Di bulan suci ini, kayaknya seru kali ya ceritain hal-hal tentang kebaikan

Maka dari itu, pada thread ini izinkan ane ceritain sedikit pengalaman pribadi yang sedikit menegangkan sekaligus melegakan.

Jadi, ini cerita mengenai perselisihan antara keluarga ane dan tetangga belakang rumah ane (sebut saja keluarga X). Sebelumnya, perlu diketahui bahwa keluarga X ini memang sedikit terkenal di kampung berkat hobinya yang suka buat keributan.

Kejadian bermula kira-kira awal 2018 lalu. Saat itu, sekitar pukul 8 malam. Sekitar jam segitu. Di orang-orang lagi pada nyantai dong di rumah masing-masing. Termasuk keluarga ane. Tiba-tiba ada suara ribut-ribut yang datang dari belakang rumah. Ternyata, keluarga X itu (suami-istri yang punya tiga anak) ribut dengan tetangga ane yang lain.


Ya, awalnya keluarga ane nggak mau ikut campur. Toh, kejadian kayak gitu sudah pernah terjadi beberapa kali. Tapi kali ini sedikit beda: setelah adu bacot yang begitu keras selesai, tiba-tiba suara hentakan batu terdengar di atas genteng rumah ane. Dua kali. Sontak, ibu ane naik pitam. Walau bapak ane sempat coba menenangkan, tapi ibu ane nekat datangi rumah keluarga X itu. Adu bacot sesi ke-2 dimulai. Tapi, kali ini antara keluarga ane dan tetangga ane itu. Isinya, ya kira-kira mengenai ibu ane yang protes kenapa rumah kami yang jadi sasaran, tapi ya jelas keluarga X nggak mau ngaku dong kalau mereka yang ngelempar batu itu.

Nah, sejak saat itu hubungan keluarga ane dan tetangga belakang rumah itu sedikit memanas. Beberapa kali juga sempat terjadi perselisihan kecil, entah itu dipicu kelakuan dari ibu ane (ya memang ibu ane ini orang nggak mau ngalah) atau keluarga X itu. Anak-anak dari keluarga X itu yang biasanya selalu menyapa ane pun jadinya tak mau menyapa lagi.

Ya, ane sih sedikit terganggu dengan perselisihan ini. Bisa dibilang ini perselisihan antara ibu ane dengan keluarga X. Ane dan bapak ane nggak ada urusannya. Tapi kini seluruh keluarga X malah jadi ikut musuhin ane dan bapak ane.

Akhirnya, setelah beberapa minggu, sedikit niat baik dari ane ternyata menjadi titik balik perselisihan ini. Waktu itu, sekitar pukul 7 pagi. Ketika berangkat kuliah, ane jumpa dengan istri dari keluarga X (sebut saja Bu X) di jalan. Ane bawa motor, dia jalan. Dari penampilannya sih keliatan Bu X mau ke tempat kerja. Biasanya, Bu X selalu diantar oleh suaminya. Entah mengapa pagi itu dia jalan kaki.


Ya karena jarak antara rumah kami dengan jalan utama untuk naik angkot cukup jauh tanpa pikir panjang ane nawarin tumpangan dong.

“Yuk Bu! Sekalian,” tawar ane.

Reaksinya sih sedikit kaget. Nampaknya juga dia sedikit ragu-ragu.

“Gapapa, Bu, naik saja! Kan kita tetangga.”

Ya akhirnya Bu X naik juga.

Setelah kejadian pagi itu, ternyata hubungan keluarga ane dan keluarga X semakin membaik! Beberapa kali ane sempat kembali memberi tumpangan kepada Bu X. Setelahnya, kami mulai saling sapa. Anak-anaknya juga kembali menyapa ane. Dan pada akhirnya mereka juga mau menyapa ibu ane. Bahkan, kini keluarga ane dan keluarga X sudah mau saling pinjam-meminjam barang (yang sebelumnya rasanya mustahil).


Ya, ternyata dari kebaikan-kebaikan kecil—seperti sekadar memberi tumpangan, dapat memberikan dampak yang besar kepada kehidupan kita dan kehidupan orang lain.

Jadi, Agan-Sista, yuk sebar bibit kebaikan. Sekecil apapun perbuatan baikmu—walau kamu rasa tak berarti, bagi orang yang menerimanya mungkin akan berasa sangat berharga.