari sekolah dan taman itu. Walau begitu, gue tidak ingin membiarkannya pulang sendiri. Akhirnya, gue tetap menemaninya pulang bersama dengan berjalan kaki walau sepanjang jalan Kayla tidak pernah sekalipun tertarik berbicara dengan gue. Setelah memastikannya pulang dengan selamat, gue kembali ke taman kecil itu untuk mengambil motor gue yang terparkir disana.

Gue lalu pulang dengan perasaan tidak tenang di sepanjang jalan.

Kini, perasaan tidak tenang itu hadir kembali. Di antara aktivitas malam hari yang masih cukup ramai, gue menatap kosong ke arah rumah Kayla. Gue tidak ingin kehilangan kesempatan untuk memberikan hadiah tepat di hari kelahirannya. Gue menatap jam tangan di pergelangan kiri, tampaknya masih dua jam lagi sebelum hari ini berganti ke hari berikutnya.

Setelah berpikir beberapa menit, gue memutuskan untuk tetap meneleponnya walau hari tampak sudah cukup larut. Gue berharap dia belum terlelap.

Setelah beberapa kali dering berbunyi, akhirnya suara itu muncul. Suara Kayla yang gue rindukan akhirnya keluar memasuki gendang telinga gue yang sudah hapal betul dengan tarikan napasnya di balik telepon.

Quote:


Beberapa saat kemudian gue dan Kayla kini sudah berada di ayunan tua yang terletak di halaman depan rumahnya. Halaman ini cukup luas dengan berbagai tanaman dan kolam ikan yang membantu membuatnya semakin indah. Terlebih lagi, ketika malam hari, cahaya lampu taman menyala indah seperti kunang-kunang di tengah kegelapan. Dulu, halaman ini adalah tempat kesukaan kami untuk bercerita tentang aktivitas-aktivitas melelahkan yang sudah dilalui seharian. Kenangan itu kini berhamburan di ingatan, membuat gue ingin kembali merasakannya walau hanya sekali.

Quote:


Pada awalnya gue hanya ingin memberikan hadiah ulang tahun pada Kayla lalu beranjak pergi. Namun setelah menyerahkan kado itu, Kayla memaksa gue untuk berdiam dulu sejenak di rumahnya. Sejak dulu, menolak permintaannya adalah hal yang sulit buat gue, dan itu pun berlaku kali ini. Gue akhirnya terpaksa menuruti kemauannya.

Quote:


Gue bingung, sebelumnya dia minta gue untuk bertahan tapi ternyata dia tidak ingin berbicara apapun pada gue.

Quote:


Kayla memang tidak pernah berubah, dia selalu bisa kembali menjadi dirinya yang gue kagumi walau seberat apapun hal yang menimpanya. Semenjak gue memutuskan hubungan dengannya berminggu-minggu yang lalu, kami memang sudah jarang berbicara. Walau terkadang kami berpapasan di sekolah, selalu saja ada hal yang membuat kami tidak bisa berbicara. Gue rindu ketika bisa mengobrol biasa seperti ini.


Quote:


Naya adalah sahabat Kayla sejak kecil. Mereka sangat dekat dan mereka hampir selalu berada di sekolah yang sama. Mereka masih menjadi sahabat dekat sebelum akhirnya gue merusaknya.

Jauh sebelum bersama Kayla, gue awalnya berpacaran dengan Naya. Sangat aneh memang terutama di mata teman-teman dekat gue ketika mengetahui itu. Mereka tau gue sangat dekat dengan Kayla namun gue malah memilih Naya. Kesalahan yang terjadi adalah, ketika gue tau perasaan Naya, gue langsung memilihnya tanpa menanyakan kembali pada diri sendiri. Saat itu gue sendiri tidak tau perasaan gue pada Naya seperti apa.

Quote:


Pernyataan terakhir itu ternyata menjadi bumerang tersendiri bagi gue. Ketika gue dan Naya menjalani hubungan, tak banyak hal spesial terjadi. Kami memang jarang berselisih paham, namun gue merasa banyak ketidakcocokan diantara kami. Ketidakcocokan itu justru menyulut perselisihan pada kami untuk yang pertama dan yang terakhir kalinya.

Quote:


Saat itu gue sedang menemaninya membeli buku di sebuah mall. Ketika selesai membeli buku, tanpa sengaja gue menyebutkan buku favorit Kayla diantara topik obrolan kami. Sejurus kemudian, amarah Naya meledak.

Quote:


Tersulut amarah yang sama, tiba-tiba kami bertengkar di tempat itu cukup lama hingga membuat dia enggan pulang bersama gue dan memilih memesan taksi. Beberapa hari kemudian, hubungan kami benar-benar selesai.

Setelah kejadian itu, gue benar-benar kalut. Gue merasa bahwa pilihan gue salah memilih Naya. Dia bukan orang yang tepat. Dari dulu, memang Kayla orang yang gue inginkan. Rasa egois itu pun mendorong gue menemui Kayla lalu menyatakan keinginan itu.

Quote:


Kayla sedikit terkejut dengan kata-kata gue yang tiba-tiba. Namun senyum yang muncul kemudian menentramkan perasaan gue yang kalang kabut. Senyum itu muncul bersamaan dengan jawaban Kayla.

Quote:


Berbulan-bulan gue menjalani hubungan dengan Kayla, gue merasa sangat menikmati. Kayla adalah contoh nyata sosok wanita yang selalu gue inginkan.

Namun sesuai dugaan, Naya tidak serta merta menerima begitu saja hubungan kami. Pada awalnya, ia hanya menyatakan ketidaksukaannya secara terang-terangan dan itu bukan masalah. Hubungan gue dan Kayla tetap berlanjut hingga beberapa bulan ke depan. Akan tetapi, hal yang gue sadari kemudian adalah satu per satu teman-teman Kayla mendadak menjauh. Dia jadi kesulitan berteman, bahkan sering kali kesulitan dapat kelompok tugas. Teman-temannya tiba-tiba memusuhi Kayla.

Pada titik itu gue tersadar. Terlebih, ketika kejadian Kayla terserempet mobil itu terjadi, sebelumnya dia tampak pucat dan terlihat sedang banyak pikiran. Bahkan dia sempat mengatakan sesuatu yang membuat gue sangat terkejut dan sedih.

Quote:


Bodohnya saat itu gue memilih untuk berlatih basket dan membiarkannya pulang sendirian. Gue tau dia banyak pikiran tapi gue malah tidak bersamanya. Dari situ, gue sadar bahwa hubungan ini mungkin akan membuatnya dalam masalah. Karena hubungannya dengan gue, Kayla harus sampai hampir tertabrak mobil seperti itu.

Beberapa hari setelah itu, gue sedikit menjauh dari Kayla. Gue butuh berpikir sejenak untuk mempertimbangkan banyak hal soal hubungan ini. Setelah beberapa saat, gue tiba-tiba meminta Kayla untuk bertemu. Disitulah gue memutuskan hubungan dengan Kayla. Gue tidak bisa membuatnya terus-terusan sengsara.

Quote:


Gue hanya terdiam kaku. Kini Kayla menceritakan bagiannya.

Quote:


Kayla tiba-tiba berhenti berayun.

Quote:


Kayla tiba-tiba mengusap wajahnya dengan sebelah tangan. Air matanya tiba-tiba jatuh tanpa dia kehendaki.

Quote:


Hari itu kemudian berakhir dengan kelegaan memenuhi perasaan gue. Tepat ketika hari itu berganti ke hari berikutnya, gue beranjak pulang dengan perasaan tenang di sepanjang jalan. Setidaknya gue mengambil keputusan yang benar kali ini.


Diubah oleh kulitkacang10 30-04-2020 00:03
ButetKerenAvatar border
abellacitraAvatar border
nona212Avatar border
nona212 dan 31 lainnya memberi reputasi
32
644
9
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.4KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.