Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

syafetriAvatar border
TS
syafetri
Percintaan Sesuku, Takkan Pernah Mendapat Restu


Tidak seperti orang-orang bilang, cinta pertama selalu terkenang dan tak mudah dilupakan, bagiku, cinta itu wajib dilupakan.

Quote:


Cerita ini datang memang tak pernah direncanakan dan tiada terduga sama sekali.

Saat itu terjadi, aku sedang menikmati masa-masa indah kehidupan remaja seperti anak-anak SMA pada umumnya. Nongkrong dengan teman-teman saat jam istirahat sekolah sambil ngegosipin teman yang lain atau cowok-cowok yang lagi jadi incaran para cewek.

Kami satu geng berempat. Dan diantara kami, hanya aku yang belum punya cowok. Otomatis, akulah yang sering jadi bahan ledekan, apalagi kalau kebetulan di dekat kami duduk sedang ada cowok pula, langsung deh, mereka ribut buat menjodoh-jodohkan aku. Iya, kalo cowoknya ganteng, aku mah, santai aja. Tapi kalo cowoknya ngga menarik, aku pura-pura sebel. Hehehe .... Yah, begitulah anak 'putih abu-abu', menilai cowok selalu dari tampang tok! Beda dengan wanita yang telah dewasa.

Karena sering diperlakukan seperti itu, diam-diam dalam hatiku timbul keinginan untuk juga punya kekasih.

Sampai suatu ketika, ibu memintaku mewakili dirinya untuk menghadiri pernikahan saudara ayah di kampung. Walau tidak begitu antusias, tapi aku menyanggupi karena di kampung aku juga punya banyak teman sepermainan waktu kecil, ditambah lagi salah seorang adikku juga ada yang sekolah di sana. Biasanya hanya saat libur sekolah saja aku pulang kampung mengunjungi nenek.

Sesampainya di kampung, tidak seperti biasanya, aku turun di warung sepupuku. Karena lebih dekat ke lokasi pesta, jadi niatku saat itu ingin menghemat energi dari pada ke rumah nenek dulu jadi bolak-balik.

Di sanalah cerita ini bermula. Seorang cowok yang baru pertama kali kulihat, sedang duduk di warung itu menatapku dengan lekat. Lalu tiba-tiba saja, dengan penuh percaya diri dia melontarkan kalimat rayuan padaku. Sontak, warung yang saat itu tengah ramai jadi riuh oleh sorakan para 'penonton'. Aku yang merasa malu jadi salah tingkah dan segera pamit pada sepupuku, Dewi, si pemilik warung.

Tak lama setelah itu, Dewi menyusulku ke acara pernikahan, sebagai tamu undangan. Saat itu Dewi bilang padaku kalau cowok yang tadi, menyampaikan salam padaku. Dia juga bilang serius mau kenalan.

Menurut Dewi, dia adalah anak Datuk atau kepala suku Tanjung yang baru pindah sekolah ke kampung ini dari ibukota sana. Di daerah Minang ini, perkimpoian sesuku sangatlah dilarang. Jadi bila dia bersuku tanjung, haruslah mencari suku yang lain untuk jadi pasangannya. Cowok ini ayahnya Tanjung dan ibunya Guci. Sama persis denganku. Suku itu diturunkan dari pihak ibu. Karena ibu kami sama-sama bersuku Guci, otomatis, suku kami juga sama yaitu Guci. Dan sudah pastilah kami tidak boleh berhubungan serius.

Setelah kembali dari kampung, keesokan harinya, telepon di rumah berdering. Ayah yang mengangkat segera memanggilku, mengatakan kalau temanku yang bernama Mia ingin bicara. Sambil berjalan menuju pesawat telepon aku berfikir 'Mia itu siapa?'

Begitu kuangkat, terdengar suara cowok dari seberang sana. Dengan sesegera mungkin dia bilang untuk jangan menutup telepon. Dia melakukan itu karena tahu dari Dewi kalau ayahku pemarah dan tidak memberi izin untuk berpacaran. Dewi-lah yang memberi semua informasi tentang aku termasuk alamat sekolahku.

Karena beberapa hari kemudian, suratnya datang ke sekolah. Maklumlah saat itu, masih jaman-jamannya surat menyurat. Dan yang pertama tahu surat itu datang adalah Rara. Dia membawakan surat itu sambil dilambai-lambaikan ke atas sehingga teman-teman yang lain tahu dan merubung ke dekatku. Alhasil, surat itu dibaca ramai-ramai oleh gengku, tanpa aku berkutik menolaknya. Lalu kupikir, ini adalah kesempatan buat aku juga punya cowok. Daripada statusku jomblo melulu diantara mereka yang sudah punya cowok.

Dari awal kami sudah mengetahui dan menyadari dengan sangat bahwa hubungan ini takkan mungkin berlanjut. Tapi saat itu, kami hanya berfikir untuk menjalaninya saja. Lagi pula, hubungan jarak jauh takkan ketahuan.

Namun akhirnya, semua kebohongan tak bisa lagi disembunyikan. Surat-surat kami kena cekal. Entah dapat laporan dari mana, di tangan ibu sudah ada surat darinya. Dan tentu saja, akupun tak bisa mengelak, karena ibu sudah merongrongku dengan ribuan pertanyaan yang beliau jawab sendiri. Sementara aku, hanya tertunduk sambil mendengar ceramah dan semua resiko yang harus aku tanggung. Uang jajan dipotong, dan untuk liburan berikutnya, aku tidak boleh lagi ke kampung.

Ternyata dia pun begitu. Habis-habisan di'ceramahi' bapaknya yang note bene seorang datuk. Sampai bapaknya bilang, kalau apa yang dia lakukan ini, seolah mencoreng arang di kening bapaknya itu.

Akhirnya, kisah ini harus berakhir juga. Surat terakhirnya yang menyatakan putus, kucabik-cabik sebelum kumasukkan ke tempat sampah. Sambil bengong, aku membuangnya.

Ternyata begini ya, rasanya putus cinta?😥



End



Sumber gambar: di sini
Diubah oleh syafetri 03-05-2020 00:10
abellacitraAvatar border
nona212Avatar border
delia.adelAvatar border
delia.adel dan 23 lainnya memberi reputasi
24
576
8
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.4KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.