Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

AnissanuryantriAvatar border
TS
Anissanuryantri
Inikah Mati Suri? Tujuh Langkah Kembalinya Ruh Ku Kedunia.
         Jedarrr.......... Suara petir kian bersahutan, pertanda akan turun hujan sederas-derasnya. Aku bergegas untuk pulang dari lapangan bola . Ya, beginilah keseharian anak seumuran SMP sepertiku setiap sore. Hampir setiap hari aku berkutat dengan pelatih sepak bola di desa ku, berlatih dan berlatih agar kualitas pemain di desa ku menjadi unggulan. Sore itu rasanya aku masih terlalu bersemangat untuk melanjutkan aktifitas permainan bolaku, tapi karena hujan hendak turun. Aku segera menaiki sepeda dan bergegas pulang sama seperti teman-temanku. Aneh, petir bersahutan tanda akan turun hujan. Tetapi terik matahari masih menerpa lapangan hijau itu. Tak ku pedulikan semua itu. Aku hanya ingin pulang cepat agar tidak terlalu malam sesampai dirumah.

         Dengan perasaan sedikit takut karena melewati hutan, Ya, memang lapangan itu terletak ditengah hutan dan jauh dari keramaian desaku. Oleh karena itu aku harus terburu-buru agar tak terjebak hujan ditengah hutan.

Sial, botol minum ku tertinggal didekat gawang, membuatku harus kembali lagi ke lapangan itu. Segera aku memutar arah, bergegas aku mengayuh sepedaku, sial nya lagi hujan turun deras waktu aku memutar arah. Tanpa pikir panjang ku urungkan niat untuk kembali lagi, aku ingin bergegas pulang.

         Hujan turun begitu derasnya. Aku berniat untuk berteduh dibawah pohon besar. Seorang diri, teman-temanku sudah jauh meninggalkanku pulang.

Sayup-sayup kudengar suara anak burung diatas pohon tempat ku berteduh. Kulihat dari bawah, ternyata ada sarang burung tekukur di atas sana. Ku turunkan penyangga sepedaku, lalu ku amati apa yang ada di atas sana. Sepasang burung tekukur berdampingan di sebelah sarang yang mungkin ada anak nya. Muncul niatku untuk melihat apa yg ada di sarang itu.

         Brrrrrrrrrr.... Sang jantan terbang, diikuti induk betina yang ikut terbang waktu aku separuh jalan memanjat pohon itu. Sesampai nya di ranting tempat dimana sarang berada, kulihat dua ekor anak burung tekukur meringkuk kedinginan, saling bertindih layaknya mencari kehangatan diantara keduanya. Tak berhenti aku mengamati dan memperhatikan kedua anak burung tekukur itu. Aku beranikan diri untuk menyentuhnya, aku agak sedikit maju mendekati ujung sarang, sial. Keseimbanganku terganggu. Karena licin nya ranting yang terkena aih hujan.

         Brakkkkkkkkk........ Suara ranting yang ku injak patah, aku terjatuh seketika. Terperosok diantara ranting-ranting kecil lainnya.

Bruggggggghhhhh... Tubuhku terhempas ke bawah, berbenturan dengan akar tunggang dari pohon nangka itu. Seketika kesadaranku hilang. Pandanganku semakin lama semakin gelap. Gelap. Dan sama sekali aku tak bisa melihat apapun.

         Lima belas menit mungkin berlalu, aku tersadar dan masih di bawah pohon itu. Aku berusaha untuk berdiri, dada ku sesak, sakit. Namun tak ada darah yang mengucur. Aku kumpulkan seluruh tenaga untuk berdiri. Sepedaku tak ku fikirkan lagi. Aku ingin pulang. Aku membungkuk selama dijalan. Sesampai nya di samping rumah, sepupuku menertawaiku karena aku berjalan membungkuk. Teriakannya terdengar saat aku lemas dan tak sadar lagi di samping rumahku.

       Ya, aku dinyatakan sudah tiada lagi saat itu, semua keluarga berkumpul, tetangga dekat ku juga berkumpul untuk melaksanakan prosesi kematianku.

Aku di mandikan, dipangku oleh ayah tiriku, ibuku menyirami air bunga sambil tak kuasa menahan air mata. Ya, semua itu aku saksikan, aku hanya bisa membisu. Seluruh tenaga ku kerahkan untuk berteriak sekeras mungkin. Nihil. Tak ada yg mendengarkanku.

Mendung masih gelap karena baru saja  turun hujan. Tapi kurasa kegelapan ini lain. Aneh. Hitam. Pekat. Sudah tak bisa lagi ku lihat kedua orang tua ku dan tetanggaku yang memandikan jasadku.

         Aku dibawa oleh dua sosok makhluk besar. Hitam bersinar kegelapan. Entah aku tak bisa menggambarkan seperti apa makhluk itu. Aku di hantar oleh seorang diantara kedua nya. Hanya sampai di tangga tinggi menjulang bercat warna putih. Aku belum pernah melihat warna seputih ini sebelum nya. Ya, aku di persilakan untuk menaikinya. Tanpa berfikir apapun, aku langsung menaiki tangga itu. Aneh, aku melihat tangga ini sangat tinggi sebelumnya. Tapi aku menghitung nya, Empat Puluh anak tangga. Dan aku sampai di sebuah pintu berwarna putih keemasan. Aku membuka pintu itu. Sebelum melihat apa yg ada didalam nya. Kakiku ditepuk oleh orang. Aku lihat dia, Annash, anak tetanggaku yang meninggal di usia balita. Ya, aku kenal dia, tak asing wajahnya bagiku. Dengan senyum yg lucu, dia berkata "Mas, pulang lah saja, belum waktunya kamu untuk kesini"

         Byarrrt.... Dia menghilang begitu saja, aku berfikir untuk membantah perintah Annash, tetapi ada kekuatan yang mendorongku untuk berbalik arah menuruni anak tangga. Ku ikuti kekuatan itu. Satu, dua, tiga.... Sampai ketujuh anak tannga yang ku injak. Tiba-tiba Ruh ku kembali lagi ke jasad yang telah selesai di mandikan dan hendak di kafani.

         Prangggg... Krekkkk... Brakkkk... Suara seluruh tetanggaku yg lari ketakutan karena aku hidup lagi. Ibuku memelukku saat itu juga, sedang ayahku mengatasi kepanikan tetanggaku. Aku di nyatakan hidup lagi setelah ±4 jam aku tiada. Rasanya seperti baru 5 menit saja menaiki dan menuruni tangga putih itu.

       Sujud syukur langsung kulakukan saat itu juga. Aku masih diberikan waktu untuk memperbaiki diri. Mengumpulkan amal shalih untuk bekalku kesana kelak. Terimakasih Allah. Terimakasih Annash...

.
.
Sumber: Kisah Nyata Dari Sahabat Penulis
TheGarudaAvatar border
muh.halimAvatar border
lieeAvatar border
liee dan 18 lainnya memberi reputasi
19
674
7
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.4KThread84.5KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.