Lagu High Hopes milik Kodaline berbunyi nyaring dari ponsel gue. Tadi malam sebelum tidur, sengaja gue mengatur alarm di jam 03.00 dini hari.

gue bangun dari tidur, berjalan pelan ke arah ponsel dan mematikan alarmnya.

hoaaaamgue menguap cukup panjang.

Mata masih setengah terbuka, gue keluar kamar mengambil handuk lalu pergi ke kamar mandi.

Hari ini gue berencana mengunjungi pacar di salah satu kota di Provinsi Jawa Tengah. Dia gak tahu gue akan datang ke tempatnya. Sengaja gue gak memberi tahunya.

Hari ini adalah hari penting baginya. Perjuanga menimba ilmu di perguruan tinggi akan ditentukan nanti siang. Ya, dia akan mengikuti sidang skripsi. Setelah berjuang menyelesaikan nya selama 6 bulan kurang lebih.

Selepas sholat subuh gue berangkat ke stasiun kota ini. Menunggu kereta Serayu yang akan mengantarkan gue ke tempatnya.

Dengan kondisi masih ngantuk berat, gue membuka ponsel dan membangunkannya lewat whatsapp.

"Bangun, yang, sholat subuh dulu."

Di keterangan dekat foto profilnya terlihat tulisan last seen today at 04.00. Aman, udah bangun berarti.

Tak lama kemudia dia membalas "iya yang, udah kok barusan."

"Udah dicek lagi belum materinya?" Jawab gue, cepat

"Udah kok barusan" jawabnya singkat

"Yaudah, aku tidur lagi ya. Ngantuk banget" gue setengah berbohong karena nggak mengabari bahwa sebentar lagi kereta berangkat.

Sekitar pukul lima pagi kereta berangkat. Gue duduk di pinggir jendela, mengenakan masker agar bisa sedikit menghangatkan tubuh, lalu tertidur lelap.



Suatu hari di tahun 2019

"Kamu udah makan, kan?" Tanyanya sebelum kereta berangkat

"Udah kok tadi yang."

Ini adalah pertama kalinya gue mengantar dia pergi ke kota tempatnya menimba ilmu. Setelah bertahan dalam hubungan LDR selama hampir lima tahun, akhirnya ada kesempatan buat gue mengantarnya.

Sebelumnya karena kami sama-sama punya kesibukan dengan aktivitas kuliah, gue belum pernah mengantarkannya secara langsung seperti ini. Berhubung gue udah lulus, ya kenapa gak nyoba. Pikir gue dulu.

Kami sudah memesan dua kursi bersebalahan satu hari sebelumnya. Kami memesan tiket kereta ekonomi, agar menghemat pengeluaran. Perbekalan yang gue bawa pun gak terlalu banyak. Hanya cukup buat sehari doang. Ya, rencananya gue gak lama di sana, karena dia juga masih sibuk sama perkuliahannya.

Kereta berangkat pagi sekali, matahari bahkan belum menunjukan dirinya.

"Ih aku yang menang!" Ucapnya setelah gue bermain curang dalam gim online di ponsel

"Yee enak aja, itu buktinya aku yang dapat poin" jawab gue

"Nggak, nggak, kamu curang. Udahan ah, aku mau tidur." Jawabnya kesal. Gue suka melihat dia seperti ini, mirip anak kecil hahaha

"Uuuu tayang tayang tayang. Sini peluk duluu"

"Ish apaan sih?!" Jawabnya

Laah ini anak marah beneran hahaha. Dia lau tidur, kepalanya disenderkan ke dekat jendela.

Sialan, padahal ini pundak gue kan masih ada. Tapi gue biarkan lah dia merajuk seperti itu. Nanti bangun-bangun juga udah manja lagi.

Gue melihat jam di ponsel, 15 menit lagi kereta tiba di tempat yang gue tuju. Segera gue membangunkannya.

"Yang, bangun, bentar lagi sampe."

"Mmmmmm" jawabnya sambil memindahkan posisi tidurnya, sekarang kepalanya gak lagi menempel ke dekat jendela.

Kebo banget ni cewek satu, untung sayang. Karena gue sadar dia gak bisa dibangunin dengan cara normal, akhirnya gue ambil ponsel yang dia simpan di tas kecilnya.

Pelan-pelan gue ambil, biar dia gak nyadar.

Lalu gue buka kuncinya, kebetulan kami tahu kunci ponsel masing-masing. Sambil cengengesan gue mengatur alarm agar dengan segera berbunyi. Soalnya gue tahu ni cewek nggak pernah masang alarm pelan-pelan.

Yaudah akhirnya seperti yang bisa dibayangkan, dia kaget karena suara yang keluar dari earphone-nya bukan lagu kesukaanya.

"Bangun, sayang, udah mau nyampe."

Dia gak menjawabnya, cuma melihat gue dengan tatapan kesalnya. Lalu manyun hahaha

Begitu tiba, gue langsung menyuruh dia mencari tempat makan. Lapar dan mulut asem banget belum ngisep rokok dari tadi malam.

"Yaudah ke mal X aja yuk!" Ajaknya

"Atur deh yang, aku ikut aja. Lapar banget" jawab gue

Kemudian dia sibuk memesan taxi online. Kami makan di tempat yang cukup rame, sepertinya tempat nongkrong kawula muda di sini, deh.

Selepas makan, gue mengeluarkan rokok, yang dengan segera dia rebut.

"Gak boleh ngerokok!!" Ucapnya, tegas.

Gue menghela nafas, lalu memasang muka sedih

"Yaang, aku belum nemu rokok dari tadi malem loh. Sebatang aja, yah?"

"Gak!" Dia masih dalam pendiriannya.

Gue tahu, kalau udah begini tandanya dia pengen dibujuk pake sesuatu. Saatnya mengeluarkan jurus andalan

"Nanti aku beliin bakso deh yah?"

"Yaudah tapi jangan lama-lama ya!" Ucapnya sambil menyerahkan satu batang rokok, SATU BATANG!! Bukan satu bungkus.

Gue buru-buru keluar ke smoking areabuat ngerokok.

Setelah beres satu batang, mulai deh keluar manjanya.

"Yuk beli bakso yang" ucapnya, penuh semangat

"Kamu baru beres makan loh, yang" jawab gue sambil mengingatkan

"Gapap, masih kuat kok"

Bener-bener deh, dia kalau udah urusan makan pasti gak ada yang bisa ngalahin.

"Yaudah nanti ya, kita nonton dulu. Okey?"

"Hmmmm"

"Ini filmnya udah mau mulai bentar lagi yang. Udah beli tiket juga."

"Iya deh iya" ucapnya.

YES!! Bisa dipending bentar beli baksonya. Hahaa

Long story short kami menghabiskan waktu di mal tersebut sampai tiba saatnya gue buat pulang

"Nanti, kamu kesini lagi kan?" Tanyanya

"Iya, nanti kalau ada waktunya aku pasti kesini kok"

CUP

Gue mencium keningnya sebagai salam perpisahan hari itu. Kereta mulai meninggalkan kota ini, dia masih melihat gue dari tempatnya berdiri.



sumber ilustrasi

Terima kasih telah menggunakan jasa kereta api indonesia. Sampai jumpa di lain kesempatan.

Gue terbangun dari tidur lalu bergegas keluar, beruntung gue gak banyak bawa barang jadi bisa langsung turun.

Gue berjalan sekitar 100 meter karena di stasiun merupakan zona merah bagi ojek online buat mengangkut penumpang. Lalu membuka aplikasi ojek online di ponsel.

Gak lama kemudian, pengemudi datang.

"Ke kampus XYZ ya, Mas?"

"Iya, Mas"

Butuh 20 menit buat gue sampai ke kampusnya. Sebelumnya gue membeli satu bucket bunga sebagai hadiah setelah dia menyelesaikan sidang skripsinya.

Gue sampai setelah dia selesai, dari jauh gue melihatnya sedang duduk berdua bersama seorang cowok.

Dengan terburu-buru gue menghampirinya.

"Udah selesai, yang?" Tanya gue

Mereka berdua kaget, lalu melepaskan genggaman tangannya. Gue pura-pura gak melihatnya.

"Loh, kamu kok dateng sih? Katanya kemarin ada acara jadi gak bisa kesini" tanyanya heran

"Iya, kemarin emang sengaja bohong biar bisa ngasih surprise. Taunya malah dikasih surprise" ucap gue, sinis sambil melihat si cowok yang bersamanya

"Kalian lagi ngobrol, kan? Aku mau ngerokok dulu di depan ya bentar" ucap gue

"Tunggu bentar yang, aku ikut" gue gak memedulikan ucapannya. Lalu berjalan ke arah tempat sampah, di depan mukanya langsung gue membuang bunga yang telah gue beli.

Setelah itu, gue membuka bungkus rokok yang gue bawa. Mengekuarkan sebatang, lalu menyalakannya.

"Yang, kok gak bilang sih mau ke sini?"

Gila ya, bisa-bisanya dia dengan polosnya menanyakan hal itu

Gue mengacuhkan pertanyaannya.

"Yang, tunggu bentar dong"

Gue mempercepat langkah kaki, berusaha meninggalkannya.

"Sayang!" Ucapnya sambil menarik tangan gue

"Apaa?" Jawab gue singkat

"Kamu udah ada yang nemenin, kan? Yaudah, aku gak dibutuhin berarti. Kamu lanjutin aja sama dia"

"Nggak gitu yang, aku bisa jelasin dulu"

"Apanya yang harus dijelasin, yang? Pantes kamu gak bisa dihubungin beberapa hari ini ya. Aku sih gak mau mikir negatif ya, aku percaya kamu lagi sibuk sama skripsimu, sama persiapan sidang"

"Iya emang aku sibuk nyiapin semuanya kok"

"Sama cowok itu juga, kan?" Tanya gue langsung

"...."

"Kenapa diem aja? Kamu bisa kan ngabarin aku bentar, paling cuma butuh waktu tiga menit buat ngabarin kamu lagi ngapain. Sekarang aku tanya, dia siapa?"

"Temen aku" jawabnya pelan

"Jawab yang jujur, aku jauh-jauh berangkat ke sini bukan buat kamu bohongin, ya."

"Iya, dia pacarku" jawabnya lagi

Gue diam lalu mengisap rokok gue panjang

"Sejak kapan?"

"....." Dia masih diam

"Yaudah aku pulang ya, makasih" jawab gue singkat



Tiga hari berselang, gue kembali menghubunginya sekali lagi buat memastikan alsannya. Dari percakapan terakhir itu, gue mengetahui alasan sebenarnya dia sampai mengkhianati gue. Ternyata emang benar apa yang orang bilang:

"Cinta itu butuh wujud"

Dia mengakui, gak bisa bertahan hanya dengan perhatian dan hubungan semu lewat media sosial. Pada saat yang sama, seorang temannya mendekati dia dan selalu hadir dalam hidupnya. Si cowok menemani dia saat menyelesaikan skripsinya, di saat yang bersamaan dengan gue menemani cewek gue dari jauh.

Gue sadar hubungan LDR sulit bertahan, tapi gue selalu yakin selama ada kepercayaan di antara kami akan berhasil. Tapi ya ternyata gue masih terlalu naif, meskipun sudah 5 tahun lebih kami menjalin hubungan.