Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

suryanaependiAvatar border
TS
suryanaependi
Masyarakat Adat Baduy Dalam Sebuah Tantangan Dan Kaum Milenial
Masyarakat baduy ialah salah satu masyarakat adat tradisional yang ada di kabupaten lebak. Masyarakat Baduy terbagi kepada dua bagian ada masyarakat Baduy Luar dan Baduy Dalam. Perbedaan masyarakat baduy luar dan baduy dalam ialah masyarakat baduy luar dalam segi berpakaian sudah banyak menggunakan pakaian seperti orang luar baduy, dalam perjalanan masyarakat baduy luar diperbolehkan dalam menggunakan transportasi pada umumnya, dalam segi perawatan diri masyarakat baduy luar sudah banyak menggunakan sabun atau alat lainnya yang mengandung bahan kimia, dalam segi arstitektur perumahan masyarakat baduy luar sudah banyak menggunakan paku, tetapi walaupun begitu masyarakat baduy luar sangat menjunjung tinggi dalam pemeliharaan alam. Sedangkan untuk masyarakat baduy dalam dalam segi berpakaian mereka masih seragam yaitu putih-putih, dalam segi arsitektur perumahan masyarakat baduy dalam masih seragam dengan masyarakat baduy dalam lainnya, philosopi yang terkandung dalam rumah yang seragam ialah supaya sama rata dengan yang lainnya sehingga tidak terjadi yang namanya kecemburuan social, dalam hal perjalanan masyarakat baduy dalam masih memegang teguh peraturan adat dimana mereka tidak menggunakan transportasi umum dalam perjalanan walaupun jauh, dalam segi perawatan diri masyarakat baduy dalam menggunakan bahan-bahan alami khas alam. Walaupun ada perbedaan yang sangat mencolok antara masyarakat baduy luar dan baduy dalam, dimana mereka masih memegang teguh dalam merawat alam.

Masyarakat adat baduy sebuah suku yang mengasingkan diri dari kehidupan luar, masyarakat yang senantiasa menjaga kelestarian alam warisam nenek moyang dalam kelangsungan hidup untuk ke depannya. Dalam hal ini masyarakat adat baduy mempunyai kesamaan dengan definisi adat menurut PBB.

Sebagaimana PBB mendefinisikan masyarakat adat ialah
mereka yang memiliki kesinambungan historis dengan masyarakat pra-invasi dan pra-kolonial yang berkembang di wilayah mereka, menganggap diri mereka berbeda dari sector masyarakat lain yang sekarang berlaku di wilayah-wilayah itu, atau sebagian dari mereka. Mereka terbentuk di sector-sektor masyarakat yang tidak dominan dan bertekad untuk melestarikan, mengembangkan, dan mentransmisikan masa depan ke wilayah leluhur mereka, dan identitas etnis mereka, sebagai dasar dari kelangsungan eksistensi mereka sebagai masyarakat. Sesuai dengan pola budaya mereka sendiri, social institusi, dan system hokum (Dikutip Dalam Module 11: Indigenous Knowledge & Sustainability “Teaching And Learning For A Sustainable Future (UNESCO 2010)” Hal.5)

Masyarakat adat baduy sangat menjunjung tinggi dalam hal menjaga alam supaya tidak dirusak, karena alam merupakan titipan yang harus mereka rawat bukan untuk dirusak demi keberlanjutan hidup. Di dalam masyarakat adat baduy banyak sekali ilmu pengetahuan yang bisa kita dapatkan dalam proses kehidupan tradisional, apalagi sekarang ini masyarakat adat semakin terpinggirkan sehingga mereka tereksploitasi oleh dunia luar yang buas terhadap alam. Karena pengetahuan terhadap alam bukan hanya pada sains, melainkan kehidupan masyarakat adat banyak sekali pengetahuan tentang alam.
Sebagaimana Nakashuma, D., Prott, L. dan Bridgewater, P mengemukakan “pengetahuan yang canggih tentang alam tidak terbatas pada sains. Masyarakat manusia diseluruh dunia telah mengembangkan serangkain pengalaman dan penjelasan yang kaya terkait dengan lingkungan tempat tinggal mereka. System pengetahuan lain ini sering disebut sebagai pengetahuan ekologi tradisional atau pengetahuan local. Mereka mencakup susunan informasi, pemahaman, dan interpretasi canggih yang memandu masyarkat manusia diseluruh dunia dalam interkasi mereka yang tak terhitung banyaknya dengan lingkungan alam: dibidang pertanian dan peternakan, berburu, memancing, dan berkumpul. Berjuang melawan penyakit dan cedera. Penamaan penjelasan fenomena alam dan strategi untuk mengatasi lingkungan yang berfluktuasi (Memanfaatkan kebijaksanaan Dunia, Sumber Unesco, 125, juli-agustus, hal. 12:2000).

Sebagaimana menurut mantan Direktur Jendral UNESCO, dalam menggambarkan kebijaksanaan masyarakat adat, pernah berkata “penduduk asli dunia (masyarakat adat) memiliki pengetahuan yang sangat luas tentang lingkungan mereka, berdasarkan berabad-abad hidup dekat dengan alam. Tinggal di dan dari kekayaan dan berbagai ekosistem yang kompleks, mereka memiliki pemahaman tentang sifat-sifat tumbuhan dan hewan, fungsi ekosistem dan teknik untuk menggunakan dan mengelola mereka yang khusus dan sering terperinci. Dikomunitas pedesaan di Negara-negara berkembang, spesies local sangat diandalkan bagi banyak orang, kadang-kadang semua makanan, obat-obatan, bahan bakar, bahan bangunan dan produk lainnya. sama halnya pengetahuan dan persepsi orang tentang lingkungan, dan hubungan mereka dengannya, sering merupakan elemen penting dari identitas budaya.

Dikehidupan masyarakat baduy itu sama dengan Pernyataan yang Nakashuma, Bridgewater dan mantan direktur Jendral UNESCO Frederico Mayor sampaikan, kita bisa mendapatkan ilmu pengetahuan tradisional dan bisa kita terapkan dalam kehidupan atau pembelajaran kita supaya kita lebih bijaksana kepada alam. Karena manusia dan alam itu suatu hal yang tidak bisa dipisahkan karena bagaimanapun juga kebutuhan makanan kita itu semuanya dari alam, ketika alam kita rusak hanya untuk memperkaya diri sendiri maka tinggal nunggu waktu kehancuran kehidupan.

Era milenial atau yang disebut juga generasi Y ini lahir sekitar tahun 1990 sampai 2000. Jadi bisa dikatakan generasi milenial ialah generasi muda masa kini. Generasi muda masa kini bersamaan dengan yang disebut dengan era digital atau bahasa popular nya ialah Revolusi Industri 4.0, revolusi Indutri 4.0 secara singkat ialah digitalisasi kehidupan manusia, dimana segala kebutuhan manusia bisa terpenuhi dengan menggunakan digital. Dalam hal positifnya ialah mempermudah hubungan komunikasi manusia dan mempermudah kehidupan manusia, dalam hal negatifnya membuat manusia khususnya kaum muda menjadi malas apalagi yang berkaitan dengan menjaga alam. Dalam era digital ini menjadikan manusia keenakan dengan dunia virtual 3D, sebagaimana dikatakan oleh Prof. Harari “orang tak berguna mungkin menghabiskan waktu semakin banyak dalam dunia virtual 3D, yang akan lebih banyak memberi mereka kesenangan dan keterlibatan emosional ketimbang realitas di luar yang membosankan. Namun, perkembangan semacam itu akan menjadi pukulan moral bagi keyakinan liberal pada kesakralan hidup manusia dan pengalaman manusia. Apanya lagi yang sacral dari manusia tak berguna yang menghabiskan hari mereka memamah pengalaman artifisial di negeri LA LA?” (dalam Homo deus).

Penulis sedikit menjelaskan tentang masyarakat adat dan ilmu pengetahuan yang ada di masyarakat adat dan pengaruh era milenial itu bermaksud supaya kita sedikit menghargai alam dan masyarakat adat untuk keberlanjutan kehidupan manusia.

Masyarakat adat baduy memiliki banyak tradisi salah satunya “Seba Baduy”. Seba baduy merupakan kegiatan ritual tahunan, dimana masyarakat baduy dalam dan baduy luar “nyaba (Silaturahmi) kepada pemerintahan yaitu Bupati Lebak dan Gubernur Provinsi Banten. Acara nyeba ini dimana masyarakat baduy membawa seserahan hasil alamnya untuk pemerintah sekaligus konsultasi mengenai permasalahan yang ada dimasyarakat baduy. Dalam acara seba tahun ini masyarakat baduy meminta pemda untuk membentuk perda perlindungan adat, dimana jaro saidi mengungkapkan “masalah perlindungan hukum desa adat, kami meminta dibentuk diperdakan masyarakat baduy desa kanekes” perda ini dimaksudkan untuk melindung baduy termasuk dari pengaruh budaya luar “memang harus diperdakan, nanti rusak. Karena sekarang terlampau banyak orang luar masuk mondar-mandir di situ, nanti kehilangan makna adatnya, nilai kehidupan terganggu, harmonisasi dengan alam terganggu” (ungkap jaro saidi https://m.detik.com/news/berita/d-45...lindungan-adat di akses rabu 8 mei 2019). “setiap kita cerita selalu direspon, tapi hasilnya belum ada. Itu aja yang bisa saya jelaskan” (ungkap jaro saidi) (sumber youtube BEBEJA_WARGA BADUY DESAK GUBERNUR BENTUK PERDA DESA ADAT). Sama halnya dengan perda adat dimana masyarakat adat baduy meminta untuk dibuatkan perda adat, tapi hasilnya belum ada.

Semoga kita senantiasa ikut serta dalam menjaga Dan melestarikan sebuah kebudayaan baduy. kita sebagai masyarakat luar mampu menjaga perasaan masyarakat adat baduy yang senantiasa menjalankan peraturan adat, merawat alam dengan baik sebagai sumber kehidupan manusia, bukan ikut serta dalam melakukan pengotoran kehidupan masyarakat adat.
3770372Avatar border
gpanditaAvatar border
anasabilaAvatar border
anasabila dan 2 lainnya memberi reputasi
3
525
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Citizen Journalism
Citizen JournalismKASKUS Official
12.7KThread4.2KAnggota
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.